Apakah kita tidak berfikir bahwa almarhum ini adalah yang mengetahui misalnya, ini misalnya ya, dugaan terjadinya seperti Ahok tadi, atau dugaan terjadi misalnya,perselingkuhan sehingga karena dia saksi misalnya, atau whistleblowermisalnya kepada nyonya maka dia harus dihabisi. Dicatat kalau saya berkata-kata sesuatu itu biasanya penting.

Begini ucapan Kamaruddin Simanjuntak yang bikin Ahok murka. Suami Puput Nastiti ancam polisikan pengacara keluarga Brigadir J.
Kemudian apakah di hari penghabisan itu, di Jumat keramat itu ada enggak perwira polisi wanita yang mengundurkan diri dari Kepolisian. Saya ulangi, tolong kita pelajari semua, ada enggak perwira polisi yang mengundurkan diri di hari Jumat itu. Sehingga pengunduran dirinya membuat kuping orang-orang tertentu menjadi panas.
Ini memerlukan investigasi yang sangat dalam, ya dicatat baik-baik. Kemudian mengenai apa yang dilakukan penyidik Polres Jakarta Selatan kita tidak bisa pakai itu. Karena pertama, tadi saya bilang mereka sudah merusak TKP, mereka sudah membuat kesimpulan dengan memfitnah almarhum, padahal almarhum tidak bisa membela diri, makanya tadi saya marah ke siapa tadi Pangaribuan tadi, karena dia bilang tembak-menembak ya itu cara berfikirnya polisi.
Pertanyaan saya bagaimana cara tembak-menembak kalau tangan sudah rusak, kalau bahu sudah hancur, atau ada yang berani kesini bersaksi dihadapan saya kalau sudah dirusak tangannya, sudah dirusak bahunya sampai remuk, sampai patah jari-jarinya masih bisa menembak. Saya mau buktikan, kalau saya fakta.
Kalau ada diantara kalian mendengarkan saya, saya kasih tantangan, saya beri hadiah, 1 miliarsaya kasih, kalau sudah dirusak jari-jarinya, ini bahu dirusak, kakinya dirusak dengan benda tajam, rahangnya sudah pindah masih bisa tembak-menembak? Hidungnya sudah disobek, bibirnya sudah disayat. Kita coba dulu siapa yang bisa tembak-menembak itu.
Jangan berkata yang mengatakan ada tembak-menembak. Karena sampai detik ini tidak ada bukti apapun, tidak keterangan saksi manapun, yang menerangkan tembak- menembak, itu hanya keterangan Karo Penmas. Tapi kalau kemudian diperlihatkan kepada kita CCTV saya janji tutup mulut.
Oh ini CCTVnya nih almarhum pegang senjata AS, gitu ya, kemudian si Bharada ini pegang senjata dengan kualifikasi buatan Austria itu. Karena saya sempat pegang senjata itu, gambarnya maksudnya. Kalau bekerja kan sesuai apa namanya, data.
Dan saya berkonsultasi bukan dengan orang-orang biasa, saya berkonsultasi dengan ahli forensik, dengan perwira-perwira tinggi sampai dengan perwira pertama. Saya tanyakan apakah betul glock 17 ini dipegang polisi pemula?
Tadi perwira tinggi bilang ke saya itu adalah senjata saya pas saya sudah jadi direktur. Kita harus pahami kalau direktur di Mabes itu artinya BJP, Brigadir Jenderal Polisi bukan Bharada 2....”