Follow Us

Ciputra Meninggal Dunia, Inilah Sosok Raja Properti yang Pernah Minta Karyawannya Lakukan Hal Ini Sewaktu Perusahaannya Nyaris Bangkrut Gara-gara Diterjang Krisis Moneter

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Rabu, 27 November 2019 | 07:30
Pembina dan pendiri PB JAYA RAYA, Ir. Ciputra bersama Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia
ERLY BAHTIAR/BOLA/JUARA.NET

Pembina dan pendiri PB JAYA RAYA, Ir. Ciputra bersama Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia

Baca Juga: Santer Isu Baku Tembak Kedua Putranya Hingga Mengenai Ibu Tien Soeharto, Sosok Dekat dengan Soeharto Justru Beberkan Fakta Sebenarnya. Dia Pun Jadi Saksi Kepergian Sang Ibu Negara Situasi semakin buruk ketika terjadi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia, disertai penurunan daya beli masyarakat. Dampaknya, situasi pasar properti menjadi tidak kondusif sehingga mengakibatkan nilai pemasaran penjualan (sales marketing) merosot drastis.

Keterpurukan Ciputra tak berhenti, manajemen tak bisa lagi membendung kemarahan pemasok material, mandor, dan seluruh pihak yang menuntut pembayaran bahan baku properti sesegera mungkin. Seluruh lini usaha propertinya hanya tinggal menghitung hari menuju kebangkrutan. Tak berselang lama, ia memanggil jajaran direksi Ciputra Group untuk mengumumkan kondisi perusahaan yang tengah sekarat. Ia mengaku tak akan menghalangi langkah direksi jika ingin mangkat dari perusahaan.

Namun, hatinya sedikit semringah saat mengetahui sebagian besar direksi tak meninggalkan bisnis yang dibangun selama berpuluh-puluh tahun itu. Hanya ada segelintir orang saja yang keluar, itu pun lantaran kesadaran tidak ingin membebani perusahaan lebih jauh lagi. "Saya, Ciputra, di tahun 1998, menangis bersama detik yang berjalan. Di kamar tidur, di meja makan, bahkan pada saat mandi dengan air shower yang menyiram tubuh, air mata saya pun berlinangan. Kami jelas akan kehilangan banyak hal. Tapi yang pasti, kami tidak akan mengubur diri," ungkap beberapa waktu lalu.

Ia sadar, tak ada waktu untuk membenamkan diri dalam nestapa. Segera, ia langsung meluncurkan aksi penyelamatan.

Baca Juga: Tak Pernah Kantongi Restu dari Ibu Tien Soeharto, Mayangsari Nekat Lakukan Hal Ini Sewaktu Sang Ibu Mertua Tutup Usia "Ujian ini sempat membuat saya goyah dan jatuh. Namun, saya tidak patah semangat dan bekerja lebih keras. Syukur kepada Tuhan, saya mampu melewati segala ujian dan tantangan tersebut," tuturnya. Saat krisis 1998 terjadi, ada satu peristiwa menarik yang merekat dalam ingatannya hingga saat ini. Dia bercerita, aset perusahaan berupa lahan menjadi terbengkalai karena proyek tidak berjalan baik "Saya juga masih fokus untuk mencari jalan keluar dalam menghadapi persoalan bisnis. Beberapa karyawan saat itu berinisiatif agar bagaimana bisa tetap produktif," ungkapnya.

Para karyawan kemudian bercocok tanam di lahan-lahan kosong. Banyak tanaman produktif yang dihasilkan, antara lain sayur-mayur, jagung, ubi, ketela, buah-buahan, dan lain-lain. Meskipun hasilnya tidak sebesar ketika menjual produk properti, namun uang hasil bercocok tanam itu digunakan untuk membantu biaya operasional perusahaan. Dalam situasi yang sulit dan penuh tantangan tersebut, Ciputra, keluarga, dan karyawannya berpikir keras untuk bangkit dari keterpurukan. Di sisi lain, pihaknya juga dituntut untuk mampu menjaga level kepercayaan terhadap semua aspek bisnis, mulai dari konsumen, bank, maupun pemerintah. "Saya berusaha membuat pikiran tetap fokus mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Saya tekankan waktu itu mengenai prinsip 'Janji adalah utang, dan utang harus dilunasi'," tegas dia.

Baca Juga: Jadi Calon Tunggal Kapolri, Rupanya Jenderal Polisi Seangkatan Tito Karnavian Ini Bukan Orang Sembarangan. Dia Pernah Ikut Operasi Memburu Tommy Soeharto! Maka itu, negosiasi terus dilakukan terhadap para kreditur hingga akhirnya membuahkan hasil, dan semua utang direstrukturisasi.

"Kami bolak-balik Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan melakukan pertemuan dengan pejabat-pejabat terkait agar persoalan yang membelit kami bisa dihilangkan," kata Ciputra. Usaha para direksi akhirnya berbuah hasil. Ciputra juga mengapresiasi kepiawaian direksi Metropolitan Group dalam membayar utang dengan kavling tanah. Meski kehilangan banyak, setidaknya Ciputra tak kehilangan reputasi. Saat itu, Ciputra harus melepas kepemilikan saham di beberapa proyek strategis, seperti Bumi Serpong Damai dan Pantai Indah Kapuk. "Bagi kami, lebih baik kehilangan proyek daripada kehilangan kepercayaan dari bank, nasabah, masyarakat, serta karyawan," imbuhnya.

Editor : Fotokita

Baca Lainnya

Latest