Follow Us

youtube_channeltwitter

Foto Korlap Demo Pemuda Pancasila Dicari Polisi, Ormas PP Ternyata Didirikan Jenderal Besar TNI AH Nasution Untuk Tujuan Ini

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Jumat, 26 November 2021 | 18:59
Terlepas dari demo yang menjadi sorotan publik, ormas Pemuda Pancasila ternyata didirikan oleh Jenderal Besar TNI AH Nasution untuk tujuan ini.
Facebook

Terlepas dari demo yang menjadi sorotan publik, ormas Pemuda Pancasila ternyata didirikan oleh Jenderal Besar TNI AH Nasution untuk tujuan ini.

Dari sini Japto semakin dekat dengan tokoh-tokoh kunci Orde Baru sekaligus bisa merangkul para “jagoan” di seluruh Indonesia, salah satunya para gangster Medan. Ia bahkan semakin merekatkan hubungan dengan keluarga Cendana, terutama ibu Tien Soehato dan anak-anaknya. Japto masih berkerabat dengan Tien Soeharto dari garis keturunan Mangkunegaran Solo.

Baca Juga: Foto Suami Anggiat Pasaribu Beredar, Anggota TNI Berpangkat Lettu yang Bisa Bikin Istrinya Pakai Outfit Mentereng

Selama kekuasaan Orde Baru, PP—Golkar—intelijen tentara selalu beriringan. Bagi Golkar, Pemuda Pancasila adalah organisasi yang bergerak langsung di lapangan. Bagi intelijen orde baru, organisasi ini dipakai untuk “membersihkan tangan” rezim dalam setiap kekerasan. Salah satunya ketika terjadi insiden kerusuhan 27 Juli 1996, di kantor pusat Partai Demokrasi Indonesia. Publik menduga PP terlibat dalam kerusuhan tersebut.

Namun bersamaan dengan lengsernya Soeharto pada tahun 1998, Pemuda Pancasila kehilangan pengaruhnya untuk sementara waktu. Gonjang-ganjing politik dan posisi Golkar yang sedang tidak menguntungkan ketika itu memungkinkan PP untuk mencari labuhan lain. Oleh karena itu, bertepatan dengan hari kelahiran Pancasila, pada 1 Juni 2001 Japto mendirikan Partai Patriot Pancasila.

Partai berlambang burung garuda dengan sayap merah, hijau, dan kuning, berperisai merah-putih, berlambang sila-sila Pancasila ini mengikuti pemilu 2004. Tapi belakangan Partai Patriot Pancasila gagal memperoleh kursi di DPR, tidak juga lolos electoral threshold. Bahkan pada pemilu 2009 ketika Partai Patriot Pancasila berubah nama menjadi Partai Patriot, partai pimpinan Japto ini pun masih gagal, meski Japto mengaku keanggotaan PP mencapai 4 juta anggota yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tapi kegagalan Japto membuat partai bukan akhir dari cerita. Ia tetap memiliki pengaruh dan berjejaring dengan petinggi negara, tentara, tokoh bisnis, dan tentu saja keluarga Cendana. Pada 2010 ketika terjadi kasus status kepemilikan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Siti Hardiyati Roekmana alias Mba Tutut, anak Soeharto, menunjuk Japto sebagai Direktur Utama TPI. Harapan Tutut, Japto bisa menyelesaikan kasus ini. Namun belakangan TPI pun lepas dari tangan Tutut dan beralih ke Harry Tanoe.

Baca Juga: Anggiat Pasaribu Cuma Sepupu, Foto Istri Brigjen Zamroni Terungkap, Ibu Jenderal Ternyata Aktif di Organisasi Ini

Selang 3 tahun kabar itu beralihnya TPI ke tangan pemilik MNC Groups, publik dikejutkan dengan ancaman bom di rumah Japto. Bersamaan dengan itu pakem bom buku juga terjadi di Komunitas Utan Kayu, kantor BNN Cawang, rumah Ahmad Dhani Pondok Indah, dan rumah Ulil Abshar Abdala, ketua Jaringan Islam Liberal.

Belakangan beredar kabar Japto dijadikan sasaran terror karena ia jadi salah satu simbol keturunan Yahudi di Indonesia—hal yang sama juga berlaku pada Ahmad Dhani. Namun, sebagaimana diketahui, ledakan bom tak melukai sedikit pun Japto.

Nyatanya hingga 8 November 2014 lalu dalam Musyawarah Besar PP, Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila Japto S. Soerjosemarno terpilih kembali secara aklamasi untuk memimpin PP selama lima tahun ke depan (2014-2019). Sampai 2019 hampir 4 dekade Japto memimpin organisasi ini, melebihi kekuasaan Soeharto memimpin Indonesia di usianya yang menginjak 66 tahun.

Meski sudah menua, darah muda masih mengalir dalam tubuh Japto. Ia masih kerap memuaskan hobinya berburu, bahkan hingga Afrika. Koleksi binatang hasil buruannya terpajang di rumahnya. Terkadang juga masih main golf bersama kolega-koleganya seperti yang terkodumentasikan oleh Joshua Oppenheimer dalam “The Act of Killing''.

Baca Juga: Foto Tampang Anggota TNI yang Jotos 2 Polisi di Ambon Ramai Dibahas, Pelaku Emosi Gegara Dapat Laporan Begini

Halaman Selanjutnya

(*)

Editor : Fotokita

Baca Lainnya







PROMOTED CONTENT

slide 4 to 6 of 12

Latest

Popular

Tag Popular

x