Foto Jenazah Ali Kalora Banyak Dicari, Ini Alasan Gembong Teroris MIT Poso Ditembak Mati Satgas Madago Raya

Selasa, 21 September 2021 | 09:07
Facebook

Foto jenazah Ali Kalora banyak dicari di media sosial lantaran posisi jari yang ditunjukkan Jaka Ramadhan, anggota MIT Poso yang ikut tewas.

Fotokita.net - Foto jenazah Ali Kalora banyak dicari netizen di media sosial. Di sisi lain, ini alasan gembong terorisMujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, Sulawesi Tengah ditembak mati Satgas Madago Raya.

Sejak tewas dalam baku tembak Satuan Tugas (Satgas) Madago Raya diwilayah pegunungan desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Sabtu (18/9/2021), foto jenazah Ali Kalora beredar luas di media sosial.

Awalnya, pada Sabtu (18/9/2021), Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD dalam akun Twitternya menyampaikan bahwa Ali Kalora ditembak mati oleh aparat keamanan. Mahfud juga meminta masyarakat untuk tenang dalam menyikapi kejadian tersebut.

Mahfud mengaku memiliki foto Ali Kalora dan anggota MIT Poso tewas ditembak Satgas Madago Raya, namun dia enggan membagikannya melalui media sosial. Namun belakangan, foto jenazah Ali Kalora amat mudah didapat di media sosial, khususnya Facebook.

Foto jenazah Ali Kalora banyak dicari netizen di media sosial lantaran posisi jari yang ditunjukkan Jaka Ramadhan, anggota teroris MIT Poso yang ikut tewas dalam baku tembak dengan Satgas Madago Raya. Posisi jari Jaka saat tewas itu yang disebut netizen seperti kode buat bidadari.

Awalnya, foto jenazah Jaka Ramadhan dikira jasad Ali Kalora. Namun, setelah diperhatikan baik-baik dan juga dicocokan dengan keterangan Satgas Madago Raya, potret itu adalah anggota teroris MIT Poso. Posisi jari Jaka Ramadhan yang kemudian membuat foto jenazah Ali Kalora banyak dicari netizen di media sosial.

Baca Juga: Foto Jasad Ali Kalora Ramai Dibahas, Posisi Jari Anggota Teroris MIT Poso Jadi Pemicunya, Netizen: Kode Buat Bidadari

Kepala Polda Sulawesi Tengah, Irjen Polisi Rudy Sufahriadi, selaku Penanggung Jawab Kendali Operasi Satgas Madago Raya, Minggu (19/9/2021), mengatakan setelah tewasnya Ali Kalora, kekuatan MIT tidak akan bertambah.

"Sampai hari ini mudah-mudahan tidak akan bertambah karena mereka tidak punya pimpinan lagi," kata Rudy dalam konferensi pers di Mapolres Parigi Moutong , Sulawesi Tengah, Minggu (19/09).

"Beberapa rekan mengatakan siapa penggantinya (Ali Kalora), tidak ada penggantinya, dan kita akan cari yang empat (DPO) sampai dapat," tambahnya.

Rudy juga menyampaikan agar keempat DPO menyerahkan diri ke Satga Madago Raya guna menghindari munculnya kembali korban jiwa.

Rudy menjelaskan kronologi peristiwa tersebut bermula saat Satgas Mandago Raya mendapatkan informasi intelijen, secara manual ataupun dari teknologi informasi, mengenai posisi Ali Kalora dan Ikrima alias Jaka Ramadhan di Desa Astina.

"Lalu kita cocokan dan kirim dua tim untuk kecepatan, supaya cepat mengejar dan demi kerahasian juga supaya dia tidak kemana-mana."

Baca Juga: Foto Simbol Jari Ali Kalora yang Tewas Ditembak Beredar, Gembong Teroris MIT Poso Sempat Diremehkan Hingga Terima Dana dari 6 Negara Ini

TVRI

Kepala Polda Sulawesi Tengah, Irjen Polisi Rudy Sufahriadi, selaku Penanggung Jawab Kendali Operasi Satgas Madago Raya.

"Tim itu yang ambush (menyergap), menunggu di sana, terjadi kontak tembak, dan dua meninggal dunia. TKP (tempat kejadian perkara) di perkebunan, tidak jauh dari perumahan juga," kata Rudy.

Polisi juga mengamankan barang bukti berupa satu pucuk senjata api laras panjang jenis M.16, dua buah ransel, satu bom tarik, satu bom bakar, dan lainnya.

Rudy menegaskan, kerja sama intelijen dengan masyarakat terus berjalan. Tujuannya agar siapapun yang bergabung dengan MIT dapat dilihat, dicegah dan ditangkap.

"Untuk itu saya imbau ke masyarakat, jangan ragu-ragu melaporkan ke kami apabila ada kelompok yang bergabung dengan mereka di atas," ujarnya.

Ali Kalora dan anggota MIT Jaka Ramadhan atau Ikrima tewas dalam baku tembak dengan Satuan Tugas Madago Raya di wilayah pegunungan desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Sabtu (18/9/2021).

