Dengan suara lantang, dia yakin bila virus corona merupakan bagian dari strategi Yahudi untuk melemahkan umat Islam.
Tentu, buat umat Yahudi, tuduhan tak berdasar yang merugikan keyakinan mereka bukan hal baru.
Umat Yahudi selalu dicitrakan bak Ya'juj-Ma'juj dalam ajaran Islam, yaitu di mana pun mereka berpijak, di sana pasti ada kerusakan.
Baca Juga: Ditembak Mati Kopassus, Lekagak Telenggen: Komandan Operasi OPM Diincar Saat Lakukan Pengintaian

Seorang umat Yahudi memasuki sebuah sinagoge di Tondano, Sulawesi Utara, Selasa (4/3/2019). Dari 260 juta penduduk Indonesia, terdapat sekitar 200 orang Yahudi tersisa, yang berjibaku dengan 'keresahannya' menjalani hidup di antara pemeluk enam agama yang sah diakui negara.
Hal ini tak berbeda ketika black death mematikan jutaan warga Eropa, Yahudi dituduh sebagai penyebar virus hanya karena sedikit orang Yahudi yang menjadi korban.
Padahal, ketika pandemik Covid-19 memuncak, Deep Knowledge Ventures merilis survei yang menyatakan Israel sebagai negara teraman dari virus corona, lebih baik dari Singapura, Jerman, dan Korea Selatan.
Namun, setelah hasil survei dirilis, tuduhan malah berbalik ke Israel. Negeri Yahudi ini dituding sebagai pembuat virus mematikan itu.
Padahal, apabila merujuk data John Hopkins University per Rabu (5/8/2020), sudah ada 76 ribu penduduk Israel terpapar virus corona, dengan 561 di antaranya meninggal dunia.
Artinya, Israel tidak terbebas dari Covid-19 sekalipun dinilai sebagai negara yang paling aman.
“Itulah, orang kalau sudah benci (dengan Yahudi) pasti gampang untuk menyalahkan pihak lain (Israel).