Bahkan pada Sabtu (3/7/2021) malam, NU kehilangan 7 ulamanya cuma dalam 1 hari. Mereka mendapatkan tambahan laporan tujuh ulama meninggal dalam satu hari. Angka ini terbilang tinggi jika dibandingkan pada September 2020 di mana akumulasi tujuh kematian terjadi dalam interval satu hingga dua minggu.
"Kita menghimpun dari berbagai pihak. Jadi input hanya yang ketahuan ya, hari ini tujuh yang termonitor oleh kita. Baru jam segini, ini udah tujuh gitu. Ini kan dalam satu hari," kata putri sulung Presiden Abdurrahman Wahid itu dilansir TIMES Indonesia, Sabtu (3/7/2021) malam.

Nahdlatul Ulama atau NU kehilangan 7 ulamanya cuma dalam 1 hari di tengah infeksi virus Corona makin ganas.
"Kalau bulan September tujuh itu satu minggu, dua minggu, ya ini satu hari. Jadi kenaikannnya sangat drastis," lanjutnya.
Alissa menyebut, data ini dihimpun berbagai elemen meliputi Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI), Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU), Gerakan Ayo Mondok, dan Gusdurian.
Alissa mengaku sangat berduka. Memang, tidak semua kiai wafat karena Covid-19. Namun faktanya jika dibandingkan dengan tahun lalu atau bahkan awal Januari 2021 dengan Juni 2021 terdapat perbedaan angka yang cukup besar.
Baca Juga: Foto Pilu Bung Karno Hadiri Pernikahan Rachmawati, Wajah Bengkak Hingga Berstatus Tahanan
"Jadi tidak bisa memungkiri bahwa pandemi ini ada dan harus mengubah cara berpikir kita. Kalau tidak, kita akan berada pada situasi yang terus sama dan makin memburuk, begitu," ungkap Alissa.
Menurut dia, pandangan warga Nahdliyin dalam menyikapi wabah perlu diubah. Apalagi berdasarkan kasus tersebut, para kiai dan para bu nyai sepuh yang wafat nyaris tanpa mobilitas tinggi. Akan tetapi mengapa mereka masih terpapar Covid-19? Dari mana mereka terpapar?

Nahdlatul Ulama atau NU kehilangan 7 ulamanya cuma dalam 1 hari di tengah infeksi virus Corona makin ganas.