Para pembuat tahu di Tropodo mengungkapkan, mereka berpindah dari plastik ke kayu bakar sejak bertahun-tahun yang lalu.
Nanang Zainuddin misalnya, Dia mengaku menggunakan plastik karena murah. Bahkan dia mengungkapkan harganya sepersepuluh dari kayu bakar. Dia berkata, dioxin bisa datang dari mana saja.
"Jika pemerintah berniat untuk memberikan solusi, tentu akan bagus sekali," terangnya.
Baca Juga: Apakah Sampah Plastik di Indonesia Bakal Seperti di India dan Filipina? Lihat Foto-fotonya Yuk
Mantan kepala desa Tropodo Ismail yang juga produsen tahu menuturkan, dia sempat melarang penggunaannya pada 2014 silam.
Tetapi larangan itu hanya bertahan selama beberapa bulan sebelum mereka beralih ke plastik. Adapun dia menggunakan campuran plastik serta kayu bakar.
"Para pembuat tahu di sini hanya mencari untung, untung, dan untung. Mereka tidak memperhitungkan akibat dari perbuatan mereka," paparnya. (Adi Priyatno Utomo/Kompas.com)