Fotokita.net - Selama ini dituding manjakan investasi China, diam-diam Jokowi malah kerja sama dengan perusahaan minyak negara ini hingga bisa bikin warga Tuban borong ratusan mobil.
Warga satu desa di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur mendadak jadi sorotan. Maklum, mereka tertangkap kamera beramai-ramai membeli mobil secara bersamaan.
Tak tanggung-tanggung, terhitung ada 176 mobil yang dibeli oleh warga desa di Tuban itu. Malahan,ada satu orang yang membeli dua hingga tiga mobil.
Ya, bak ketiban durian runtuh, warga Tuban kini jadi kaya mendadak setelah lahannya diborong untuk perusahaan kilang minyak.
Siapa sangka proyek New Grass Root Refinery (NGRR) itu awalnya ditolak oleh warga Desa Sumurgeneng pada tahun 2019.
Tapi, kini warga desa Tuban malah bisa memborong ratusan mobil dalam waktu hampir bersamaan.
Rata-rata warga membeli Innova, Pajero, HRV hingga Honda Jazz. Kepala Desa Sumbergeneng Gihanto membenarkan hal tersebut.
"Ya memang kondisinya begitu, dapat uang lalu beli mobil, ada juga yang dibelikan tanah lagi maupun bangunan rumah juga," kata dia, seperti dilansir dari Surya.co.id.
Warga, kata dia mendapatkan uang hasil penjualan tanah yang rata-rata mencapai Rp 8 miliar.
Bahkan ada warga yang menerima Rp 26 miliar dan Rp 38 miliar atas kepemilikan beberapa hektare lahan.
Patungan dengan perusahaan Rusia
Kilang minyak di Kecamatan Jenu, Tuban tersebut merupakan proyek patungan antara Pertamina dan Rosneft, perusahaan minyak dan gas asal Rusia.
Perusahaan patungan itu dinamai PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia.
Berdasarkan kepemilikannya, Pertamina memiliki saham mayoritas dengan 55 persen, sisanya ialah saham Rosneft.
Proyek New Grass Root Refinery (NGRR) itu memiliki kapasitas 300.000 barrel per hari sehingga digadang-gadang bisa memperkuat kemandirian energi.

Seorang warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa timur, menunjukkan koleksi mobil barunya.
Proyek bernilai Rp 211,9 triliun itu ditargetkan bisa beroperasi pada 2026.
Diklaim kilang minyak tercanggih dan ramah lingkungan.
Dilansir dari Surya.co.id, kilang Pertamina-Rosneft diklaim sebagai kilang minyak tercanggih di dunia.
Kilang tersebut akan memproduksi gasoline, diesel, hingga avtur dengan hasil lebih berkualitas berstandar Euro V.
"Kilang Tuban memiliki standar terbaik di dunia, yang sangat ramah dengan lingkungan," terang Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, seperti dikutip dari Surya, Minggu (1/12/2019).
Adapun total lahan yang dibutuhkan untuk proyek ini ialah seluas 841 hektare.
Rupanya, proyek kilang minyak ini sempat mendapat pertentangan.

Siti Nurul Hidayati warga Sumurgeneng, Jenu, Tuban, Jawa Timur perlihatkan Toyota Kijang Innova yang baru dibelinya setelah terima Rp 18 miliar hasil jual tanah 2,7 hektare ke Pertamina
Penolakan pernah dilakukan warga pada tahun 2019 karena mereka merasa harga pembebasan lahan belum cocok.
Pertamina akhirnya menempuh upaya konsinyasi melalui Pengadilan Negeri (PN) Tuban untuk mendapatkan lahan yang tersisa pada November 2020 lalu.
"Jadi kami melakukan upaya konsinyasi di PN Tuban kemarin," kata Koordinator Konsultan Pengadaan Tanah PT Pertamina M Triyono, seperti dilansir dari Surya.co.id.
Kepala Desa Pomahan, Desa Sumurgeneng, Kasiyanto mengungkapkan, di wilayahnya ada 70 kepala keluarga (KK) di Dusun Pomahan yang mendapatkan uang penjualan tanah dari Pertamina.
Dari 70 KK itu, sekitar 50 KK awalnya menolak keras menjual tanah untuk pembangunan kilang minyak new grass root refinery (NGRR).
"Mereka yang membeli mobil baru secara bersamaan kemarin itu kelompok yang dulunya menolak keras menjual tanahnya," kata dia.
Setelah menemukan kecocokan, kini tanah mereka dibeli dengan harga bervariasi dan bernilai miliaran.Bahkan, ada yang mendapatkan uang di atas Rp 20 miliar.
Pada November 2017 PT Pertamina (Persero) dan Rosneft Oil Company, perusahaan minyak dan gas asal Rusia, resmi membentuk perusahaan patungan (joint venture), PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP).
PRPP akan membangun dan mengoperasikan kilang minyak baru yang terintegrasi dengan kompleks petrokimia (New Grass Root Refinery and Petrochemial/NGRR) di Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Ketika itu, Achmad Fathoni Mahmud Achmad, Direktur PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), anak usaha Pertamina, mengatakan Pertamina dan Rosneft akan menggelontorkan dana yang dibutuhkan untuk membangun NGRR Tuban dengan total biaya sebesar US$15 miliar sesuai dengan kepemilikan saham.
Kedua perusahaan sepakat komposisi saham di PRPP, sebesar 55% dikuasai Pertamina dan sisanya 45% Rosneft.
“Proyek ini akan meningkatkan kemandirian dan ketahanan energi dengan meningkatkan produksi bahan bakar minyak nasional yang berkualitas Euro V. Kilang juga akan menghasilkan produk baru petrokimia,” kata Achmad, Selasa (28/11/2017).
Penguasaan saham Pertamina di PRPP dilakukan melalui Kilang Pertamina Internasional.
Sementara Rosneft melalui perusahaan afiliasinya Petrol Complex PTE LTD. Penandatanganan akta pendirian perusahaan patungan dilakukan di Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) dengan memanfaatkan layanan prioritas Tim Layanan Layanan Izin Investasi 3 jam (II3J) – PTSP di Jakarta.

Jokowi tinjau kilang minyak di Tuban bersama Ahok.
NGRR Tuban ditargetkan menghasilkan produk BBM jenis gasoline sebesar 80 ribu barel per hari, solar 99 ribu barel per hari, dan Avtur 26 ribu barel per hari.
“Untuk produk baru petrokimia adalah polipropilen 1,3 juta ton per tahun, polietilen 0,65 juta ton per tahun, stirena 0,5 juta ton per tahun dan paraksilen 1,3 juta ton per tahun,” ungkap Achmad dalam keterangan tertulisnya.
Kilang Tuban adalah satu dari dua kilang baru yang rencananya dibangun Pertamina dalam hingga 2025.
Dalam proyeksi pengembangan mega proyek yang dirilis perusahaan beberapa waktu lalu Pertamina masih meyakini kilang Tuban masih bisa diselesaikan sesuai dengan rencana yakni pada 2024.
Dalam mega proyek pengolahan sebenarnya ada enam kilang yang masuk daftar pembangunan dan revitalisasi.
Selain Tuban, proyek kilang baru lainnya adalah kilang Bontang yang saat ini tengah dilakukan seleksi pemilihan partner.
Empat kilang lainnya yang direvitalisasi atau dikembangkan adalah kilang Cilacap, Balongan, Balikpapan dan Kilang Dumai.

Jokowi dan Ahok.
Jika sudah selesai seluruh pembangunan dan pengembangan kilang maka kapasitas penyimpanan dan pengolahan minyak Pertamina akan menjadi dua juta barel per hari dari kondisi saat ini yang hanya satu juta barel per hari.
Pertamina sebagai pemegang saham mayoritas menempatkan dua perwakilan dijajaran direksi PRPP, yakni Amir H. Siagian sebagai Presiden Direktur dan Bambang Sembodo sebagai Direktur.
Sementara Rosneft menempatkan satu perwakilannya di jajaran Direksi yakni Alexander Dmitriev.
Nama Rosneft belakangan ramai diperbincangkan, disebut membuat warga Tuban, Jawa Timur, mendadak kaya dengan proyek pembebasan lahan untuk pembangunan kilang minyak.
Sebuah video viral di media sosial menunjukkan beberapa mobil baru diangkut ke Desa Sumuragung.
Seorang warga di video tersebut mengaku baru saja menjual setengah hektare lahannya untuk kepada PT Pertamina.
Hal tersebut rupanya terjadi setelah Rosneft, perusahaan minyak milik Pemerintah Rusia, resmi meneken kontrak bersama PT Pertamina untuk membangun kompleks kilang minyak dan petrokimia di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, akhir Oktober 2019 lalu.
Profil Perusahaan Rosneft
Nama Rosneft juga sering disebut-sebut sebagai perusahaan minyak berpengaruh di dunia.
Dilansir dari rosneft.com, perusahaan yang bermarkas di Moskow ini memimpin sektor industri minyak di seluruh dunia.
Menjadi perusahaan strategis di Rusia, tercatat 40,4% sahamnya dipegang oleh negara.
Rosneft bergabung bersama sejumlah perusahaan terkemuka di dunia untuk menandatangani pedoman pengurangan emisi metana dalam rantai pasokan gas alam.
Pedoman yang ditandatangani ditujukan untuk meningkatkan efektivitas upaya pengurangan emisi metana di semua tahap rantai pasokan industri gas, mempromosikan kebijakan rasional dan peraturan emisi metana, dan memastikan transparansi pelaporan emisi.
Dengan demikian, Rosneft juga menetapkan dirinya sebagai salah satu industri dengan emisi karbon unit rendah sebagai kontribusi terhadap pengurangan risiko krisis iklim.
Selain di Indonesia, Rosneft melakukan eksplorasi minyak dan gas di sejumlah negara, seperti Siberia, kawasan Laut Hitam. Dan Rusia.
(*)