Follow Us

Gedung Rakyat dan Fasilitas Umum Dibakar dalam Kerusuhan Manokwari, Tapi Bangunan Ini Sama Sekali Tak Disentuh Warga. Begini Analisisnya

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Selasa, 20 Agustus 2019 | 14:15
Peringatan 100 Hari Gus Dur --- Mahasiswa asal Papua  mengikuti karnaval budaya untuk memperingati 100 hari meninggalnya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Jalan Malioboro Yogyakarta, Sabtu (10/4). Dalam karnaval budaya yang dimotori oleh Kaum Muda Nahdlatul Ulama Yogyakarta tersebut ditampilkan atra
Kompas Jogja

Peringatan 100 Hari Gus Dur --- Mahasiswa asal Papua mengikuti karnaval budaya untuk memperingati 100 hari meninggalnya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Jalan Malioboro Yogyakarta, Sabtu (10/4). Dalam karnaval budaya yang dimotori oleh Kaum Muda Nahdlatul Ulama Yogyakarta tersebut ditampilkan atra

Fotokita.net - Perilaku rasisme terhadap warga Papua di Jawa Timur, dituding menjadi pemicu kemarahan massa di Sorong dan Manokwari serta unjuk rasa di Jayapura. Media massa di Jakarta pun ramai memberitakan kerusuhan tersebut.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa kemudian menghubungi Gubernur Papua Lukas Enembe dan meminta maaf atas perilaku rasis dan tindakan tidak menyenangkan dari sekelompok kecil orang di Jawa Timur terhadap warga Jatim asal Papua.

Kerusuhan terjadi di Kota Sorong dan Kota Manokwari, Papua Barat, Senin (19/8). Peristiwa ini menyusul terjadinya insiden pengepungan Asrama Papua di Kota Surabaya dan Kota Malang, Jawa Timur pada hari Sabtu (17/8) oleh massa beratribut ormas.

Baca Juga: Asrama Dilempari Warga Tak Dikenal, Gubernur Sulawesi Selatan dan Kepolisian Lindungi Mahasiswa Papua di Makassar

Peringatan 100 Hari Gus Dur --- Mahasiswa asal Papua  mengikuti karnaval budaya untuk memperingati 100 hari meninggalnya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Jalan Malioboro Yogyakarta, Sabtu (10/4). Dalam karnaval budaya yang dimotori oleh Kaum Muda Nahdlatul Ulama Yogyakarta tersebut ditampilkan atra
Kompas Jogja

Peringatan 100 Hari Gus Dur --- Mahasiswa asal Papua mengikuti karnaval budaya untuk memperingati 100 hari meninggalnya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Jalan Malioboro Yogyakarta, Sabtu (10/4). Dalam karnaval budaya yang dimotori oleh Kaum Muda Nahdlatul Ulama Yogyakarta tersebut ditampilkan atra

Hal yang “menarik” dari kasus itu, tidak ada perusakan rumah ibadah karena secara umum dalam sudut pandang masyarakat Papua, rumah ibadah adalah tempat orang belajar dan berbuat baik bagi sesama manusia.

Menyikapi kerusuhan di Papua, dalam berbagai liputan di stasiun televisi dan siaran radio, berulangkali digunakan sebutan “mereka” untuk menyebut warga yang berada di Papua.

Psikologi dan pemahaman soal Papua terlihat tidak dipahami oleh awak media di Jakarta dan Pulau Jawa. Sebutan “mereka” tanpa disadari membangun jarak psikologis antara Papua dengan pusat pemerintahan dan Pulau Jawa.

Baca Juga: Kondisi Gedung Rakyat Papua Barat Tampak Mengenaskan Usai Kerusuhan Manokwari. Lihat Foto-fotonya yang Bikin Kita Pilu

Sejumlah ibu di Ransiki, ibu kota Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat, mengambil daging ayam yang siap untuk dimakan yang dimasak dengan proses pembakaran batu, Sabtu (31/10). Memasak makanan dengan bakar batu adalah tradisi yang berkembang pada masyarakat Papua. (Foto bawah) sejumlah
Kompas Nasional

Sejumlah ibu di Ransiki, ibu kota Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat, mengambil daging ayam yang siap untuk dimakan yang dimasak dengan proses pembakaran batu, Sabtu (31/10). Memasak makanan dengan bakar batu adalah tradisi yang berkembang pada masyarakat Papua. (Foto bawah) sejumlah

Sepanjang interaksi dengan sesama keluarga besar Papua di Jawa tahun 1990-an, penulis dan sesama warga Papua selalu membahasakan diri dengan sebutan “masyarakat” untuk menyebut komunitas kami, tanpa membedakan warna kulit meski penulis tidak berdarah Papua.

