Selang tahun 2001 dan 2003, Eng Hian dan Flandy Limpele sempat pindah untuk jadi pemain di Inggris. Eng Hian mengundurkan diri dari Pemusatan Latihan Nasional di Cipayung, Jakarta Timur pada 1 Februari 2006.
Selepas menjadi pemain bulutangkis, Eng Hian tak bisa berpisah dari dunia yang sudah membesarkan namanya. Dia memilih menjadi pelatih ganda putri.
Eng Hian juga memiliki keluarga yang harmonis. Seorang wanita yang berprofesi pramugari menerima lamaran Eng Hian. Namanya, Mulyaningsi Baiin. Dari pernikahan mereka, pasangan beda profesi ini dikaruniai sepasang anak, perempuan dan laki-laki.
Istri Eng Hian yang cantik rupanya menjadi kunci dalam karir Eng Hian sebagai pelatih ganda putri. Eng Hian pun tanpa malu-malu mengakui peranan sang istri dalam memuluskan karirnya.
Sebelum mengantarkan Greysia/Apriyani mencetak rekor baru bulutangkis Indonesia di Olimpiade, Eng Hian pernah mengantarkan pasangan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, meraih medali emas di Asian Games XVII/2014.
Memang menangani pemain putri bukan pengalaman pertama pelatih yang akrab disapa Didi itu. Tangan dingin Eng Hian diasah ketika menangani tim nasional Singapura.
Eng Hian menunjukkan kepiawaiannya menjadi pelatih sektor ganda putri dengan membuat Singapura untuk pertama kalinya bisa meraih jura Super Series, yakni di Singapura Super Series dengan Shinta Mulia Sari/Yao Lei. Dia juga membuat Singapura membuat kejutan dengan pemain ganda putri Fu Mingtian/Yao Lei jadi jawara di kejuaraan Dunia Junior 2010.
Enam tahun di Singapura, mulai 2007 hingga 2013, Eng Hian memutuskan pulang ke Jakarta. Dia mendirikan akademi bulutangkis di Gunung Putri, Cikeas pada 2013.