Follow Us

Pejabat Pentagon Berani Pasang Badan, Inikah Misi Khusus Amerika Hingga Rela Cabut Menhan Prabowo Subianto dari Daftar Hitam?

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Sabtu, 17 Oktober 2020 | 19:40
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto

Fotokita.net - Pejabat Pentagon berani pasang badan, inikah misi khusus Amerika hingga rela cabut Menhan Prabowo dari daftar hitam?

Pemerintahan Presiden Donald Trump mengatakan akan menyambut Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto ke Pentagon, markas militer Amerika Serikat.

Amerika Serikat telah mencabut larangan terhadap Prabowo untuk masuk ke negara itu terkait tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan militer, seperti di Timor Timur.

Namun sejak diangkat menjadi Menteri Pertahanan RI tahun lalu, Pemerintahan Trump telah menganggap Prabowo sebagai tokoh kunci untuk memperdalam hubungan pertahanan dengan Indonesia.

Baca Juga: Anak Buahnya Dituduh Cuma Akting Usai Kritik UU Cipta Kerja, Prabowo Subianto Ungkap Alasannya Enggan Buru-buru Komentari Omnibus Law

Apalagi setelah Washington memperhatikan jika militer Indonesia sedang dibujuk oleh Rusia dan China.

Seorang pejabat senior pertahanan AS sangat membela keputusan untuk menyambut Prabowo yang dijadwalkan juga bertemu dengan Menteri Pertahanan Mark Esper.

Baca Juga: Lama Bungkam Soal Omnibus Law Hingga Bikin Penasaran, Prabowo Subianto Akhirnya Mau Tanggapi UU Cipta Kerja: Saya Paham Kesulitan Buruh

"Prabowo adalah Menteri Pertahanan yang ditunjuk Presiden Indonesia, yang terpilih dua kali, dari negara demokrasi terbesar ketiga di dunia," kata pejabat yang tak mau disebut namanya.

"Dia adalah rekanan kami, kemitraan yang sangat penting, dan penting bagi kami untuk terlibat dengannya dan memperlakukannya sebagai mitra."

Prabowo akan menerima pengarahan resmi di tempat lain di wilayah Washington DC, setelah Jakarta mempertimbangkan pembelian jet tempur yang juga menarik minat dari Rusia.

Baca Juga: Anak Buahnya Koar-koar UU Cipta Kerja, Sikap Diam Menhan Prabowo Bikin Penasaran Hingga Bikin Netizen Nekat Lakukan Ini

Amnesty International dan pendukung hak asasi manusia lainnya mengecam keputusan Departemen Luar Negeri AS untuk memberinya visa.

Sudah hampir 20 tahun Amerika Serikat menolak memberikan visa untuk bisa ke negaranya, termasuk ketika putra Prabowo lulus dari Boston University.

Baca Juga: Diminta Waspada Saat Kunjungan ke Amerika Karena Dosa Orde Baru, Menhan Prabowo Subianto Bakal Dikawal Ketat Sosok Ini

Di tahun 2012, Prabowo pernah mengatakan visa ke Amerika Serikat juga ditolak, setelah ia dituduh memicu kerusuhan yang menewaskan ratusan orang pada tahun 1998 yang berakhir dengan turunnya presiden Suharto.

"Keputusan Departemen Luar Negeri untuk mencabut larangan Prabowo Subianto adalah benar-benar kebalikan secara tiba-tiba dari kebijakan luar negeri AS yang telah lama ada," kata Direktur Advokasi dan Hubungan Pemerintah Amnesty International AS, Joanne Lin.

Baca Juga: Blak-blakan Ingin Ikut Pilpres 2024, Ternyata Pundi-pundi Harta Gatot Nurmantyo Tambah Gemuk Sebelum Pensiun, Karena Dekat dengan Kepala Naga?

Joanne menyebut kunjungan Prabowo menjadi sebuah "bencana bagi hak asasi manusia di Indonesia".

Senator Patrick Leahy, penulis undang-undang yang melarang bantuan militer Amerika Serikat kepada unit militer asing yang melanggar hak asasi manusia, ikut mengecam keputusan pemerintahan Trump.

Ia mengatakan Prabowo Subianto "tidak memenuhi syarat untuk memasuki negara ini."

Baca Juga: Kabar Duka dari Vatikan, 11 Pengawal Paus Fransiskus Positif Corona, Begini Kondisi Terkini Sang Pemimpin Vatikan

"Dengan memberikan visa kepada Menteri Pertahanan Prabowo, Presiden [Trump] dan Menteri Luar Negeri [Amerika Serikat] sekali lagi telah menunjukkan jika bagi mereka 'hukum dan ketertiban' adalah slogan kosong yang mengabaikan pentingnya keadilan," katanya.

Prabowo diketahui mendaftar militer pada usia 19 dan enam tahun kemudian bergabung dengan Kopassus, pasukan khusus Angkatan Darat.

Baca Juga: Innalillahi, Ustadz Abdul Somad Tiba-tiba Bagikan Kabar Duka Saat Pandemi: Mohon Doa Ya...

Ia memimpin Tim Mawar yang dituduh menculik aktivis mahasiswa yang terlibat dalam gerakan menggulingkan Soeharto.

Tiga belas aktivis sejak saat itu masih hilang. Prabowo secara konsisten membantah keterlibatannya dalam setiap dugaan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk di Jakarta, Timor Timur, dan juga Papua Barat.

Tapi Prabowo menjadi pemain politik, yang telah berulang kali mencalonkan diri sebagai presiden.

