"Harus ada yang kita ubah, kalau nggak kita akan lebih banyak kehilangan kiai, begitu. Cara berpikir kita harus kita ubah, kita harus melindungi beliau-beliau," jelasnya.
Kemudian kepada para muda-mudi dengan mobilitas tinggi, Alissa berpesan agar mereka tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan.
"Karena yang muda apalagi sudah vaksin, ketika terpapar virus Corona ini memang aman. Tapi, kita bisa menularkan kepada yang sepuh-sepuh. Daya tahan mereka tidak kuat, begitu."
Baca Juga: PPKM Darurat Berlaku 2 Minggu, Karyawan di Sektor Ini Masih Boleh Masuk Kantor, Simak Daftarnya
"Saya masih mengasumsikan ya, tapi dari awal itu banyak para yai sepuh ini memang tidak tindak-an (tidak bepergian). Berarti kan ada yang bepergian di sekitarnya, ketularan dari itu," beber Alissa.
Alissa juga berharap pemerintah terutama pemerintah kabupaten bersedia untuk membantu pesantren, pondok-pondok, para yai, para nyai, para gus ini untuk lebih memahami tingkat kegentingan situasi pandemi saat ini. Terutama bagi edukasi warga Nahdliyin di level pedesaan.
Baca Juga: Makin Banyak Selebriti Positif Corona, Varian Kappa Muncul di Jakarta, Ini Gejalanya

Jokowi duduk di samping Presiden ke-4 RI KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur. Foto diambil pada 8 Januari 2006 di Kraton Surakarta ketika Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo, Jawa Tengah.
Alissa menambahkan, pemerintah lokal sangat berperan dalam upaya sosialisasi tersebut. Ia menyontohkan bagaimana mantan Kapolda Jatim Fadil Imran pada tahun lalu turun langsung ke pesantren-pesantren dan Kapolres di tiap wilayah diminta untuk bergerak massif melakukan sosialisasi.
Bahkan, Alissa menginginkan tiga lembaga negara vertikal yakni Polri, TNI dan Kementerian Agama mengambil peran.
"Tidak harus menyelami proses di lokasi yang lebih panjang. Kalau dalam hal ini Kemenag kenapa? Karena Kemenag ini yang mengurusi para tokoh agama," tandas Alissa.
Baca Juga: Foto Bukti Limit Kartu Kredit Pertamina Rp 420 Miliar Bocor, Ahok Buka Suara