Aktivitas makan, tidur, hingga bekerja sama dalam satu atap membuat hubungan semakin erat dan penggunaan kata “masyarakat” untuk membahasakan diri kami semua menjadi penting.

Kesetaraan dan persaudaraan masyarakat Papua berjalan lintas warna kulit dan agama. Semisal, tokoh Papua, Thaha Al Hamid yang seorang muslim, dihormati setara dengan para pemimpin adat Papua yang lain.

Baca Juga: Tak Terima Disebut dengan Kata Rasis Ini, Mahasiswa Papua Ungkapkan Protes, Salah Satunya Soal Kemerdekaan

Ikatan Mahasiswa Papua di Sumatera Utara menggelar protes atas aksi diskriminasi dan rasisme terhadap mahasiswa di Surabaya, Senin, 19 Agustus 2019.
Foto: VOA/Anugrah Andriansyah

Ikatan Mahasiswa Papua di Sumatera Utara menggelar protes atas aksi diskriminasi dan rasisme terhadap mahasiswa di Surabaya, Senin, 19 Agustus 2019.

Persaudaraan Kristiani, Islam, dan berbagai kelompok di Papua sejatinya berlangsung cair dan lekat. Semisal di daerah Fakfak yang pernah berada di bawah pengaruh Kesultanan Ternate di Maluku Utara, dihuni oleh warga Papua Muslim yang berhubungan erat dengan saudara-saudara Papua Kristiani di daerah sekitarnya.

Saat berjumpa dengan Thaha Al Hamid untuk membahas soal membuka Papua sebagai Pintu Indonesia ke Pasifik Selatan, Thaha pun dengan akrab memanggil penulis dengan sebutan “Anak”.

Baca Juga: Lihat Foto-foto Keindahan Papua, Bianglala Surgawi di Khatulistiwa

Sejumlah truk pengangkut BBM dari TBBM Nabire melintasi kawasan hutan menuju sejumlah daerah pedalaman di antaranya dogiyai, paniai hingga yang terjauh Kampung Obano di Papua, Rabu (28/11/2018). Meski dengan upaya distribusi yang tidak mudah, program BBM satu harga menjadi sangat vital bagi masyarak
ANTARA FOTO

Sejumlah truk pengangkut BBM dari TBBM Nabire melintasi kawasan hutan menuju sejumlah daerah pedalaman di antaranya dogiyai, paniai hingga yang terjauh Kampung Obano di Papua, Rabu (28/11/2018). Meski dengan upaya distribusi yang tidak mudah, program BBM satu harga menjadi sangat vital bagi masyarak

Sapaan Bapa–Anak, Ade, Kaka, Mama, Mace, Pace, Paitua, dan lain-lain adalah bahasa keakraban dan persaudaraan sesama warga Papua dalam membahasakan diri, seperti penggunaan sebutan “masyarakat” untuk menyebut sesama secara inklusif.

Peneliti Senior LIPI Adriana Elisabeth mengingatkan pentingnya membangun dialog dalam semangat kesetaraan. “Masyarakat Papua itu ingin didengar. Di masa silam, masyarakat ditekan dan teraniaya. Biasanya sesudah mengeluarkan isi hati, dengan mudah masyarakat diajak bicara hati ke hati dan mencapai kesepakatan. Intinya adalah dialog,” kata Adriana.

Ia bersama almarhum Muridan Widjojo dan para peneliti LIPI merintis riset dan hubungan dengan seluruh masyarakat Papua sejak puluhan tahun. Pola pendekatan hati dan empati inilah yang dilakukan Presiden RI ke-4 Abdurahman Wahid alias Gus Dur yang mengangkat simbol-simbol Papua.

Baca Juga: Dokter Muda Berkerudung nan Cantik Ini Suka Cita Bagikan Pengalaman Kerja di Pedalaman Papua. Lihat Foto-fotonya di Tempat Tugas

Suasana Kampung Saga, Distrik Metemani, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat, Selasa (4/9/2018). Untuk mencapai kampung ini butuh waktu sekitar 5 jam dengan kapal cepat.

Suasana Kampung Saga, Distrik Metemani, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat, Selasa (4/9/2018). Untuk mencapai kampung ini butuh waktu sekitar 5 jam dengan kapal cepat.

Bagi masyarakat Melanesia dan Austronesia di Pasifik Selatan, adat adalah identitas dan kehormatan. Masyarakat Papua sangat menghormati “Bapa Gus Dur” dan bagi warga Kristiani Papua, Jamaah NU adalah “Jemaat-nya Bapa Gus Dur pu Gereja” (jemaat Gereja yang dimaksud jamaah Nahdlatul Ulama) yang harus dijaga seperti menjaga diri sendiri.

Itulah mengapa masyarakat Samoa dan Hawaii dalam keluarga besar Republik Amerika Serikat sangat bangga dengan identitasnya yang bertahan, di tengah arus modernitas budaya populer Amerika Serikat.

Baca Juga: Apakah Benar Hal Ini yang Jadi Akar Penyebab Kerusuhan Warga di Manokwari?

Perahu yang mengangkut drum berisi BBM  melintasi Danau Paniai menuju Kampung Obano di Distrik Paniai Barat, Papua, Kamis (29/11/2018). Meski dengan upaya distribusi yang tidak mudah, program BBM satu harga menjadi sangat vital bagi masyarakat pedalaman Papua guna mendukung berbagai aktivitas mereka
ANTARA FOTO

Perahu yang mengangkut drum berisi BBM melintasi Danau Paniai menuju Kampung Obano di Distrik Paniai Barat, Papua, Kamis (29/11/2018). Meski dengan upaya distribusi yang tidak mudah, program BBM satu harga menjadi sangat vital bagi masyarakat pedalaman Papua guna mendukung berbagai aktivitas mereka

Itu juga yang membuat masyarakat Chamorro di Kepulauan Mariana yang menjadi wilayah perlindungan Amerika Serikat, juga memelihara identitas adat budaya mereka. Turis dari Jepang, Korea Selatan, dan China kerap berwisata ke wilayah tersebut karena keindahan alam dan budaya masyarakat setempat.

Terlebih bagi bangsa Jepang, banyak dari wisatawan Jepang juga berziarah ke tempat-tempat bekas pertempuran semasa Perang Dunia II yang tersebar di pulau-pulau di Pasifik Selatan.

Baca Juga: Mahasiswa Papua di Surabaya di Jemput Paksa Polisi. Apakah Masalahnya? Berikut Foto-Fotonya

Diplomat Kementerian Luar Negeri Ida Bagus Bimantara yang pernah bertugas di KBRI Canberra mengingatkan betapa eratnya identitas kultural Austronesia dan Melanesia di Kepulauan Pasifik dengan Bangsa Indonesia.

Bangsa Indonesia di sebelah barat berasal dari rumpun Austronesia sama dengan masyarakat Madagaskar, Guam, dan beberapa wilayah Pasifik seperti di Republik Mikronesia dan lain-lain.

Sedangkan masyarakat Melanesia seperti di NTT, Maluku, dan Papua memiliki kesamaan dengan warga di Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Kaledonia Baru, Vanuatu, dan Fiji.

Peneliti Lembaga Eijkman Herawati Sudoyo mengingatkan, garis darah Melanesia dalam tubuh manusia Indonesia secara umum memiliki leluhur dari berbagai asal-usul. Sehingga sangat tidak relevan perilaku diskriminasi terhadap masyarakat Papua, mengingat kita semua memiliki warisan genetika Melanesia.

Baca Juga: Manokwari Mencekam, Warga Terpicu Isu Dugaan Rasisme Mahasiswa Papua di Jawa. Lihat Foto dan Videonya Terkini!

Kaum pria dari Suku Dani, Wamena.
Zika Zakiya

Kaum pria dari Suku Dani, Wamena.

Kedekatan hubungan budaya Austronesia dan Mikronesia ini pun diakui badan dunia seperti UNESCO. Badan PBB ini menetapkan Nan Madol di Republik Mikronesia sebagai situs warisan dunia, yakni bekas candi dan istana batu yang dibangun Dinasti Sadulur tahun 1200 – 1500 Masehi atau pada periode yang sama dengan masa Kerajaan Majapahit tumbuh. Secara geografis pun terdapat pulau karang bernama Ontong Jawa di kawasan Pasifik Selatan tersebut.

Baca Juga: Apa Jadinya Bila Anggota Marinir Amerika Ikut Lomba Hari Merdeka Kita? Hasilnya, Foto-foto Kocak Ini!

Bicara dalam kesetaraan dan bukan dengan pendekatan superior terhadap inferior, serta melihat Papua dari sudut pandang Papua dengan hati jernih adalah langkah awal menuju Papua damai. Papua adalah pintu persaudaraan Indonesia ke Pasifik Selatan sebagai keluarga besar Bangsa Austro–Melanesia yang membentang dari Madagaskar–Indonesia–Malaysia–Filipina hingga negeri-negeri kepulauan di Pasifik Selatan. (Penulis: Iwan Santosa/Kompas.id)

Memandang ke arah Sungai Balim, warga menikmati keragaman Tanah Papua.
Bayu Dwi Mardana

Memandang ke arah Sungai Balim, warga menikmati keragaman Tanah Papua.

Source : kompas.id

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest