Follow Us

New York Times Bahas 2 Desa di Pelosok Jawa Timur Ini Gara-gara Pembakaran Sampah Plastik di Pabrik Tahu. Ternyata Sampah Plastik Itu Impor dari Negara Ini

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Senin, 18 November 2019 | 07:37
Warga menyortir sampah plastik di Desa Bangun, Mojokerto, Jawa Timur, Senin (22/7/2019). Kala masyarakat dunia berlomba-lomba memerangi plastik bekas, namun tidak bagi masyarakat Bangun yang melihat sampah plastik layaknya uang.
AFP

Warga menyortir sampah plastik di Desa Bangun, Mojokerto, Jawa Timur, Senin (22/7/2019). Kala masyarakat dunia berlomba-lomba memerangi plastik bekas, namun tidak bagi masyarakat Bangun yang melihat sampah plastik layaknya uang.

"Para pemangku kebijakan harus melarang pembakaran sampah plastik, mengatasi kontaminasi lingkungan, dan secara ketat mengontrol impor," jelasnya.

Adapun studi itu dilakukan oleh empat organisasi. Yakni Ecoton dan the Nexus3 Foundation asal Indonesia, Arnika dari Praha, Republik Ceko.

Baca Juga: Sampah Bisa Bikin Gunung Baru, Pemerintah Kota Ini Buat Program Beli Makanan dengan Sampah Plastik

Serta International Pollutants Network atau IPEN, organisasi internasional yang fokus kepada mengenyahkan polutan beracun.

Dilaporkan New York Times, racun itu bermula ketika negara-negara Barat melakukan upaya penyortiran sampah untuk didaur ulang.

Kebanyakan sampah itu kemudian dikirim ke luar negeri, termasuk ke Indonesia, di mana dikombinasikan dengan sampah lokal untuk diolah. Namun, ada sampah yang tidak bisa didaur ulang, dan berakhir menjadi bahan bakar di pabrik tahu di Tropodo, desa di timur Pulau Jawa.

Warga menyortir sampah plastik di Desa Bangun, Mojokerto, Jawa Timur, Senin (22/7/2019). Kala masyarakat dunia berlomba-lomba memerangi plastik bekas, namun tidak bagi masyarakat Bangun yang melihat sampah plastik layaknya uang.
AFP

Warga menyortir sampah plastik di Desa Bangun, Mojokerto, Jawa Timur, Senin (22/7/2019). Kala masyarakat dunia berlomba-lomba memerangi plastik bekas, namun tidak bagi masyarakat Bangun yang melihat sampah plastik layaknya uang.

"Benda ini dikumpulkan dari AS dan negara lain, dan kemudian dijadikan sumber pengapian pabrik," kata Yuyun Ismawati dari Nexus3 Foundation.

Yuyun mengatakan, pengolah limbah tak bertanggung jawab memilih membuangnya di negara berkembang dengan memalsukan dokumennya. Dalam dokumen, oknum itu menuliskan hanya ada 50 persen limbah plastik di dalamnya.

Adapun perusahaan lokal mengeruk untung dengan menerimanya. Kebanyakan dari plastik yang dikirim itu adalah berkualitas rendah, tidak diinginkan, dan Indonesia tidak bisa mendaur ulangnya.

Setelah memilah beberapa bahan untuk didaur ulang, barulah sisanya kemudian dibawa ke Bangun, desa di mana pemulungnya bakal mencari apa yang masih berharga.

Baca Juga: Potret Sampah Plastik Di Indonesia, Dari Impor Sampah Hingga Dana Hibah

Editor : Fotokita

Baca Lainnya

Latest