Tewasnya pemimpin kelompok militan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Ali Kalora, tidak lantas menghentikan gerakan teror kelompok yang berafiliasi dengan ISIS itu di wilayah Sulawesi Tengah, kata seorang pengamat.

Besar kemungkinan kelompok tersebut akan melakukan upaya regenerasi untuk memilih pemimpin baru.

Baca Juga: Foto Tampang Osimin Wenda, Anggota KKB Papua yang Buron 5 Tahun Ditangkap, Begini Hubungannya dengan Benny Wenda

Facebook

Foto jenazah Ali Kalora banyak dicari di media sosial lantaran posisi jari yang ditunjukkan Jaka Ramadhan, anggota MIT Poso yang ikut tewas.

Untuk itulah, aparat keamanan didesak segera menangkap sisa-sisa dari kelompok MIT dan menutup pintu masuknya anggota terorisme dari tempat lain ke Poso agar proses rekrutmen terhenti.

Satgas Madago Raya kini memburu empat anggota MIT lainnya yang buron, yaitu Askar Alias Jaid Alias Pak Guru, Nae Alias Galuh Alias Muklas, Suhardin Alias Hasan Pranata dan Ahmad Gazali Alias Ahmad Panjang.

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia Muhammad Syauqillah mengatakan terdapat dua upaya yang harus dilakukan oleh aparat keamanan untuk melemahkan bahkan mengakhiri ancaman dari MIT.

"Pertama adalah mengejar keempat DPO, untuk memutus siklus kepemimpinan dan mencegah mereka melakukan pembalasan hingga perekrutan," kata Syaquillah. Kedua adalah aparat penegak hukum perlu menutup pintu masuknya pihak luar, kelompok teroris luar, ke Poso, dan bergabung memperkuat empat orang ini.

"Dua cara itu bergantung dari kesiapan aparat penegak hukum dan peran masyarakat melakukan penganggulangan kelompok MIT," ujarnya.

Kemunculan MIT tidak lepas dari keberadaan Jemaah Ansharut Tauhid (JAT) yang didirikan Abu Bakar Ba'asyir pada 2008.

Baca Juga: TPNPB OPM Dicap Teroris, Mama Papua: Mereka Berjuang untuk Jaga dari Orang Jahat

Facebook

Foto jenazah Ali Kalora banyak dicari di media sosial lantaran posisi jari yang ditunjukkan Jaka Ramadhan, anggota MIT Poso yang ikut tewas.

Salah satu pimpinan JAT, Abu Tholut, datang ke Poso menjumpai Yasin dan Santoso untuk menjadikan wilayah itu sebagai pusat negara Islam dengan membentuk JAT Poso, cikal bakal MIT.

Yasin berperan sebagai ketua dan Santoso menjadi penanggung jawab pelatihan militer.

Tahun 2010, JAT Poso mengumpulkan senjata dan melakukan pelatihan militer di pegunungan. Dua tahun kemudian, Santoso ditunjuk menjadi pemimpin MIT.

Sejak saat itu beragam aksi teror terjadi di Sulawesi Selatan, seperti pembunuhan dua anggota polisi dan penembakan tiga anggota Brimob tahun 2012, serta pembunuhan warga sipil tahun 2015

Kemudian tahun 2016, dalam operasi gabungan Tinombala, Santoso tewas dalam baku tembak di pegunungan Desa Tambarana.

Kursi pimpinan kemudian dipegang oleh Ali Kalora hingga Sabtu lalu, ketia ia tewas dalam baku tembak.

Di masa kepemimpinan Ali Kalora beragam aksi terorisme dilakukan.

Baca Juga: Foto Senpi Milik Ali Kalora Dirilis, Pentolan MIT Poso Sempat Sulit Ditangkap Gegara Gunakan Strategi Perang Ini

Facebook

Polisi mengamankan barang bukti berupa satu pucuk senjata api laras panjang jenis M.16, dua buah ransel, satu bom tarik, satu bom bakar, dan lainnya.

Ali Kalora adalah 'petinggi' yang tersisa dari kelompok MIT, semenjak Santoso alias Abu Wardah tewas dalam penyergapan aparat keamanan pada 2016 lalu.

Dia ditunjuk sebagai pemimpin kelompok itu menyusul diringkusnya pentolan kelompok MIT Basri alias Bagong, di tahun yang sama.

Pengamat terorisme dari Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah, Muhammad Khairil, menilai kematian Ali Kalora dianggap tidak serta-merta melemahkan bahkan mengakhiri kelompok militan Mujahidin Indonesia Timur.

Khairil menduga, MIT akan terus melakukan proses rekrutmen dan doktrinasi di masyarakat.

Hal itu dibuktikan, berdasarkan kilas sejarah, dengan terus beraksinya kelompok bersenjata ini saat pemimpin mereka sebelumnya, Santoso, tewas dan digantikan Ali Kalora, ujar Khairil.

