Apakah Yapto disegani? Kabarnya, di lingkungan 234 SC Yapto adalah satu-satunya anggota geng yang bapaknya berpangkat jenderal. Sedangkan teman-teman Japto di 234 SC adalah anak prajurit dan perwira menengah Angkatan Darat.
Kabar lainnya menyebut Japto adalah jagoan. Sebutan prestisius di lingkungan geng ini disandang Japto tatkala ia mengaku sebagai pembunuh salah satu pemuda dalam tawuran antar remaja, padahal ketika itu si pembunuh adalah teman lain di 234 SC. Karena itu namanya naik di lingkungan geng maupun di mata lawan-lawannya.

Yapto Soerjosoemarno bos besar Pemuda Pancasila juga memiliki peran penting dalam karier musik Rhoma Irama dan Ahmad Albar.
Pada Musyawarah Besar Pemuda Pancasila (PP) III di Cibubur tahun 1981, Japto terpilih sebagai Ketua—organisasi yang menjadikannya sebagai tokoh hingga kini. Pemuda Pancasila adalah organisasi kepemudaan yang berdiri pada 28 Oktober 1959. Organisasi ini didirikan mantan komandan militer legendaris Abdul Haris Nasution, dengan tujuan tunggal menghadapi ancaman komunis atau sebagai lawan tanding dari Pemuda Rakyat yang dibentuk Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pasca Peristiwa 30 September 1965 organisasi ini terlibat aktif dalam penumpasan anggota PKI. Belakangan ketika rezim Soeharto menguasai Indonsia, PP menjadi underbow Partai Golongan Karya (Golkar). PP digunakan untuk memobilisasi dukungan di kalangan pemuda terhadap Golkar selama pemilihan umum yang diselenggarakan Orde Baru.
Dari sini Yapto semakin dekat dengan tokoh-tokoh kunci Orde Baru sekaligus bisa merangkul para “jagoan” di seluruh Indonesia, salah satunya para gangster Medan. Ia bahkan semakin merekatkan hubungan dengan keluarga Cendana, terutama ibu Tien Soehato dan anak-anaknya. Japto masih berkerabat dengan Tien Soeharto dari garis keturunan Mangkunegaran Solo.
Pada 8 November 2014 dalam Musyawarah Besar PP, Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila Japto S. Soerjosemarno terpilih kembali secara aklamasi untuk memimpin PP selama lima tahun (2014-2019). Sampai 2019 hampir 4 dekade Japto memimpin organisasi ini, melebihi kekuasaan Soeharto memimpin Indonesia di usianya yang menginjak 66 tahun.
Meski sudah menua, darah muda masih mengalir dalam tubuh Japto. Ia masih kerap memuaskan hobinya berburu, bahkan hingga Afrika. Koleksi binatang hasil buruannya terpajang di rumahnya. Terkadang juga masih main golf bersama kolega-koleganya seperti yang terkodumentasikan oleh Joshua Oppenheimer dalam “The Act of Killing''.

Yapto Soerjosoemarno bos besar Pemuda Pancasila juga memiliki peran penting dalam karier musik Rhoma Irama dan Ahmad Albar.
Yapto juga memiliki peran penting dalam perjalanan bermusik Rhoma Irama dan Ahmad Albar. Dia yang membuat Rhoma Irama dan Ahmad Albar berdamai di atas satu panggung musik yang sama di tahun 1970-an.