Follow Us

Belum Lagi Kering Tangis Akibat Ledakan Dahsyat di Pelabuhan Beirut, Kini Lebanon Dihantam Masalah Baru yang Justru Luput dari Sorotan Dunia

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Sabtu, 08 Agustus 2020 | 07:01
Para warga bahu membahu menolong korban ledakan di Beirut
AP

Para warga bahu membahu menolong korban ledakan di Beirut

Wartawan BBC Riam Dalati juga men-tweet salinan foto tersebut, mengatakan bahwa foto tersebut tampaknya menunjukkan para pekerja yang menumpuk amonium nitrat yang diselamatkan di Gudang 12.

'Kargo pembunuh' itu disita pada 2014 dari kapal berbendera Moldova, Rhosus, saat dalam perjalanan dari Batumi di bekas republik Soviet di Georgia ke Mozambik.

Baca Juga: Bikin Sang Gubernur Menangis Terisak, Begini Foto Penampakan Terakhir Beirut Setelah Ledakan Besar yang Renggut Ratusan Nyawa

Kapal itu berhenti karena 'kerusakan' di Beirut di mana para pelaut terpaksa tetap di kapal untuk memastikan keamanannya.

Para pelaut memprotes Grechushkin, pengusaha Rusia yang mengklaim bahwa dia telah bangkrut dan telah 'meninggalkan kapal'.

Mereka melakukan mogok makan sebelum akhirnya diizinkan pergi ke darat.

Grechushkin dikatakan telah membayar 'hukuman besar' untuk mengangkut kargo tanpa otoritas yang menyebabkan dia bangkrut, kemudian pindah ke Siprus bersama istrinya Irina.

Tubuh seorang korban terletak di tempat ledakan di pelabuhan di Beirut pada 4 Agustus 2020. Dua ledakan besar mengguncang ibukota Lebanon, Beirut, melukai puluhan orang, mengguncang gedung-gedung dan mengirimkan asap besar mengepul ke langit.
STR / AFP

Tubuh seorang korban terletak di tempat ledakan di pelabuhan di Beirut pada 4 Agustus 2020. Dua ledakan besar mengguncang ibukota Lebanon, Beirut, melukai puluhan orang, mengguncang gedung-gedung dan mengirimkan asap besar mengepul ke langit.

Baik pengusaha maupun keluarganya belum mengomentari ledakan tersebut.

Kapten kapal Rusia Boris Prokoshev, sekarang 70, memperingatkan pada saat itu sifat kargo yang mematikan.

Dia berkata: “Pemilik kapal meninggalkannya dan kami juga ditinggalkan.

"Kami hidup di tong mesiu selama sepuluh bulan tanpa dibayar."

Editor : Fotokita

Latest