Fotokita.net -Tingginya penderita kusta di Asmat juga pernah ditemukan di Kampung Mumugu, Distrik Sawa Erma, yang berbatasan dengan wilayah Nduga di Pegunungan Tengah. Menurut Hana, beberapa tahun lalu peneliti Belanda menemukan penduduk di Mumugu yang menderita kusta hingga di atas 70 persen. Saat ini di Mumugu sudah ditangani. Namun banyak kampung di pedalaman yang kasusnya serupa Mumugu, seperti terjadi di Daikot dan Somnak.
Sebagian besar penderita dan terduga kusta di Daikot dan Somnak adalah anak-anak. Banyak di antara mereka mengalami kacacatan pada kaki dan tangan.
Fenomena kusta di Papua ibarat puncak gunung es. Sejumlah perkampungandi pedalaman Papua diduga menjadi kantung kusta.

Penyakit kusta menyerang kulit, sistem saraf perifer, selaput lendir pada saluran pernapasan atas, s
Survei lapangan oleh peneliti Litbang Kesehatan Papua, yang dipimpin peneliti Hana Krisnawati pada 12- 17 Agustus 2019 lalu menemukan dua kampung di pedalaman Asmat memiliki prevalensi kusta hingga di atas 50 persen.
Kurangnya kesadaran dalam menjaga kebersihan dan berbaurnya penderita yang belum diobati menjadi penyebab tingginya kusta di kampung-kampung terisolir di Papua. Akses menuju ke daerah pedalaman yang sulit membuat layanan kesehatan terbatas. Akibatnya, siklus penularan di dalam kampung sangat mungkin terjadi.
Dua daerah yang telah diidentifikasi memiliki penderita kusta dan terduga kusta sangat tinggi itu adalah Kampung Daikot dan Kampung Somnak di Distrik Joutu, masing-masing sekitar enamdan tujuh jam dengan perahu cepat dari Kota Agats, Ibukota Asmat. Dua kampung ini nasing-masing dihuni sekitar 200 dan 300 jiwa.

Staf dari Litbang Kesehatan Papua tengah memeriksa anak-anak di Kampung Daikot, Distrik Joutu, Kabupaten Asmat, Rabu (14/8). Penderita kusta dan terduga kusta di kampung ini di atas 70 persen, sebagian di antaranya anak-anak.
“Dua kampung ini termasuk kantung lepra. Dari survei saya angkanya bisa dengan sampai di atas 75 persen populasi,” kataHana.