"Mereka datang, 'saya mau yang ini', saya diam saja saya tidak ngomong apa-apa," ungkapnya.
Nurshadrina mengaku heran dengan perilaku para simpatisan ISIS yang menganggap jihad hanya dengan menikah.
"Dalam hati aku mikir, kok bagi mereka jihad itu hanya nikah doang," ujarnya.
Ketika ditanya mengenai kebenaran, perempuan di ISIS hanya dijadikan obyek, Nurshadrina mengiyakan.
"Ya Mbak, saya pribadi bilang sebagai pabrik anak saja," imbuhnya.
Nurshadrina Khaira Dhania saat berusia 16 tahun bertekad hidup dalam naungan ISIS, lalu membujuk keluarganya untuk pergi ke Suriah pada 2015 lalu.
Namun di Suriah, mereka menemukan kenyataan yang jauh dari harapan dan bayangan tentang ideal suatu masyarakat Islam.
Ternyata, katanya, "beda banget dan benar-benar ketipu," kata gadis yang dipanggil Nur itu. "Mereka telah membajak Islam. Kecintaan saya terhadap Islam itu luar biasa, dan mereka merusak begitu saja," tegasnya.
Dalam kekecewaaan itu, katanya, mereka memutuskan pulang ke Indonesia, melalui jalan yang berliku.
Setelah kembali ke Indonesia pada 2017 lalu, Nur dan keluarganya mengikuti program deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Sementara ayah dan pamannya diadili karena bergabung dengan ISIS.