Sementara itu, Amerika Serikat diperkirakan akan memperbarui peringatan ke Jakarta soal pembelian senjata besar-besaran dari Moskwa.

Baca Juga: Heboh, Prajurit TNI Ini Dipecat Karena Terbukti Suka Sesama Jenis Hingga Bikin Pimpinan TNI AD Murka

Bukan Su-35, Jet Tempur Beruang Merah Ini Bakal Jadi Lawan Berat Bagi F-35 Sekaligus F-22 Raptor Milik AS
Komsomolsk-on-Amur Aircraft Plant

Bukan Su-35, Jet Tempur Beruang Merah Ini Bakal Jadi Lawan Berat Bagi F-35 Sekaligus F-22 Raptor Milik AS

Menurut sejumlah ahli, membeli jet tempur Rusia dapat memicu sanksi AS di bawah Undang-Undang Menangkal Musuh AS dengan Sanksi (CAATSA).

"Kami mengangkat masalah risiko CAATSA dalam semua percakapan kami dengan Kementerian Pertahanan," kata pejabat AS itu.

Kementerian Pertahanan RI menolak mengomentari perjalanan Prabowo Subianto ke Amerika Serikat.

Baca Juga: FPI Yakin Imam Besar Habib Rizieq Shihab Segera Pulang ke Indonesia, Portal Imigrasi Arab Saudi Beri Kode Ini

Di daftar keinginan Indonesia diantaranya adalah "peta jalan" untuk mendapatkan jet tempur F-35, menurut salah satu pejabat Indonesia kepada Reuters yang tak mau namanya dimuat.

"[Tapi] sejujurnya kami tidak berharap banyak," katanya.

Baca Juga: Heboh Pria Hijrah dari Penyuka Sesama Jenis, Pensiunan Jenderal Blak-blakan Bilang Ada Kelompok LGBT di TNI dan Polri Hingga Bikin Syok

Jet Tempur F-35B yang tergabung dalam MEU-31 lepas landas dari geladak USS America
Petty Officer 3 Vance Hard

Jet Tempur F-35B yang tergabung dalam MEU-31 lepas landas dari geladak USS America

Maret lalu, Indonesia sempat lakukan transaksi dengan militer Rusia untuk membeli produk alutsista mereka.

Mengetahui itu, Amerika Serikat (AS) meradang hebat bahkan blak-blakan larang Indonesia membeli produk negeri Beruang Merah.

Padahal, Indonesia sudah terlanjur akuisisi jet tempur kelas berat Sukhoi Su-35 11 unit, gelontorkan dana 1,1 miliar dolar AS.

Lalu apakah pelarangan AS ini membuahkan hasil?

Baca Juga: Ustaz Yusuf Mansur Sebut Ahok Tak Bisa Berbuat Apa-apa, Belum Genap Satu Tahun Jadi Komut Pertamina Suami Puput Nastiti Devi Sudah Berani Keluarkan Ancaman: Main Politik Sama Saya Mah Sudah Biasa

Rupanya benar, Indonesia pada 15 Maret 2020 dikabarkan sampai batalkan pesanan.

Padahal segala infrastruktur, pelatihan hingga banyak hal disiapkan menyambut datangnya Super Flanker itu.

Meski berang, Rusia lewat Dubesnya untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva membenarkan batalnya pembelian jet tempur itu.

"Bukan rahasia bahwa Amerika Serikat memberikan tekanan yang tidak disembunyikan pada negara-negara yang berniat membeli peralatan pertahanan Rusia."

Baca Juga: Ada 6 Negara Maju yang Masuk Jurang Resesi, Indonesia Malah Diprediksi Jadi Negara dengan Perekonomian Terbesar ke-5 di Dunia: Penanganan Covid-19 Akan Sangat Menentukan

"Tujuannya jelas - untuk membuat negara-negara ini menolak untuk mendapatkan senjata dari Rusia dan beralih ke Washington. Tentu saja persaingan tidak adil yang melanggar aturan dan norma bisnis yang transparan dan sah," tambah Lyudmila.

Tentu jika tak boleh membeli Su-35, AS harus memberikan ganti untung yang besar kepada Indonesia.

Tawaran F-16 Viper pun dilontarkan kepada Indonesia.

Baca Juga: Lahir Prematur dengan Penyakit di Alat Kemaluan, Anak Sulung Sule Bisa Bertahan Gegara Ini: Ayah Kerja Mama Nyinden dan Aku Ditaruh di Tempat Bungkus Kendang

Terlalu lemah jika hanya F-16 Viper, Indonesia minta jet tempur siluman F-35 Lightning II plus Fighting Falcon jika tak mau Su-35 bersarang di hanggar Skuadron Udara 14 TNI AU.

Lantas seperti apa kemampuan F-35 hingga Indonesia meminatinya?

Dalam beberapa aspek Su-35 jelas kalah dengan F-35.

Melansir f35.com, aspek pertama dan yang paling kentara kenapa F-35 tak bisa dibandingkan dengan Su-35 ialah fitur 'Stealth' atau bahasa ilmiahnya Low Observable (LO).

Baca Juga: Sesumbar Punya Tim Riset Obat Covid-19 Hingga Bergelar Profesor, Begini Sosok Hadi Pranoto yang Lulus S3 dari IPB: Kita Anak Bangsa Bukan Penjahat Negara

F-35
National Interest

F-35

Dengan keunggulan stealth yang sulit diendus radar ini membuat F-35 sukar ditembak jatuh lantaran Radar Cross Section (RCS) nya amat kecil.

Ini berarti juga F-35 bisa diaplikasikan sebagai pesawat pengintaian.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Latest