Dia menyebutkan, vaksin yang digunakan bersumber dari Polres Medan Labuhan merk Sinovac. Spuit (jarum suntik) yang disediakan adalah Spuit 0,5 cc.
“Karena sangat ramai, anak-anak didampingi orangtua dan wali masing-masing sehingga saya tidak mengetahui dan tidak sadar selama pelayanan ada pihak yang mengambil merekam. Namun, hal ini tidak saya permasalahkan karena sifatnya untuk dokumentasi, kenangan-kenangan,” sebutnya.
Lanjut dia, untuk mempercepat pemberian vaksin pada anak, maka dalam tim telah dibagi tugas masing-masing. Tim vaksinator dokter melakukan penyuntikkan vaksin, sedangkan perawat tugasnya membantu untuk mengambil dan memasukkan vaksin ke dalam spuit 0,5 cc yang sudah disediakan.
“Selama penyuntikan vaksin seperti terlihat dalam video yang beredar, saya mengambil spuit 0,5 cc yang berada di sisi kanan belakang saya. Dan, saya yakini spuit itu sudah diisi vaksin oleh perawat W yang posisinya saat itu di belakang saya,” ujarnya.

Sempat minta maaf secara terbuka, foto tampang dokter G yang dituding memberi suntikan vaksin kosong terlanjur viral. Kasusnya jalan terus.
Dia juga mengaku, penyuntikan yang dilakukannya sudah sesuai prosedur. Pertama, memanggil peserta vaksin untuk duduk dengan mengangkat lengan baju hingga setinggi bahu. Kemudian, melakukan disinfeksi membersihkan dengan alkohol swab di lokasi yang akan disuntik.
“Selanjutnya, mengambil spuit 0,5 cc di dalam box spuit yang diyakini sudah diisi vaksin sesuai dosis oleh perawat W. Kemudian, melakukan suntikkan vaksin secara intramuskular di lengan kiri atas menggunakan spuit yang diyakini sudah berisi vaksin yang berada di belakang kursi) dan saya menyuntikkannya,” jelas dokter G.
Merespons video viral tersebut, dokter G menyatakan sudah ada mediasi dengan pihak keluarga, yang difasilitasi pihak sekolah dan pihak kepolisian keesokan harinya. Pertemuan itu dilakukan di ruang rapat sekolah yang juga dihadiri kepala sekolah, guru-guru, vaksinator, perawat. Di pertemuan mediasi itu juga telah dijelaskan pemahaman bahwa apa yang disuntikkan benar adalah yang berisi vaksin yang telah diisi perawat W ke dalam spuit.
“Namun, apabila pihak keluarga masih belum yakin, dapat diberikan suntikan ulang kembali. Tetapi, pihak keluarga menolak disuntik kembali karena sudah peraya setelah mendengar penjelasan dokter dan perawat bahwa yang disuntikkan itu telah berisi vaksin, sehingga tidak perlu lagi penyuntikan ulang,” pungkas dokter G.
Namun demikian, Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Medan, dr Mutia Nimpar menyampaikan pihaknya siap melakukan suntikan ulang terhadap siswa SD Wahidin, Medan Labuhan.
“Namun, sebelum melakukan penyuntikan ulang, kita akan berkoordinasi dulu dengan orangtua dan pihak terkait yakni pihak kepolisian, sebab kasus ini sudah ditangani kepolisian,” katanya.