Kini Nur seringkali diundang berbicara pengalamannya selama di Suriah untuk memberi gambaran tentang kenyataan yang dialaminya sendiri, kepada anak-anak muda, khususnya yang mulai terpengaruh kalangan radikal dan terkena bujukan terduga kelompok teroris.
Nur mengaku pertama kali mengenal ISIS yang telah mendeklarasikan kekhalifahan di Suriah, pada awal 2015 melalui pamannya Iman Santoso.
Sebagai remaja dia berupaya mencari tahu lebih jauh mengenai ISIS melalui internet dan media sosial. Melalui Facebook, Nur mendapatkan informasi tentang apa yang dianggapnya pengalaman indah sejumlah orang yang hidup di bawah kekhalifahan ISIS.
"Seru banget, bagus semuanya kayak kekhalifahan kayak zaman nabi gitu. Mulai dari kesejahteraan dan keadilan, semua di bawah naungan Islam dan Sunnah, semuanya akan dijamin kehidupan di dunia dan akhirat juga dapat," ungkap Nur dalam acara Reintegrasi Sosial eks-Aktivis NII, Gafara dan Deportan/ Returni ISIS yang digelar Indonesia Muslim Crisis Center IMCC pada Februari lalu.
Nur juga mendapatkan bahan-bahan lain soal ISIS dari Tumblr, dan kanal Diary of Muhajirah (Catatan Harian Kaum Perempuan yang Berhijrah) berisi pengalaman orang-orang 'yang berhijrah' ke Suriah. Dia pun mulai berkomunikasi dengan pendukung ISIS di Suriah.
"Mereka menjanjikan akan dijamin semuanya: listrik, air rumah, gratis. Dan (mnereka akan) membayar utang-utang. Paman saya waktu itu punya utang dan mereka janji akan menutupi utang itu," kata dia.
Nur juga mulai yakin dengan propaganda ISIS yang menyebutkan untuk menjadi muslim yang sebenarnya harus hijrah ke Suriah. Nur yang saat itu duduk di kelas 2 SMA mengaku ingin berubah dan menjalankan hidup sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Bersama adiknya, Nur pun sering menonton video propaganda ISIS dari Suriah.