Follow Us

Ternyata Anak Pemimpin Khilafatul Muslimin Jadi Korban Pembantaian Umat di Lampung, Mertua Jenderal Andika Perkasa Ikut Terseret, Foto Dalangnya Dicari-cari

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Kamis, 16 Juni 2022 | 21:32
Anak Abdul Qadir Hasan Baraja pemimpin tertinggi Khilafatul Muslimin ternyata jadi korban pembantain di Lampung. Mertua Jenderal Andika Perkasa terseret.
Facebook

Anak Abdul Qadir Hasan Baraja pemimpin tertinggi Khilafatul Muslimin ternyata jadi korban pembantain di Lampung. Mertua Jenderal Andika Perkasa terseret.

Peristiwa itu sampai juga ke telinga Komandan Korem Gatam 043 Kolonel Hendropriyono.

Dalam catatan Kontras, Hendro jugalah yang melaporkan kepada Panglima Kodam II Sriwijaya, Mayjen TNI R Sunardi, yang sedang berada di Bandar Lampung dalam rangka peresmian lapangan tenis baru untuk Korem Gatam.

Pangdam Mayjen R Sunardi memerintahkan Hendropriyono untuk melanjutkan usaha penertiban di Dusun Talangsari III.

Dengan menggunakan truk-truk, pasukan pun disiapkan di sekitar Cihideung, Talangsari. Di lokasi itu, anggota jemaah pengajian melakukan ronda dan bersiap untuk bertahan bila kembali diserang.

Baca Juga: Keliling Indonesia, Menteri Pendidikan Khilafatul Muslimin Sisipkan Ajaran Menyimpang dalam Tausiah, Foto Sosoknya Terekspos

Anak Abdul Qadir Hasan Baraja pemimpin tertinggi Khilafatul Muslimin ternyata jadi korban pembantain di Lampung. Mertua Jenderal Andika Perkasa terseret.
Facebook

Anak Abdul Qadir Hasan Baraja pemimpin tertinggi Khilafatul Muslimin ternyata jadi korban pembantain di Lampung. Mertua Jenderal Andika Perkasa terseret.

Jayus dan Alex, anggota jemaah pengajian, mengkoordinir jamaah dari Jakarta, Lampung, dan Solo untuk jaga malam. Tepat pukul 12 malam, serangan dilakukan. Suara tembakan menyalak-nyalak.

Petugas jaga jemaah pengajian pun membalasnya dengan tembakan dari senjata milik pasukan yang sempat menyerbu sebelumnya, dan tertinggal. Ketegangan semakin memuncak.

Beberapa kali, jemaah pengajian yang melakukan penjagaan memergoki beberapa tentara yang akan menyusup diam-diam. Saat akan diserang, tentara itu melarikan diri.

Matahari sudah mulai meninggi saat Kolonel Hendropriyono bersama lebih dari satu batalion pasukan infantri dibantu beberapa Kompi Brimob, Corps Polisi Militer (CPM) dan polisi menyerbu perkampungan Cihideung.

Pasukan penyerbu dilengkapi senjata M-16, bom pembakar (napalm), dan granat. Sebagian pasukan menggunakan dua buah helikopter, yang digunakan untuk membentengi arah barat.

Melihat penyerbuan terencana dan besar-besaran, tidak ada jalan keluar bagi jemaah untuk meyelamatkan diri. Mereka hanya bisa membentengi diri dengan membekali senjata seadanya. Korban pun berjatuhan.

Editor : Fotokita

Baca Lainnya

Latest