Follow Us

Hidup Nyaman di Amerika, Pendeta Saifuddin Ibrahim Ternyata Jadi Buronan Koramil Sawangan, Foto Terkininya Ramai Dibahas

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Kamis, 31 Maret 2022 | 09:51
Pendeta saifuddin Ibrahim yang pernah menjadi santri Muhammadiyah ternyata sempat dicari Koramil Sawangan Depok. Ini kasusnya.
Facebook

Pendeta saifuddin Ibrahim yang pernah menjadi santri Muhammadiyah ternyata sempat dicari Koramil Sawangan Depok. Ini kasusnya.

Penggelapan uang SPP itu juga digunakan untuk membayar iuran wajib (seperti pajak) sebagai anggota NII KW IX. Jika beberapa kali tak membayar iuran wajib itu, mereka bisa dicapa kafir. Suatu hal yang sangat menakutkan bagi santri yang hidup di tengah-tengah gerombolan santri sesat NII KW IX.

Di situ jadi ada pertanyaan yang luar biasa besarnya. Bagaimana ceritanya, Saifudin Ibrahim yang kader elit Muhammadiyah bisa menyebarkan faham sesat itu ke Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Sawangan? Dari mana asal mula ia bisa terkontaminasi faham sesat NII KW IX itu?

Selama aku mengabdi di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Sawangan, hanya sempat sekali jumpa Saifudin Ibrahim. Saat itu bersamaan waktu di mana para santri sedang libur panjang tutup tahun ajaran. Mereka pulang ke rumah masing-masing sekitar dua pekan atau tiga pekan lamanya.

Saat aku datang di Pondok Pesantren itu, Saifudin Ibrahim sudah kabur. Karena ia sudah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Koramil Sawangan. Saat itu urusannya terkait dengan urusan subversif. Makanya urusannya dengan Koramil, bukan dengan Polsek.

Saat aku jumpa Saifudin Ibrahim, aku terkejut dan terheran-heran sekali. Penampilannya sangat parlente. Bajunya, celananya, sepatunya, sabuk gespernya, dan arlojinya, semuanya branded. Ia juga mengenakan cincin emas yang sangat mencolok. Sesuatu hal yang saat di Pondok Hajah Nuriyah Shabran - UMS dahulu, tak terbayangkan bisa nempel pada diri "Bang Kocek".

Di pinggang Saifudin Ibrahim terselip alat komunikasi pager. Alat komunikasi tercanggih saat itu, tahun 1980-an. Kendaraan yang ia pakai pun motor Honda GL 125 cc keluaran terbaru. Motor impian anak-anak muda yang doyan nampang.

Sikap riang dan ceria Saifudin Ibrahim masih ada. Hanya saja, ia ada tambah sikap petentang-petenteng. Itu sangat kurasakan saat ia ngobral atau mendakwahkan "seperioritas" Gerombolan NII KW IX kepadaku.

Baca Juga: Terkuak, Fakta Lain KKB Papua Tembak Pasukan TNI dan Anggota TPGF, 2 Wanita Misterius Ini Jadi Buronan

Dari "dakwah" Saifudin Ibrahim itu, aku diberi tahu, bahwa di "negara" NII KW IX itu, ia menjabat sebagai Ketua Mahkamah Agung. Tugas utamanya membai'at anggota-anggota baru Gerombolan NII KW IX. Di mana tiap kepala yang dibai'at, dikenai dana wajib minimal Rp. 20.000.

Uang Rp. 20.000 saat itu kira-kira setara dengan uang Rp. 200.000 saat ini. Itulah pendapatan sampingan Ketua Mahkamah Agung "negara" NII KW IX.

Itu sebabnya, saat "mendakwahiku" dalam waktu yang tak terlalu lama, sikap petentengannya dan cengengesannya selalu mendominasi obrolan dan obralannya.

Dari sekian poin yang menggambarkan "superioritas" NII KW IX untuk menarikku agar mau turut bergabung, hanya kujawab dengan satu jawaban, "Aku belum "silau" dengan NII-mu, selagi para petinggi NII KW IX hanya beristeri satu. Aku baru akan "silau" dengan NII KW IX, jika semua para petingginya beristeri empat, sebagaimana tuntunan dalam Al-Qur'an".

Editor : Fotokita

Baca Lainnya

Latest