Dengan mengangkatnya sebagai adik, AKBP Ferdyan memiliki tanggungjawab untuk ikut mensejahterakan keluarga Noak. Mencarikan pekerjaan hingga memberikan perhatian. ”Saya sudah berniat, menjadikan Noak adik angkat,” jelasnya.
Ferdyan pun mengatakan, bila dirinya tidak bisa dipercaya. Tentunya, polisi se-kabupaten kep. Yapen tidak pula bisa dipercaya. ”Saya seorang Kapolres, kalau tidak percaya saya. Siapa lagi,” ujarnya meyakinkan Noak.
Saat itu, Noak terlihat berunding dengan istri dan kakaknya. Hamper 30 menit mereka berbicara menggunakan bahasa Yapen. ”Akhirnya, Noak bicara akan ke Polres Yapen besok,” jelasnya. Tak disangka, 17 Maret 2021 juga menjadi hari bersejarah.
Noak menyerahkan diri ke Polres Kepulauan Yapen. Membawa dua pucuk senjata api rakitan dengan 15 butir amunisi. Dalam prosesi penyerahan diri itu, Noak mau untuk mencium bendera merah putih. Sebuah keberhasilan yang membanggakan. ”Saya sendiri lega dengan ini,” paparnya.
Memang Noak memiliki setidaknya 12 anggota. Mereka semua pada awalnya bubar dengan sendirinya. Namun, ternyata AKBP Ferdyan tidak mau setengah-setengah dalam bekerja.
Meraka berhasil diyakinkan untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi, yakni Paul Wondiwoi, Yames Wondiwoi, Yusup Takuyata, dan Stefanus Woriasi.
Empat simpatisan KKB itu membawa empat senjata api rakitan beserta sebelas butir amunisi. Ferdyan mengatakan, sangat berterima kasih terhadap simpatisan dan anggota KKB eilayan Angkaisera dan Yapen, yang mau kembali ke pangkuan pertiwi.
”Kami membuka tangan lebar-lebar dan menerima mereka sebagai keluarga. Kami akan mendukung kehidupan mereka yang baru,” tegasnya.
(*)