Pada era kepemimpinan Jaksa Agung Soegih Arto dan Ali Said, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) dan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum (Jampidum) masih tergabung dalam Jaksa Agung Muda Operasi (Jamops). Keduanya baru dipecah setelah tahun 1983 di era kepemimpinan Jaksa Agung ke-sebelas, Ismail Saleh.
Pada saat bersamaan, Ismail juga mengadakan Pusat Penelitian dan Pengembangan, Pusat Penyuluhan Hukum dan Pusat Operasi Intelijen.
Ismail Saleh mulai membangun kantor Jampidum yang terletak di belakang gedung Jaksa Agung Muda Pengawasan (Jamwas). Pembangunan kantor Jampidum disusul dengan pembangunan gedung bundar yang nantinya difungsikan sebagai kantor Jampidsus. Gedung bundar dibangun di sisi kanan lapangan Kejaksaan Agung.
Sebelum gedung bundar selesai, Jampidsus sementara berkantor di sebuah rumah di Jalan Adityawarman No.6, Kebayoran Baru. Marthen menyatakan, pembangunan gedung berbentuk unik itu lebih dikarenakan ukuran tanah yang tidak terlalu luas. “Filosofinya tidak dijelaskan. Ada kemungkinan meniru bentuk stadion di Senayan,” tuturnya.
Setelah pembangunan selesai, Jampidsus Himawan bersama anggotanya pindah ke gedung bundar. Jaksa Agung ke-XII Hari Soeharto meresmikan pemakaian gedung Jampidsus dengan nama “Graha Andhika Anuwika” yang artinya Gedung Nan Indah tempat pemeriksaan dan penyelidikan di hari Bhakti Adhyaksa ke-24, 22 Juli 1984.
Bertepatan dengan itu pula, Hari Soeharto meresmikan prasasti di depan Kantor Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Kejaksaan Agung di Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Marthen menceritakan, saat menjalani pendidikan karir dua, di Pusdiklat hanya ada tiga barak kecil. Pembangunan dilakukan bertahap hingga menjadi seperti sekarang.
Jaksa Agung ke-14 Singgih membentuk dua jabatan baru. Singgih mengangkat Duyeh Suherman sebagai Wakil Jaksa Agung dan Soehadibroto sebagai Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun) untuk pertama kalinya.
Singgih membangun Pusara Adhyaksa di daerah Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat di atas lahan seluas 10.000 meter persegi.
Pusara ini diperuntukkan sebagai tempat pemakaman para jaksa, pegawai Kejaksaan, serta pensiunan Kejaksaan beserta keluarga yang meninggal dunia. Singgih meresmikan Pusara Adhyaksa pada 19 Juli 1997
Pembangunan lainnya juga telah dilakukan di komplek Kejaksaan Agung. Sekitar tahun 1990, di bagian samping gedung Jampidum dibuatkan Rumah Tahanan (Rutan) Salemba cabang Kejaksaan Agung.