"Kita berharap ini akan selesai. Tapi, jika melihat sejarah, bagaimana pimpinan MIT berganti dari sebelumnya hingga Santoso dan turun ke Ali Kalora. Itu bukan perjalanan 1-2 hari bagi mereka (berganti pemimpin)."

Baca Juga: Foto Tampang Sebby Sambom, Jubir OPM yang Ngaku Ketakutan Usai Dirampok Anggota KKB Papua

Facebook

Foto jenazah Ali Kalora banyak dicari di media sosial lantaran posisi jari yang ditunjukkan Jaka Ramadhan, anggota MIT Poso yang ikut tewas.

"Kelompok militan seperti ini tidak hanya bergantung pada satu figur simbolik, mereka akan mengupayakan terus proses regenerasi," kata Khairil.

Khairil mencontohkan, sebelum Santoso alias Abu Wardah, pimpinan MIT tewas tahun 2016, Ali Kalora bukan sosok yang diperhitungkan.

Bahkan Kapolri saat itu, Jenderal Tito Karnavian menyebut, "Ali Kalora jauh di bawah kelasnya Santoso dan Basri."

Namun di kepemimpinan Ali Kalora, kelompok MIT diduga terus melakukan beragam aksi teror.

Pada April tahun lalu, kelompok MIT diduga sebagai pelaku pembunuhan beberapa petani.

Tidak berhenti, kelompok ini juga diduga terlibat dalam kasus penembakan dua anggota polisi saat berjaga di sebuah bank di Poso.

Bahkan dengan brutal, kelompok ini diduga membunuh satu keluarga di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Jumat (27/11) tahun lalu.

Baca Juga: Pantas Berani Tantang Pasukan Khusus TNI dan Polri, Teroris OPM Disebut Punya Keunggulan Ini Buat Ladeni Densus 88 di Hutan Papua

FB

Foto jenazah Ali Kalora banyak dicari di media sosial lantaran posisi jari yang ditunjukkan Jaka Ramadhan, anggota MIT Poso yang ikut tewas.

Pertengahan tahun ini, kelompok MIT kembali diduga sebagai otak pembunuhan empat petani di perkebunan kopi Desa Kalimago, Lore Timur, Poso.

"Sekarang ada dua pilihan kemungkinan setelah tewasnya Ali Kalora. Pertama, jika mereka yang DPO serta lainnya menyerah, selesai ini 'barang'."

"Tapi kalau keempat DPO masih mengangkat senjata maka saya melihat akan ada pemimpin baru," ujarnya.

Foto jenazah Ali Kalora banyak dicari netizen di media sosial, lantas mengapa gembong teroris MIT Poso itu ditembak mati Satgas Madago Raya?

Pengamat sosial sekaligus penulis F. Rahardi dalam akun Facebooknya menuliskan analisisnya yang menyebutkan alasan Ali Kalora ditembak mati Satgas Madago Raya.

"Apakah Kopassus dan Brimob sulit menangkap hidup Ali Kalora? Bisa ya, bisa tidak. Kita juga punya BIN. Masing-masing kesatuan juga punya intel dan agen. Tapi mengapa sejak 2016, Operasi Tinombala gagal menangkap Ali Kalora?" tulis F. Rahardi.

Baca Juga: Ditangkap Densus 88 Karena Kasus Baiat di 3 Kota, Ini Sosok Munarman Ternyata Pernah Dibui Bareng Habib Rizieq Hingga Berubah Drastis Usai Bertemu Abu Bakar Ba'asyir

Foto jenazah Ali Kalora banyak dicari netizen di media sosial, lantas mengapa gembong teroris MIT Poso itu ditembak mati Satgas Madago Raya?

Dia lalu melanjutkan, "Ada 2 kemungkinan. Pertama ada pihak di Jakarta yang masih menginginkan Ali Kalora dan MIT (Mujahidin Indonesia Timur) tetap eksis. Untuk itu kelompok ini tetap memberikan "tepuk tangan" dan juga "logistik" bagi Ali Kalora."

"Kedua, tim Operasi Tinombala disusupi pihak yang punya kepentingan terhadap Ali Kalora/MIT, hingga operasi ini selalu "mejen". Setelah Operasi Tinombala berganti nama menjadi Operasi Madago Raya pada 2021, barulah Ali Kalora tewas dalam baku tembak."

Lalu, F. Rahardi mengajukan pertanyaan, mengapa Ali Kalora ditembak mati Satgas Madago Raya?

"Mengapa Ali Kalora, juga Santoso, tak bisa ditangkap hidup-hidup? Karena ada pihak yang tak ingin keduanya tertangkap hidup lalu "menyanyi". Mereka tak ingin perannya dalam MIT, diketahui publik," pungkas F. Rahardi.

Baca Juga: Lolos dari Ancaman Penjara Paling Bengis di Dunia, Ustaz Kondang yang Baru Hirup Udara Bebas Ini Mendadak Didatangi Petinggi TNI, Ada Apa?

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya