Lahir 24 tahun silam di Nabire dan tumbuh di kota yang sama, Marlin adalah lulusan Universitas PGRI Adi Buana di Surabaya, Jawa Timur. Setelah lulus, ia sempat mengajar di Manggarai, Nusa Tenggara Timur, yang juga kampung halaman ayahnya, selama satu setengah tahun.
Fotokita.net - Tumbuh Sokhi Giawa, pemuda berusia 28 tahun dari Pulau Nias, Sumatera Utara. Dia datang ke Papua karena tahu wilayah itu butuh dukungan di bidang pendidikan.
“Sebelum ini saya sering melihat dan mendengar berita, kalau di Papua ini memang sangat membutuhkan dukungan dari kita semua, terutama di bidang pendidikan. Kebetulan saya sebelum ini memang mengajar di Sumatera Utara,” kata Tumbuh, lulusan Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah, Medan.
Dari kampungnya di pelosok Nias, Tumbuh memang sudah berniat berbagi ilmu dengan anak-anak Papua. Orang tuanya tentu keberatan, apalagi melihat perkembangan yang terjadi. Namun semangat Tumbuh tak goyah. Dia memberikan pengertian tentang peran besar yang bisa dilakukan untuk ikut memajukan Papua, selain meyakinkan bahwa wilayah yang dituju aman.
Keluarga pun akhirnya luluh dan mendukung penuh Tumbuh.

Murid-murid SD Negeri Tuasay, Bintuni - Papua Barat.
“Saya pribadi terharu, di dunia pendidikan, ada sebagian daerah kita di Indonesia ini yang masih ketinggalan. Saya kasih cerminan. Daerah kampung saya yang juga pelosok, sehingga orang tua maklum dan memberikan dukungan,” kata Tumbuh yang mengajar Biologi.
Apa yang terlihat di media tentang Papua membuat banyak orang takut datang. Tetapi ada ratusan anak muda yang justru mendekat. Hasrat mereka cuma satu: berbagi ilmu. Larangan orang tua tidak menyiutkan nyali mereka.