Fotokita.net - Anggota DPR yang tergabung dalam Komisi III mencecar Menko Polhukam Mahfud MD dalam rapat dengar pendapat di gedung parlemen Senayan, Jakarta. Anggota DPR terus bertanya mengenai perkembangan kasus Ferdy Sambo kepada Mahfud MD yang juga Ketua Kompolnas.
Mahfud MD menjawab seluruh pertanyaan anggota DPR dari Komisi III dengan tenang. Dia merespons beragam pertanyaan menohok dengan cara yang lugas. Rapat dengar pendapat ini disiarkan langsung melalui televisi nasional.
Cecar Menko Polkuham soal kasus Ferdy Sambo, tabiat asli anggota DPR justru terbongkar. Foto Fahri Hamzah sampai ikut dibawa-bawa.
Tabiat asli anggota DPR yang mencecar Menko Polhukam Mahfud MD dibongkar Supriyanto Martosuwito. Wartawan senior yang bekerja untuk Harian Poskota ini menuliskan analisisnya nan apik melalui akun media sosial miliknya.
Berikut ulasan Supriyanto Martosuwito yang bongkar tabiat asli anggota DPR setelah mencecar Menko Polhukam Mahfud MD. Foto Fahri Hamzah sampai ikut dibawa-bawa.
Banyak hal yang tidak saya sukai dari Fahri Hamzah. Arogan, sok pintar dan sok galak. Tapi beberapa tahun lalu, ada satu pernyataan yang menarik darinya, dan pernah jadi kontroversi, dan selalu saya ingat. Dia menyebut sebagian anggota DPR - yang notabene rekan rekannya sendiri, “rada blo’on”.
Agustus 2015, saat masih menjadi Wakil Ketua DPR RI, di sebuah diskusi di stasiun televisi swasta, Fahri Hamzah menyatakan, “di alam demokrasi orang tidak dipilih karena disukai oleh pimpinan negara atau ditunjuk presiden, tapi dipilih oleh rakyatnya sendiri. Bukan karena dia cerdas, tapi karena rakyat suka dia, “ ungkapnya.
“Makanya kadang-kadang banyak orang datang ke DPR ini tidak cerdas, kadang-kadang mungkin kita bilang rada-rada blo’on begitu, “ tuturnya.
Pernyataan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah yang menyebut anggota parlemen “rada-rada blo’on” mendapat kecaman sesama anggota dewan. Namun pernyataan itu menemukan faktanya kini.
Akibat pernyataan itu, Fahri Hamzah dipecat dari PKS, Maret 2016 lalu. Ulah Fahri Hamzah yang dinilai tidak sesuai dengan arahan partai.
Pengamat Politik dari Universitas Indonesia Budyatna sepakat dengan Fahri, karena memang begitulah kenyataannya . “Itu seharusnya menjadi auto kritik bukan malah gaduh," ujar Budyatna kepada awak media, Rabu (19/8/2015).