Follow Us

Biarpun Tim Polo Air Raih Medali Emas Pertama, Tetap Saja Kontingen Indonesia Sulit Jadi Juara Umum dalam SEA Games 2019 Filipina. Bahkan, Kita Harus Siap Prestasi yang Buruk. Begini Alasannya

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Sabtu, 30 November 2019 | 07:02
Aksi tim polo air putra Indonesia saat menghadapi Singapura pada ajang SEA Games 2019 Filipina, Kamis (28/11/2019)
AKUATIK INDONESIA

Aksi tim polo air putra Indonesia saat menghadapi Singapura pada ajang SEA Games 2019 Filipina, Kamis (28/11/2019)

Fotokita.net - Kabar gembira datang dari SEA Games 2019 Filipina. Di tengah penyelenggaraan yang dapat kritik bertubi-tubi lantaran ada sejumlah ketidakberesan, kontingen Indonesia berhasil menggondol medali emas yang pertama.

Tentu saja, kabar positif ini seolah menjadi pelepas dahaga bagi kontingen Garuda yang diprediksi bakal sulit untuk juara umum, bahkan untuk duduk di peringkat dua dan tiga dalam klasemen umum perolehan medali pun nyaris mustahil.

Timnas polo air putra Indonesia sukses meraih medali emas pertama bagi kontingen Indonesia di SEA Games 2019. Kepastian itu didapat setelah laga antara Singapura vs Filipina yang berlangsung di New Clark City Aquatic Center, Clark, Filipina, Jumat (29/11/2019), berakhir imbang.

Baca Juga: Indonesia Sukses Sambut 45 Negara dalam Asian Games 2018, Sementara Filipina Pontang-panting Jadi Tuan Rumah 11 Negara di Sea Games 2019: Cuma Dapat Malu!

Peluang timnas polo air putra Indonesia untuk meraih medali emas datang setelah Indonesia mengatasi perlawanan Malaysia dengan skor 14-7.

Sebelumnya, Indonesia ditahan imbang oleh Filipina di laga perdana dengan skor 6-6. Kemudian, Indonesia menang 17-2 saat melawan Thailand dan secara mengejutkan berhasil mengalahkan Singapura di laga berikutnya.

Tiga kemenangan beruntun dan satu kali seri membuat Indonesia berada di puncak klasemen cabor polo air putra. Perolehan poin Indonesia tidak bisa lagi dikejar oleh tim-tim negara lain.

Momen saat Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, melepas kontingen Indonesia untuk SEA Games 2019 di Istana Kepresidenan Bogor, Rabu (27/11/2019)
YOUTUBE SEKRETARIAT PRESIDEN

Momen saat Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, melepas kontingen Indonesia untuk SEA Games 2019 di Istana Kepresidenan Bogor, Rabu (27/11/2019)

Pertandingan cabor polo air putra diikuti oleh Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Tidak hanya menjadi medali emas pertama bagi Indonesia di SEA Games 2019. Raihan tersebut juga mencetak sejarah bagi timnas polo air putra Indonesia.

Pasalnya, untuk kali pertama timnas polo air putra Indonesia bisa meraih medali emas dan mengalahkan sang juara bertahan, yakni Singapura.

Baca Juga: Bukan Cuma Bendera Indonesia yang Tertukar dengan Thailand, Panitia Sea Games 2019 Filipina Dapat Keluhan Bertubi-tubi: Semuanya Serba Semrawut

Selain itu, ini juga menjadi medali emas pertama timnas polo air putra Indonesia sejak kali pertama berpartisipasi di SEA Games pada 1997 lalu.

Singapura sendiri tercatat sebagai pemilik medali emas di cabor polo air putra sebanyak 28 kali.

Timnas polo air putra diperkuat oleh Putra, Mulia, Tarigan, Felliciano, Manik, Arifin, Budiman, Rinaldo, Uwayzulqarni, Mahmud, Putra, Dwicahya, dan Alfariz.

Atlet polo air Indonesia, Ridjkie Mulia (kanan), terpilih menjadi pembawa bendera di pembukaan SEA Games 2019.
TRIBUNNEWS/ABDUL MAJID

Atlet polo air Indonesia, Ridjkie Mulia (kanan), terpilih menjadi pembawa bendera di pembukaan SEA Games 2019.

