Artinya, pada dasarnya dalam mengelola keuangan di tengah pandemi pemerintah Jepang didanai oleh bank sentral dengan tingkat bunga yang sangat rendah (atau bahkan negatif).
Hal tersebut membuat pembiayaan pemerintah bisa lebih berkelanjutan.
"Kondisi tingkat sangat rendah yang diciptakan oleh kebijakan moneter yang sangat akomodatif oleh BoJ dapat menjadi salah satu alasan bahwa gunungan utang Jepang tak terlalu bermasalah dibandingkan dengan negara-negara dengan utang yang tinggi di seluruh dunia," kata ekonom Nomura Bank Takashi Miwa.
(Mutia Fauzia)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Utang Jepang Tembus Rp 170.800 Triliun, Kok Bisa?")