Sebelumnya, beberapa tindakan yang hampir sama juga pernah terjadi, misalnya mengambil fasilitas di toilet umum, mur atau baut jembatan, dan lain-lain.
Mengapa perilaku seperti ini kerap terjadi?
Sosiolog asal Universitas Airlangga Bagong Suyanto menilai, perilaku seperti itu menunjukkan rendahnya tanggung jawab terhadap fasilitas umum yang merupakan hak semua orang untuk menikmatinya.

Emak-emak cabut tanaman di exit Tol Singosari, Malang-Jatim (16/12/2019).
"Di Indonesia kepedulian dan responsibility masyarakat terhadap fasilitas publik memang rendah. Ini dipicu oleh belum terinternalisasinya panoptikon (pengawasan) di konstruksi mereka," kata Bagong saat dihubungi Kompas.com, Senin (16/12/2019) sore.
Menurut Bagong, ada beberapa hal yang melatarbelakangi hal ini, misalnya, rasa memiliki yang rendah dan dan keterikatan pada komunitas.
Namun, lanjut dia, keberadaan media sosial saat ini bisa membantu proses pengawasan masyarakat. Hal baik akan panen pujian, sementara hal buruk akan dengan mudah mendatangkan hujatan dan sanksi sosial lainnya.
"Media sosial bisa menjadi panoptikon. Asal di sana dikembangkan discourse yang mendukung," kata Bagong. (Luthfia Ayu Azanella/Kompas.com)