Pada SEA Games 2019 di Filipina ini, masyarakat tidak bisa berharap terlalu banyak Indonesia bisa menjadi juara umum.

Sebab, kontingen Indonesia saat ini mayoritas atlet muda yang minim pengalaman. Program pelatnas juga tidak seoptimal persiapan Asian Games 2018.

”Secara jujur pada SEA Games kali ini, peluang Indonesia untuk juara umum mustahil. Untuk duduk di peringkat kedua atau ketiga, nyaris mustahil. Paling realistis, Indonesia cuma bisa di peringkat keempat atau kelima. Tapi, kami harap Indonesia bisa berada di peringkat keempat atau naik satu peringkat dibandingkan SEA Games dua tahun lalu,” ujar Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto dihubungi dari Jakarta, Minggu (24/11/2019).

Gatot mengatakan, ekspektasi masyarakat pasti tinggi terhadap kontingen Indonesia di SEA Games 2019 selama 30 November-11 Desember ini. Di Asian Games, Indonesia duduk di peringkat keempat dari total 37 peserta dengan perolehan 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu.

Baca Juga: Dulu Mencak-mencak di Media Sosial Gara-gara Perlakuan Suporter Timnas Garuda, Kini Menpora Malaysia Cuma Bereaksi Begini Sewaktu Dapat Protes Soal Pemukulan Suporter Indonesia di Kuala Lumpur

Indonesia menjadi negara Asia Tenggara terbaik dalam ajang empat tahunan itu. ”Publik pasti menganggap Indonesia bisa melibas semua negara ASEAN di SEA Games ke-30 ini,” katanya.

Namun, Gatot melanjutkan, pola pikirnya tidak sesimpel itu. Asian Games sangat berbeda dengan SEA Games. Mayoritas cabang pertandingan Asian Games adalah cabang-cabang Olimpiade.

Sedangkan mayoritas cabang SEA Games adalah cabang-cabang pilihan tuan rumah. Hanya ada 30an cabang Olimpiade dari 56 cabang di SEA Games 2019. Hal itu membuat tuan rumah sangat diuntungkan untuk mencapai prestasi terbaik.

Timnas polo air Indonesia melakukan latihan menjelang SEA Games 2019 di Aquatics Center New Clark City , Filipina, 23 November 2019.
TWITTER.COM/PBPRSI

Timnas polo air Indonesia melakukan latihan menjelang SEA Games 2019 di Aquatics Center New Clark City , Filipina, 23 November 2019.

Pada SEA Games 2017 Malaysia, Filipina hanya di peringkat keenam dari total 11 peserta dengan perolehan 24 emas, 33 perak, dan 64 perunggu. Mereka pasti akan melesat pada SEA Games ini, yakni diprediksi berada di tiga besar.

Mereka pasti akan bersaing ketat dengan negara favorit juara umum Thailand dan negara yang sedang naik daun di dunia olahraga ASEAN Vietnam.

Dengan begitu, Indonesia yang dua tahun lalu berada di peringkat kelima dengan perolehan 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu sangat sulit untuk mengisi tiga besar. Indonesia paling optimal berada di peringkat keempat ataupun kelima dengan perolehan 45 emas.

Baca Juga: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Selalu Kalah Telak dalam 4 Pertandingan Timnas Indonesia Dicemooh Supporter. Piala Dunia Tinggal Mimpi!

”Lagipula, untuk Indonesia, berlaga di kandang lawan tidak semudah berlaga di kandang sendiri. Tidak dipungkiri, wasit dalam perlombaan cenderung menguntungkan tuan rumah. Belum lagi faktor teror dari para penonton tuan rumah,” tutur Gatot.

Gatot menuturkan, faktor lain yang membuat Indonesia belum bisa berbuat banyak adalah penerapan komposisi 60 persen atlet muda/pelapis dan 40 persen atlet senior/elite pada SEA Games 2019.

Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Zainudin Amali, menyerahkan bendera kepada Ketua KOI, Raja Sapta Oktohari, pada pelepasan kontingen SEA Games 2019 di Jakarta, Rabu (27/11/2019).
LARIZA OKY ADISTY/BOLASPORT.COM

Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Zainudin Amali, menyerahkan bendera kepada Ketua KOI, Raja Sapta Oktohari, pada pelepasan kontingen SEA Games 2019 di Jakarta, Rabu (27/11/2019).

