Kemarahan memuncak ketika pemerintah Lebanon dan pejabat bea cukai saling menunjuk siapa yang disalahkan atas ledakan dahsyat itu.
Dilaporkan ledakan itu terjadi ketika tukang las yang sembrono menyebabkan kebakaran di Gudang 9 terdekat, yang kemudian menyebar ke Gudang 12 bahan peledak.
Presiden Michel Aoun mengatakan pemerintah bertekad untuk menyelidiki dan mengungkap apa yang terjadi secepat mungkin, untuk meminta pertanggungjawaban dan pihak yang lalai bertanggung jawab.
Sementara kabinet memerintahkan pejabat pelabuhan yang terlibat dalam penyimpanan atau penjagaan material sejak 2014 untuk dijadikan tahanan rumah.

Helikopter memadamkan api di lokasi ledakan di kawasan pelabuhan di Beirut, Ibu Kota Lebanon, Selasa (4/8/2020). Sebanyak 73 orang tewas dan ribuan lainnya dilaporkan terluka dari insiden dua ledakan besar yang mengguncang Beirut tersebut.
Namun, Badri Daher, Direktur Jenderal Bea Cukai Lebanon, mengatakan kepada penyiar LBCI bahwa bea cukai telah mengirimkan enam dokumen ke pengadilan yang memperingatkan bahwa materi tersebut berbahaya.
"Kami meminta agar diekspor kembali tetapi itu tidak terjadi. Kami serahkan kepada para ahli dan mereka yang terkait untuk menentukan alasannya," katanya.
Sumber lain yang dekat dengan seorang karyawan pelabuhan mengatakan sebuah tim yang memeriksa amonium nitrat enam bulan lalu telah memperingatkan tentang potensi ledakan.
"jika tidak dipindahkan itu akan meledakkan seluruh Beirut," katanya.
Dua dokumen mengungkapkan bahwa Bea Cukai Lebanon telah meminta pengadilan pada 2016 dan 2017 untuk meminta 'badan maritim terkait' untuk mengekspor kembali atau menyetujui penjualan amonium nitrat.