"Tentu itu tidak kuat ya argumentasinya. Karena menandakan testing kita, tracing kita itu tidak memadai. Jadi kita tidak bisa memprediksi.
Jauh lebih banyak kasus infeksi di masyarakat yang tidak terdeteksi. Jadi bagaimana kita mengatakan bahwa kita sudah mencapai puncak?" ujar dia.
Lebih lanjut, Dicky juga mengingatkan bahwa Indonesia akan mencapai puncak pandemi yang berbeda di setiap daerahnya.
Hal tersebut tergantung pada program testing, tracing dan treatment (3T) dan strategi 5M yang dilakukan pemerintah daerah (pemda) masing-masing.
"Dan juga strategi public health mereka misalnya pengetatan-pengetatan. Nah, ini tentu akan bervariasi," tutur dia.
Menguatkan argumennya bahwa Indonesia belum melewati puncak pandemi, Dicky menjabarkan bagaimana kondisi program 3T yang masih stabil taraf rendah.
Menurut dia, program 3T di lapangan yang dijalankan pemerintah bahkan cenderung menurun beberapa waktu belakangan.
"Kalau bicara testing saja, kita akan bisa saja melihat bahwa harusnya 5.000 kasus positif di Indonesia, itu besoknya itu harusnya ada 100.000 testing terhadap tracing atau kasus kontaknya. Itu yang harus terjadi dalam logika program pengendalian," jelas Dicky.
"Sehingga kalau ini dilakukan terus menerus, konsisten, setidaknya dua minggu, satu bulan, kita akan bisa cukup konfiden mengatakan kita sudah mencapai puncaknya.