Memang, instruksi Kemenpora itu belum sepenuhnya dijalankan. Dari 800an atlet Indonesia di SEA Games nanti, komposisinya masih 50 persen atlet muda dan 50 persen atlet senior.

Namun, itu sudah memberikan perbedaan nyata antara kontingen Indonesia saat ini dan sebelum-sebelumnya. Pada edisi SEA Games yang lalu-lalu, kontingen Indonesia selalu didominasi para atlet senior.

”Kali ini, kami memberikan instruksi khusus menggunakan atlet muda atau pelapis guna menjalankan proses regenerasi. Adapun atlet elite difokuskan pada ajang lebih besar, seperti Asian Games dan Olimpiade,” ujarnya.

Baca Juga: Jarang Terjadi dalam Prestasi Sepak Bola Kita, Pasukan Garuda Muda Bisa Samakan Poin Timnas China. Foto-foto Ini Buktikan Mereka Rela Mati-matian di Lapangan!

Para atlet muda yang turun nanti, sebagian besar belum punya pengalaman berlaga di ajang multicabang internasional seperti SEA Games. Dengan kondisi masih hijau itu, atlet-atlet tersebut kemungkinan belum bisa berbuat banyak pada ajang tersebut.

”Kami maklum jika para atlet muda itu belum bisa berbuat banyak. Untuk itu, peringkat keempat dengan perolehan 45 emas sudah sangat optimal jika terwujud,” kata Gatot.

Para kontingen Indonesia yang akan berangkat ke SEA Games 2019 di Filipina berbaris jelang pelepasan oleh Menpora RI di Jakarta, Rabu (27/11/2019)
LARIZA OKY ADISTY/BOLASPORT.COM

Para kontingen Indonesia yang akan berangkat ke SEA Games 2019 di Filipina berbaris jelang pelepasan oleh Menpora RI di Jakarta, Rabu (27/11/2019)

Secara keseluruhan, semua faktor itu menjadi bagian lima variabel perhitungan faktor kesalahan (margin error) dalam penentuan target meraih medali di SEA Games 2019.

Selain faktor tuan rumah dan jam terbang atlet, faktor lain yang berpengaruh adalah kebugaran atau cedera, puncak performa, dan nonteknis (anggaran).

Faktor tuan rumah, kebugaran, dan nonteknis adalah variabel tetap yang selalu ada di setiap ajang multicabang. Faktor kesalahan itu nilainya mencapai dua persen sehingga turut merevisi target Menpora Zainudin Amali dari ingin meraih lebih dari 50 emas menjadi hanya 45 emas.

Wakil I Ketua Umum Bidang Pembinaan Prestasi Olahraga, Bidang Sport Science dan Iptek, dan Bidang Diktar KONI Suwarno mengutarakan, sejak awal, KONI sudah memperkirakan peluang Indonesia hanya sekitar 45 emas.

Baca Juga: Tak Terima Pendukung Harimau Malaya Disakiti Oleh Suporter Timnas Garuda, Menpora Malaysia Akan Lakukan Hal Ini. Akankah Hubungan Jadi Tegang?

Perkiraan itu muncul dari perhitungan target awal pengurus induk cabang, kondisi pelatnas, dan calon lawan di SEA Games. ”Perkiraan itu sudah kami sampaikan ke pihak terkait, seperti Kemenpora dan KOI dalam rapat di Komisi X DPR,” tuturnya.

Artinya, tidak ada perkembangan berarti antara hasil Indonesia pada SEA Games 2017 dan 2019. Dua tahun lalu, KONI pun memperkirakan Indonesia meraih 46 emas. Nyatanya, Indonesia mendapatkan 38 emas dan harus puas duduk di peringkat kelima.

Suwarno menjelaskan, situasi itu juga karena dinamika yang ada. Kemenpora membuat kebijakan komposisi kontingen 60 persen atlet muda dan 40 persen elite.

”Dengan dominasi atlet senior saja Indonesia tidak bisa berbuat banyak di SEA Games 2017, apalagi dengan didominasi atlet muda di SEA Games kali ini. Bisa meraih 45 emas, itu sudah sangat optimal,” ujarnya.

Atlet Indonesia Makin Pede Bertanding di SEA Games 2019, Rahasia Latihannya Dibongkar Sebelum Berangkat ke Filipina!

