Ancaman Begitu Nyata di Depan Mata: Dulu Ramai Ditinggali Warga, Kini Banyak Desa Pesisir di Jawa yang Berubah Jadi Tempat Hantu. Ternyata Begini Penjelasannya
Fotokita.net - Perubahan iklim sudah begitu nyata di depan mata. Sebagai negara yang wilayahnya didominasi perairan laut, Indonesia punya garis pantai yang salah satunya terpanjang di dunia. Di dalamnya pun ada banyak desa yang dihuni warga.
Kini, bumi makin panas dan es kutub terus mencair, Indonesia menjadi salah satu negara yang terdampak dalam peristiwa perubahan iklim. Air laut yang naik drastis telah menghancurkan desa-desa yang berada di kawasan pesisir.
Lihat saja foto yang diambil oleh Antara Foto di sebuah Desa di pucuk utara Demak, Jawa Tengah.
Abrasi yang menempa desa selama 20 tahun lebih, membuat para warganya memilih mengungsi dan berpindah kediaman.
Warga Dusun Rejosari Senik, Bedono, Sayung, Demak, Jawa Tengah telah lama ditinggalkan penghuninya.
Banjir rob mulai dirasakan pada tahun 1995, kemudian ketika banjir rob semakin parah dan menenggelamkan rumah warga pada tahun 2006, berbondong-bondong warga meninggalkan desa ini.
Terilhat dari foto udara tersebut beragam bangunan mulai dari rumah dan tempat ibadah tampak usang dan rusak tak berpenghuni.
Keluarga yang masih tinggal di desa tenggelam itu adalah keluarga Pastijah (50). Dia masih melakukan beberapa aktifitas di rumahnya yang terletak di antara rumah-rumah tak berpenghuni.
Melansir dari BBC Pastijah tinggal bersama suami, ketiga anak, dan mertuanya.
"Ya tidak apa-apa. Masih suka di sini. Pekerjaan bapaknya kan ... kalau mau di daratan tak bisa. Kebon sawah tak punya. Kalau nelayan kan luas lautannya,” jelas Pastijah, kepada BBC.
Dua kampung tergenang luapan air laut yakni, di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, dan Kampung Muarajaya, Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (28/11/2019).
Ratusan rumah di dua kampung berbeda tersebut rusak dan ditinggalkan oleh penghuninya lantaran terkena abrasi sejak 12 tahun lalu.
Dilansir dari Antara, salah satu warga terdampak abrasi di Kampung Muarajaya, Yusuf (39) di Bekasi, mengatakan, Kurang lebih sekitar 12 tahun yang lalu terdapat puluhan rumah di kampungnya.
Namun, rumahnya bersama sekitar 50 rumah lainnya rusak perlahan akibat tersapu air karena abrasi. Sehingga, ia bersama warga lainnya harus pindah ke Kampung Baru di RT02/01, Desa Pantaimekar.
Warga lainnya, Tuti (47) misalnya, ia tinggal bersama anak dan juga cucunya. Terkadang ia kesulitan untuk berpergian ke tempat lain karena akses yang terbatas.
Belum lagi, banjir rob yang kerap terjadi pada bulan November hingga Januari.
"Habis mau tinggal di mana lagi. Sekarang hanya tinggal tiga rumah, dan ada sembilan orang di sini," kata Tuti.