Follow Us

Terlilit Utang China, Australia Meradang Pengaruhnya Mulai Diambil Alih di Timor Leste, Tapi Enggan Bantu Rakyat Bumi Lorosae

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Minggu, 27 September 2020 | 08:55
Di Sulilarang, Distrik Maliana, Timor Leste warga mengeruk tanah kering untuk diolah menjadi garam.
Yunaidi Joepoet

Di Sulilarang, Distrik Maliana, Timor Leste warga mengeruk tanah kering untuk diolah menjadi garam.

Fotokita.net - Terlilit utang China, Australia meradang pengaruhnya mulai diambil alih di Timor Leste, tapi enggan bantu rakyat Bumi Lorosae.

Sudah bukan rahasia lagi jika Australia memang sangat menginginkan kekayaan alam Timor Leste.

Menurut The Strategist, kemerdekaan Timor Leste tak lepas dari capur tangan Australia, dam setelah mereka Timor Leste terus didekati oleh Australia.

Salah satu yang sangat diinginkan adalah, batas laut yang kaya akan sumber minyak, yang telah lama diambil oleh negeri kangguru tersebut.

Dengan lepasnya Timor Leste dari Indonesia, akan membuatnya semakin mengandalikan ladang minyak tersebut.

Baca Juga: Bocorkan Cara Eksekusi Pamannya Sendiri ke Donald Trump, Kini Kim Jong Un Tembak Mati 5 Pejabat Korea Utara Karena Hal Sepele Ini

Namun, tampaknya hubungan Australia mulai renggang dari Timor Leste, karena mereka belakangan lebih memilih untuk meminta bantuan ke China.

Mantan Perdana Menteri Timor Leste, Mari Alkatiri yang merupakan salah satu tokoh kunci mereka menyambut baik investasi dari China.

Menukil The Sydney Morning Herald dan The Age, ada rencana dari pemerintah untuk mengembangkan proyek minyak dan gas Greater Sunrise, sebagai bagian dari proyek Tasi Mane.

Untuk menggarap proyek besar itu, Timor Leste ternyata lebih memilih China ketimbang Australia.

Baca Juga: Disapa Bapak Oleh Warga Timor Leste, Begini Detik-detik Mengharukan Xanana Gusmao Bertemu Sosok yang Pernah Dihujat Karena Keputusannya

Greater Sunrise memiliki sekitar 50 miliar dollar AS minyak dan gas dengan Australia yang kemungkinan akan menguasai 30% ladang itu setelah perselisihan berkepanjangan atas batas lautan.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Latest