Atlet Indonesia Makin Pede Bertanding di SEA Games 2019, Rahasia Latihannya Dibongkar Sebelum Berangkat ke Filipina!

Di sisi lain, Suwarno menyampaikan, pelatnas yang berlangsung juga kurang optimal. Sudah menjadi rahasia umum, banyak cabang tidak bisa menggelar pelatnas setahun penuh.

Cabang yang bisa melakukan pelatnas setahun penuh hanya cabang kluster pertama yang mendapatkan dana bantuan pelatnas lebih besar, yakni bulu tangkis dan angkat besi.

Adapun cabang lain yang masuk kluster kedua, ketiga, dan keempat, rata-rata hanya melakukan pelatnas enam bulan karena keterbatasan anggaran. Bahkan, di kluster keempat, ada cabang yang melakukan pelatnas cuma dua-tiga bulan, seperti sofbol dalam naungan PB Perbasasi.

Baca Juga: Saat Timnas Senior Disoraki Karena Prestasi Jeblok, Garuda Muda Gagah Berani Hancurkan Pertahanan Tim Ini. Foto-foto Aksi Mereka Bikin Kita Bangga!

”Situasi ini tidak sesuai dengan semangat pembinaan atlet yang mestinya terus berkelanjutan. Pasti, hal itu akan turut memengaruhi performa atlet pada SEA Games nanti,” katanya.

Manajer pelatnas PB PASI Mustara Musa mengatakan, tak hanya masyarakat, pemerintah juga tidak boleh terlalu berharap banyak ada perbaikan prestasi dari SEA Games 2017 ke SEA Games 2019.

Pasalnya, pemerintah sendiri tidak memberikan dukungan penuh terhadap jalannya pelatnas. Bukan masalah anggaran bantuan pelatnas, melainkan lebih kepada sarana tempat latihan.

Tim Putra bulu tangkis Indonesia pada SEA Games 2019 di Filipina, 1-9 Desember 2019.
BADMINTON INDONESIA

Tim Putra bulu tangkis Indonesia pada SEA Games 2019 di Filipina, 1-9 Desember 2019.

Sejauh ini, atletik yang melakukan pelatnas di Stadion Madya Senayan, Jakarta sering kali tergusur dari pelatnas karena kepentingan komersial pihak pengelola.

Bahkan, tak jarang, pelatnas harus libur karena ada kegiatan yang tak boleh diganggu di Stadion Madya maupun Stadion Utama Gelora Bung Karno, seperti kegiatan sepak bola.

”Uang memang penting, tetapi kami tidak pernah terlalu banyak menuntut soal uang. Kami hanya menuntut agar dapat keistimewaan untuk melakukan pelatnas di Stadion Madya Senayan. Latihan yang nyaman itu adalah faktor penting dalam pembinaan. Sekarang, latihan kami justru sering tergusur. Dari itu, pemerintah juga harus maklum jika kami tidak bisa memberikan prestasi tinggi seperti yang mereka harapkan, yakni menggusur Malaysia di peringkat ketiga perolehan medali atletik SEA Games 2017 dengan 8 emas, 8 perak, dan 9 perunggu,” tuturnya.

Baca Juga: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Begini Potret Pilu Timnas Garuda yang Terima Dua Kekalahan Beruntun di Kandang Sendiri. Suporter Pun Soraki Pemain Kebanggaan Kita!

Jadwal pertandingan Timnas U-22 di SEA Games 2019
Instagram @officialpssi

Jadwal pertandingan Timnas U-22 di SEA Games 2019

Wakil Ketua PB Perbasasi Leo Agus menuturkan, cabang mereka hanya masuk kluster keempat dengan anggaran bantuan yang cukup untuk pelatnas dua-tiga bulan saja, tepatnya dari Oktober-Desember.

Dengan pelatnas yang terbatas itu, atlet bisa dapat apa. Padahal, pembinaan itu harusnya setahun penuh dan berkelanjutan.

”Situasi-situasi seperti ini juga harus dipahami oleh pemerintah. Bahwa, cabang sebenarnya punya niat untuk memberikan prestasi yang terbaik pada ajang multicabang. Namun, kadang kala, dukungan dari pemerintah juga tidak optimal untuk perkembangan cabang,” ujarnya. (Farahdilla Puspa/Kompas.com; Adrian Fajriansyah/Kompas.id)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest