Follow Us

youtube_channeltwitter

Gedung Rakyat dan Fasilitas Umum Dibakar dalam Kerusuhan Manokwari, Tapi Bangunan Ini Sama Sekali Tak Disentuh Warga. Begini Analisisnya

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Selasa, 20 Agustus 2019 | 14:15
Peringatan 100 Hari Gus Dur --- Mahasiswa asal Papua mengikuti karnaval budaya untuk memperingati 100 hari meninggalnya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Jalan Malioboro Yogyakarta, Sabtu (10/4). Dalam karnaval budaya yang dimotori oleh Kaum Muda Nahdlatul Ulama Yogyakarta tersebut ditampilkan atra
Kompas Jogja

Peringatan 100 Hari Gus Dur --- Mahasiswa asal Papua mengikuti karnaval budaya untuk memperingati 100 hari meninggalnya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Jalan Malioboro Yogyakarta, Sabtu (10/4). Dalam karnaval budaya yang dimotori oleh Kaum Muda Nahdlatul Ulama Yogyakarta tersebut ditampilkan atra

Fotokita.net - Perilaku rasisme terhadap warga Papua di Jawa Timur, dituding menjadi pemicu kemarahan massa di Sorong dan Manokwari serta unjuk rasa di Jayapura. Media massa di Jakarta pun ramai memberitakan kerusuhan tersebut.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa kemudian menghubungi Gubernur Papua Lukas Enembe dan meminta maaf atas perilaku rasis dan tindakan tidak menyenangkan dari sekelompok kecil orang di Jawa Timur terhadap warga Jatim asal Papua.

Kerusuhan terjadi di Kota Sorong dan Kota Manokwari, Papua Barat, Senin (19/8). Peristiwa ini menyusul terjadinya insiden pengepungan Asrama Papua di Kota Surabaya dan Kota Malang, Jawa Timur pada hari Sabtu (17/8) oleh massa beratribut ormas.

Baca Juga: Asrama Dilempari Warga Tak Dikenal, Gubernur Sulawesi Selatan dan Kepolisian Lindungi Mahasiswa Papua di Makassar

Peringatan 100 Hari Gus Dur --- Mahasiswa asal Papua mengikuti karnaval budaya untuk memperingati 100 hari meninggalnya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Jalan Malioboro Yogyakarta, Sabtu (10/4). Dalam karnaval budaya yang dimotori oleh Kaum Muda Nahdlatul Ulama Yogyakarta tersebut ditampilkan atra
Kompas Jogja

Peringatan 100 Hari Gus Dur --- Mahasiswa asal Papua mengikuti karnaval budaya untuk memperingati 100 hari meninggalnya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Jalan Malioboro Yogyakarta, Sabtu (10/4). Dalam karnaval budaya yang dimotori oleh Kaum Muda Nahdlatul Ulama Yogyakarta tersebut ditampilkan atra

Hal yang “menarik” dari kasus itu, tidak ada perusakan rumah ibadah karena secara umum dalam sudut pandang masyarakat Papua, rumah ibadah adalah tempat orang belajar dan berbuat baik bagi sesama manusia.

Menyikapi kerusuhan di Papua, dalam berbagai liputan di stasiun televisi dan siaran radio, berulangkali digunakan sebutan “mereka” untuk menyebut warga yang berada di Papua.

Psikologi dan pemahaman soal Papua terlihat tidak dipahami oleh awak media di Jakarta dan Pulau Jawa. Sebutan “mereka” tanpa disadari membangun jarak psikologis antara Papua dengan pusat pemerintahan dan Pulau Jawa.

Baca Juga: Kondisi Gedung Rakyat Papua Barat Tampak Mengenaskan Usai Kerusuhan Manokwari. Lihat Foto-fotonya yang Bikin Kita Pilu

Sejumlah ibu di Ransiki, ibu kota Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat, mengambil daging ayam yang siap untuk dimakan yang dimasak dengan proses pembakaran batu, Sabtu (31/10). Memasak makanan dengan bakar batu adalah tradisi yang berkembang pada masyarakat Papua. (Foto bawah) sejumlah
Kompas Nasional

Sejumlah ibu di Ransiki, ibu kota Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat, mengambil daging ayam yang siap untuk dimakan yang dimasak dengan proses pembakaran batu, Sabtu (31/10). Memasak makanan dengan bakar batu adalah tradisi yang berkembang pada masyarakat Papua. (Foto bawah) sejumlah

Sepanjang interaksi dengan sesama keluarga besar Papua di Jawa tahun 1990-an, penulis dan sesama warga Papua selalu membahasakan diri dengan sebutan “masyarakat” untuk menyebut komunitas kami, tanpa membedakan warna kulit meski penulis tidak berdarah Papua.

Source : kompas.id

Editor : Fotokita

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

slide 4 to 6 of 14

Latest

Popular

Tag Popular

x