Fotokita.net - Pantas ditakuti Tiongkok di Laut China Selatan, ternyata pesawat mata-mata Amerika P-8 Poseideon bawa senjata rahasia ini hingga ditolak masuk Indonesia.
Pemerintah Indonesia disebut menolak proposal izin pesawat mata-mata Amerika Serikat (AS) P-8 Poseidon untuk mendarat dan mengisi bahan bakar di dalam negeri.
Menurut laporan Reuters pada Selasa (20/10/2020), permintaan AS tersebut mengejutkan pemerintah Indonesia.
Sebab, Indonesia memiliki kebijakan luar negeri bebas aktif, di mana Indonesia tidak pernah mengizinkan militer asing beroperasi.
P-8 Poseidon diketahui memainkan peran sentral dalam mengawasi aktivitas militer China di Laut China Selatan, yang sebagian besar diklaim oleh Beijing sebagai wilayah kedaulatan.
Seperti apa kehebatan pesawat P-8 Poseidon ini?
Keunggulan pesawat P-8 Posiedon
Marinir AS memang sering menggunakan pesawat P-8 Poseidon untuk melakukan patroli di sekitar laut Filipina maupun perairan laut China Selatan.
Kantor Urusan Publik Angkatan Laut AS mengklaim pesawat P-8 secara rutin di Laut Filipina dan telah melakukannya selama bertahun-tahun.
Pesawat P-8 Poseidon merupakan pesawat patroli buatan Boeing.
Melansir situs resmi Boeing, disebutkan Boeing P-8 merupakan pesawat patroli maritim multi-misi, unggul dalam perang anti-kapal selam, perang anti-permukaan, intelijen, pengintaian dan pengintaian dan pencarian serta penyelamatan.
P-8 Poseidon dapat terbang lebih tinggi hingga 41.000 kaki dan mencapai kecepatan 490 knot.
Baca Juga: Hore, Pemerintah Hapus Denda Pajak Kendaraan di 7 Provinsi Ini, Catat Jadwalnya
Pesawat ini dibekali dengan dua mesin CFM56-7 yang masing-masing menghasilkan daya dorong 27.000 lbf.
Panjang dari pesawat P-8 Poseidon ini yakni 129,5 kaki atau sekitar 39,47 meter.
Dengan rentang sayap yang memiliki panjang 123,6 kaki atau sekitar 37,64 meter.
Kemudian, tinggi dari pesawat ini tercatat 42,1 kaki atau sama dengan 12,83 meter.
Pesawat P-8 Poseidon juga dirancang untuk misi ketinggian rendah dan telah membuktikan kemampuannya mendukung misi kemanusiaan dan pencarian serta penyelamatan.
Merupakan turunan dari Boeing Next-Generation 737-800, pesawat P-8 Poseidon direkayasa untuk beroperasi selama 25 tahun atau 25.000 jam di penerbangan maritim paling keras, termasuk operasi di lingkungan lapisan es.
Memiliki dua varian
Secara global, P-8 Poseidon memiliki dua varian, P-8I, diterbangkan oleh Angkatan Laut India, dan P-8A Poseidon, diterbangkan oleh Angkatan Laut AS dan Angkatan Udara Australia.
Pesawat patroli ini telah terjual ke setidaknya tujuh negara. Selain AS, India dan Australia, negara lain yang telah membeli pesawat P-8 ini adalah Korea Selatan, Selandia Baru, Norwegia dan Inggris.
Baca Juga: Kapal Maling Ikan Vietnam Dijual Oknum Jaksa, Komentar Susi Pudjiastuti Jadi Sorotan
Selandia Baru menandatangani kontrak pembelian empat unit P-8A pada Juli tahun lalu, dan Korea Selatan memesan enam unit P-8A pada November 2019.
Kedua negara itu akan mulai menerima pengiriman P-8A pada 2022. Sementara Norwegia memesan lima unit P-8 dan pengiriman awal pada 2021.
Sedangkan Australia telah mengoperasikan P-8A selama dua tahun, setelah menerima pengiriman pesawat pertama mereka pada 2016.
Kemudian, P-8 Poseidon adalah pesawat yang awalnya diproduksi khusus untuk US Navy oleh Boeing Defense, Space, and Security.
P-8 Poseidon dikatakan mampu membawa muatan lebih banyak, terbang di ketinggian lebih tinggi, serta menjangkau area lebih luas.
Beberapa perangkat canggih yang dimiliki pesawat sepanjang 39,47 meter ini adalah High Altitude Anti-Submarine Warfare Weapon Capability (HAAWC) serta AGM-88 Harpoon Anti-Ship Missile.
P-8 Poseidon juga memiliki sensor hidrokarbon yang digunakan untuk mendeteksi uap bahan bakar kapal selam.
Selain itu, bisa membawa 9 awak di kabinnya, P-8 Poseidon mampu menjalankan misi selama 6 jam untuk rentang wilayah 1.100 kilometer dan 4 jam untuk rentang wilayah 2.000 kilometer.