Bahkan, ia empat mengajukan pemohonan pemasangan air PDAM ke rumahnya. Namun, permintaannya itu ditolak mentah-mentah oleh pengelola.
“Saya sudah bilang, biarin saja PDAM masuk ke rumah saya, saya yang bayar pipanya, tukangnya. Berapa meter sini saya yang bayarin, maksudnya biar bagi ke saya juga airnya,” ujar Lies.
Karena kesulitan air itu, ia pun harus membeli 25 galon air bersih setiap harinya. Itu untuk kebutuhan Lies, suami, dan satu anaknya yang masih duduk di kelas 6 SD. Membawa banyak galon ke dalam rumahnya juga bukan perkara mudah.

Rumah Lies (64) berada di tengah gedung Apartemen Thamrin Exclusive Residence. Sejak 2012, dia menolak tawaran pengembang yang ingin membeli rumahnya.
Meski dibantu sang suami membawa galon-galon itu, ia tetap mengeluhkan sakit setiap membawa galon itu. “Ini kan jalan masuk ke rumah saya lihat ya sempit terus licin, kadang suka kepleset saya gara-gara ngangkut air,” ucapnya.
Kesulitan Lies tak berhenti di situ. Ibu tiga anak ini bahkan pernah diminta bayar parkir untuk masuk ke kawasan apartemen. Padahal, dia hendak pulang ke rumahnya yang ada di sisi belakang apartemen.
“Pernah dimintai untuk Rp 500.000 mobil dan Rp 300.000 motor per bulannya. Saya tidak mau, akhirnya sekarang gratis. Enak saja mereka minta-minta ke saya, orang ini tanah juga tanah nenek moyang saya,” tukas Lies.

Rumah Lies (64) berada di tengah gedung Apartemen Thamrin Exclusive Residence. Sejak 2012, dia menolak tawaran pengembang yang ingin membeli rumahnya.
Adapun rumah rumah sederhana milik Lies itu tampak berada di kawasan Apartemen Thamrin Executive Residence tepatnya di belakang apartemen. Sekeliling rumah Lies adalah tower apartemen.
Sekilas, rumah ini seperti tak terlalu tampak karena tertutup tembok rumah yang dihiasi tanaman. Sementara jika dilihat dari atas gedung apartemen, hanya tampak genting tua warna cokelat yang telah usang.