“Umat Islam jelas berbeda dengan Syiah, Syiah bukan Islam, awal berdirinya adalah politik kemudian dibawa ke ranah agama,“ Ustadz Farid dalam orasinya pada acara deklarasi ‘Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) di Masjid Al Barkah, Bali Matraman, Tebet, Jakarta, Ahad (25/10/2015).
“Dari sisi tersebut kita dapat mengetahui dengan baik bahwa Syiah berbeda dengan Islam. Mereka mengaku cinta Ahlul Bait tetapi merujuknya bukan kepada Rasulullah, tapi kepada imam,” tutur salah seorang Inisiator MIUMI ini.
Sejak awal Islam, lanjut Farid, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan hamba-Nya untuk merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah. “Berbeda dengan Syiah, justru mereka menambahkan ajaran baru wajib tunduk kepada para imam sehingga para imam tersebut membuat ajaran baru yang terdiri dari rukun imannya beda, cara shalatnya berbeda, nikahnya berbeda. Syiah ini merupakan agama karangan,” tambahnya.
Ia mengatakan, dari sisi ajarannya saja sudah menyimpang, bagaimana dengan pergerakannya. Kita jangan sampai tertipu oleh mereka. Syiah adalah ajaran yang sesat. “Ajaran Islam diubah. Siapa yang rela kalau ajaran kita diubah, dari sisi ajaran saja sudah menyimpang,” terang Direktur Yayasan pendidikan Al-Islam ini.
Sementara itu, Ustaz Ahmad Zain An Najah, adalah salah satu ulama Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII).
Sebelumnya, penulis produktif kelahiran Klaten, 16 Januari 1971 ini juga merupakan Ketua Majelis Fatwa dan Kajian DDII dan Ketua Majelis Fatwa di MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia).
Profil Ustaz Ahmad Zain adalah seorang yang telah mengalami pahit getir ketika menjadi mahasiswa di Kairo, Mesir. Ketika keinginan untuk kuliah ke luar negeri membuncah, surat lamaran yang dikirimkannya ke Kuwait, tidak ketahuan rimba nya. Negeri kaya minyak saat itu sedang diinvasi Saddam Husain. Gagal di Kuwait, laki-laki Klaten ini melamar ke Universitas Madinah. Ia diterima.
Di Madinah keilmuannya diasah. Selama empat tahun di kota Rasulullah saw. tersebut, ia banyak banyak mendapat hal yang baru, yang belum pernah ia dengar selama nyantri di Indonesia. Di Fakultas Syariah ia mulai mengenal ilmu-ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih.