Follow Us

Ciputra Meninggal Dunia, Inilah Sosok Raja Properti yang Pernah Minta Karyawannya Lakukan Hal Ini Sewaktu Perusahaannya Nyaris Bangkrut Gara-gara Diterjang Krisis Moneter

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Rabu, 27 November 2019 | 07:30
Pembina dan pendiri PB JAYA RAYA, Ir. Ciputra bersama Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia
ERLY BAHTIAR/BOLA/JUARA.NET

Pembina dan pendiri PB JAYA RAYA, Ir. Ciputra bersama Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia

Fotokita.net - Raja properti yang juga pengusaha papan atas Indonesia, Ir Ciputra telah meninggal dunia di Singapura.

Berita duka ini telah disampaikan oleh pihak keluarga kepada sejumlah media massa. Berita duka keluarga Ciputra, Chairman dan Founder Ciputra Group.

Dalam pesan singkat yang tiba di redaksi Kontan, Ciputra meninggal dunia di Singapura pada pukul 27 November 2019 pukul 01.05 waktu setempat.

"Telah meninggal dunia dengan tenang, Bapak Ir Ciputra, Chairman dan Founder Ciputra Group di Singapore pada tanggal 27 November 2019 pukul 01.05 waktu Singapore. Kami keluarga besar Ciputra Group mengucapkan turut berduka yang mendalam dan mendoakan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan menghadapi kedukaan ini," demikian pesan singkat dari Rina Ciputra Sastrawinata yang merupakan anak pertama Ciputra. Krisis moneter yang menerpa Indonesia 20 tahun silam memberi kesan mendalam bagi banyak pihak, terutama para konglomerat yang kehidupannya sempat berubah drastis akibat badai ekonomi 1997-1998.

Baca Juga: Jadi Saksi Kunci Cinta Segitiga Anak Cendana dan Pengusaha Top, Begini Alasan Peragawati Kondang Itu Bongkar Kisah Romansa Terlarangnya: Dia Tahu Segalanya! Kondisi pertumbuhan ekonomi yang lunglai hingga minus 13 persen dan depresiasi rupiah sebesar 614,8 persen dalam satu tahun tentu sulit terlupakan. Momentum itu menjadi benang merah bagi perjalanan karier bisnis para hartawan yang menikmati cuan dari bisnis era Orde Baru hingga reformasi bergulir. Bagi pengusaha senior Ciputra, era Orde Baru merupakan masa kejayaan bisnisnya, di mana tiga lini bisnis raksasanya berkembang pesat, yakni Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group.

Tampak depan GOR PB Jaya Raya yang diresmikan oleh Ir. Ciputra dan Menteri Pemuda dan Olahraga Repub
DIYA FARIDA PURNAWANGSUNI/JUARA.NET

Tampak depan GOR PB Jaya Raya yang diresmikan oleh Ir. Ciputra dan Menteri Pemuda dan Olahraga Repub

Namun, seperti dilansari dari CNNIndonesia.com, Ciputra bercerita bisnis yang ia bangun seketika dihadapkan pada ujian ketika krisis moneter berlangsung. Ia menggambarkan fase krisis tersebut menjadi pukulan terberat yang dipikul selama meniti karier sebagai pengusaha.

Pria yang memiliki nama asli Tjie Tjin Hoan ini mengaku bisa merasakan firasat bahwa masalah finansial Thailand pada pertengahan 1997 berpotensi menyeret Indonesia dalam pusaran krisis. Namun, kala itu Ciputra belum terlalu khawatir karena proyek-proyek yang dimilikinya tengah disambut hangat oleh pasar. Dalam buku berjudul 'Ciputra: The Entrepreneur-The Passion of My Life' terungkap dirinya percaya diri karena tak mungkin terpuruk dengan hadirnya bisnis perbankan yang dimilikinya.

Baca Juga: Pabrik Dalam Negeri Banyak Gulung Tikar, Serbuan Barang Impor Telah di Depan Mata. Benarkah Prediksi Soeharto Soal Ekonomi Kita Pada Seperempat Abad Lalu Jadi Kenyataan? "Kami tidak mungkin tidak bisa membayar utang. Kala itu kami juga sudah memiliki bisnis perbankan, Bank Jaya, Bank Ciputra, dan perusahaan asuransi bernama Ciputra Allstate. Tiga perusahaan yang kami yakini akan berkembang baik," imbuh Ciputra. Namun, firasat berubah jadi kasatmata, gangguan terhadap bisnis dimulai ketika nilai tukar rupiah terjungkal dari Rp2.000 per dolar AS menjadi lebih dari Rp17.000 per dolar AS.

Angkuhnya Gaya Sedekap Bos IMF Kepada Soeharto Kala Memberi Dana Bantuan Ke Indonesia Tahun 1998
Kompas.com/JB Suratno

Angkuhnya Gaya Sedekap Bos IMF Kepada Soeharto Kala Memberi Dana Bantuan Ke Indonesia Tahun 1998

Kondisi itu membuat Ciputra cemas karena sebagian utang perusahaan dalam bentuk dolar AS, tak tanggung-tanggung mencapai US$100 juta. Otomatis nominal utang menggelembung jadi hampir lima kali lipat. Di sisi lain, semua pendapatan lini bisnis Ciputra dalam bentuk rupiah, sehingga tak mampu menutupi pembengkakan utang. Hal paling menyedihkan, lanjut dia, dua bank dan satu perusahaan asuransi yang dimilikinya harus ditutup pemerintah. Utang grup bisnis yang tadinya bisa dibayar sekitar Rp245 miiar tiba-tiba melambung jadi Rp1 triliun.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest