Follow Us

Mampu Temukan Black Box Sriwijaya Air, Kecerdasan Pasukan Elit TNI AL Ini Bikin Pembajak Minta Ampun Hingga Tuai Pujian Dunia

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Jumat, 22 Januari 2021 | 21:00
Anggota tim penyelam dari Kopaska TNI AL, Mayor Laut Edi Tirtayasa mengatakan, kondisi pesawat Sriwijaya Air di tempat penyelaman di sekitar Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta hancur berkeping-keping.
kompas.com

Anggota tim penyelam dari Kopaska TNI AL, Mayor Laut Edi Tirtayasa mengatakan, kondisi pesawat Sriwijaya Air di tempat penyelaman di sekitar Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta hancur berkeping-keping.

Fotokita.net - Mampu temukan black box pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh, kecerdasan pasukan elit TNI AL ini bikin pembajak minta ampun hingga tuai pujian dunia.

Kotak hitam atau black box Sriwijaya Air SJ 182 telah ditemukan oleh tim SAR gabungan pada Selasa (12/1/2021) sore sekitar pukul 16.00 WIB.

Berdasarkan siaran Breaking News Kompas TV, kotak hitam ditemukan di antara Pulau Laki dan Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta.

Kotak hitam itu tampak dibawa oleh kapal sea rider milik Kopaska.

Baca Juga: Usia Boeing 737-500 SJ 182 Disorot, Media Asing Sebut 2 Faktor Ini Jadi Penyebab Pesawat Sering Jatuh di Indonesia

Selanjutnya, kotak hitam itu akan dikirim ke JICT 2 Tanjung Priok, Jakarta Utara untuk ditindaklanjuti.

Baca Juga: Dikenal Sosok yang Teliti Saat Terbangkan Pesawat, Ayah Kopilot Sriwijaya Air Diego Mamahit Ternyata Petinggi Maskapai Ini

Berdasarkan penjelasan jurnalis Kompas TV, kotak hitam atau black box tersebut ditemukan oleh tim Kopaska Armada 1 TNI Angkatan Laut.

Selanjutnya setelah tiba di JICT, kotak hitam akan diserahkan ke tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk meneliti lebih lanjut.

Tak hanya Kopaska, turut dalam rombongan pencari black box di antaranya penyelam Dislambair, dan Taifib.

Baca Juga: Transkrip Rekaman Pembicaraan Pilot Sriwijaya Air SJ 182 Didapat, Mantan KSAU Ungkap Akar Penyebab Kecelakaan Pesawat di Tanah Air

Siapa sangka kecerdasan Kopaska TNI AL membuat dunia terkagum-kagum? Kehebatannya, adalah menjebak pembajak tanpa dirasakan lawan.

Bahkan sang lawan baru kaget kalau terjebak setelah yang bersangkutan dicokok tanpa suara sedikit pun.

Kisah ini menjadi bahan pergunjingan dunia, lantaran para pembajak tak menyadari kalau yang dihadapi adalah pasukan elit TNI AL (Angkatan Laut).

Baca Juga: Serpihan dan Pecahan Pesawat Ditemukan, Ternyata Sriwijaya Air Pernah Berhenti Terbang Karena Masalah Besar Ini, Bangkrut?

Begini ceritanya. Saat itu, pembajak sedang menyandera awak kapal dan meminta uang tebusan.

Peristiwa itu terjadi tahun 2006 silam, dan pelakunya bukan sembarang orang. Meski lokasi pembajakan kapal dilakukan Gerakan Aceh Merdeka di Aceh Timur, namun sutradara pembajakannya disebut-sebut sangat brilian.

Kasus itu terungkap dari sebuah kisah yang ditulis di buku Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus.

Tim intelijen Kopaska atau Komando Pasukan Katak dibentuk lalu dikirim untuk menggagalkan aksi GAM.

Baca Juga: Selain Temukan Kotak Hitam SJ 182, Pasukan Elit TNI Ini Ternyata Juga Sukses Angkat Black Box Lion Air JT 610 Hingga Dapat Hadiah dari Luhut Binsar

Berani bertarung dan bertempur di dalam air, bahkan tidak hanya di perairan, Kopaska juga ahli bertempur di daratan dengan keahlian khususnya.

Kisah kehebatan pasukan elite TNI AL tersebut tidak hanya di beberapa misi saja. Bahkan, saat ada pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Kopaska pun dilibatkan.

Seperti kisah berikut, tahun 2006 silam saat salah satu kelompok sayap Gerakan Aceh Merdeka (GAM) melakukan pembajakan terhadap sebuah kapal ikan Indonesia di kawasan Perlak, Aceh Timur menjadi pembuktian bahwa Kopaska pun handal dalam operasi di darat.

Baca Juga: Suara Ledakan Bikin Syok Warga Pulau, KNKT Duga Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Hancur Berkeping-keping Karena Kejadian Ini

Kopaska yang pada saat itu dipimpin oleh Kolonel Irawan membentuk sebuah tim intelijen bernama Tim Kejar untuk menggagalkan pembajakan tersebut.

Kelompok sayap GAM itu melepaskan kapal ikan, namun mereka menyandera Nahkoda dan Kepala Kamar Mesin (KKM) untuk dijadikan tawanan.

Keduanya kemudian disekap di sebuah tambak milik GAM sampai uang tebusan dibayarkan.

Seperti kebiasaan kelompok separatis, GAM juga membuat tambak yang digunakan untuk kedok semata.

Baca Juga: Diterjunkan Cari Korban Sriwijaya Air SJ 182, Kemampuan Pasukan Elit TNI AL Ini Sukses Temukan Kotak Hitam Lion Air JT 610

Jika dilihat dari tengah perairan sudah pasti tak ada orang yang menyangka bahwa tambak itu adalah markas GAM.

Seperti tambak-tambak lainnya, ‘tambak’ GAM ini juga ada ikan, bambu-bambu penyekat tambak, kapal-kapal kecil, dan lainnya.

Kembali ke cerita penyergapan ini, tawar menawar uang tebusan dilakukan lewat telepon yang telah disadap.

Penyadapan inilah yang menjadi kunci keberhasilan operasi.

Baca Juga: Usia Boeing 737-500 SJ 182 Disorot, Media Asing Sebut 2 Faktor Ini Jadi Penyebab Pesawat Sering Jatuh di Indonesia

Begitu tahu perompak menyandera kapal, pemerintah Indonesia mengirim tim gabungan Kopassus, Denjaka dan Kopaska
Tribun Jambi

Begitu tahu perompak menyandera kapal, pemerintah Indonesia mengirim tim gabungan Kopassus, Denjaka dan Kopaska

Kopaska bekerja sama dengan salah satu operator telekomunikasi di Jakarta untuk membantu penyadapan tersebut.

Salah seorang anggota Tim Kejar di ujung telepon berpura-pura sebagai pihak operator kapal.

Baca Juga: Transkrip Rekaman Pembicaraan Pilot Sriwijaya Air SJ 182 Didapat, Mantan KSAU Ungkap Akar Penyebab Kecelakaan Pesawat di Tanah Air

Saat negosiasi berlangsung nomor yang dipakai penyandera terlacak masih berada di kawasan Perlak.

Semula GAM meminta tebusan antara Rp 250 juta-Rp 500 juta namun kemudian keduanya sepakat akan menebus nahkoda dan KKM kapal dengan uang sebesar Rp 60 juta dan akan ditransfer secara bertahap lewat sebuah bank BUMN.

“Awalnya kami mau antar sendiri uangnya, tapi mereka tidak mau, takut ditipu. Jadinya kami transfer Rp 20 juta dulu lewat bank di Lhoksumawe,” tutur Kopral Satu (Koptu) Totok yang saat itu menjadi salah satu anggota tim Kejar berpangkat Kopral dua.

Baca Juga: Serpihan dan Pecahan Pesawat Ditemukan, Ternyata Sriwijaya Air Pernah Berhenti Terbang Karena Masalah Besar Ini, Bangkrut?

Setelah sepakat, si ‘operator kapal’ yang sebenarnya anggota Tim Kejar menghubungi kembali si penyandera untuk memberi tahu bahwa uang telah ditransfer dan dapat diambil.

Saat itu tim lain di Jakarta yang bertugas mengawasi penyadapan telepon mendeteksi lokasi nomor tersebut sudah berpindah ke kawasan Lhoksumawe.

Artinya, si anggota separatis ini sudah mendekati bank. Tepat seperti yang diharapkan!

Merasa kesempatan tidak datang 2 kali, Tim Kejar Kopaska langsung berkoordinasi dengan pihak bank dan membagi tugas.

Satu anggota tim langsung berganti peran menjadi teller bank, sedangkan anggota tim lainnya menyamar menjadi nasabah.

Waktu terus berjalan, anggota tim mulai cemas, jangan-jangan buruannya keburu tahu kalau dirinya masuk jebakan.

Di tengah rasa khawatir yang menggantung di hati, tiba-tiba orang yang ditunggu-tunggu datang.

Baca Juga: Sama-sama Keluar dari TNI AU, Pilot Sriwijaya Air SJ 182 Ternyata Adik Angkatan Kapten Pesawat Air Asia QZ 8501 yang Jatuh Tahun 2014

Ia masuk dengan santai, Tim Kejar juga berusaha keras untuk memainkan perannya bak pemain teater, si Teller melayani layaknya Teller, dan si nasabah berlagak layaknya nasabah.

“Sebentar ya, pak, sistemnya agak bermasalah. Tunggu sebentar,” kata si Teller yang berusaha mengulur waktu. Si target manggut-manggut saja.

Baca Juga: Meninggal dengan Wajah Tersenyum, Ini Alasan Syekh Ali Jaber Rela Berhutang Demi Berikan Uang Rp 80 Juta Buat Orang Palestina yang Baru Dikenalnya

Komando Pasukan Katak atau Kopaska TNI AL
http://batam.tribunnews.com

Komando Pasukan Katak atau Kopaska TNI AL

Saat sedang menunggu itulah beberapa ‘nasabah’ langsung menyergap target yang bernama Syafrizal Sofyan itu.

Setelah diinterogerasi, Syafrizal Sofyan mengaku hanya keponakan dari Budiansyah alias Jepang, salah satu pimpinan kelompok penyandera yang menjadi incaran utama Kopaska.

Sofyan hanya ditugaskan sang paman untuk mengambil uang tebusan.

Setelah ditangkap, Kopaska memerintahkan Sofyan untuk menelepon si paman untuk mengabari bahwa uang sudah diambil dan tawanan dapat dilepaskan.

Baca Juga: Resmi Dihentikan, Polisi Ngotot Sebut Alasan Utama Ini Hingga Kasus Raffi Ahmad Tak Bisa Dipidana Seperti Habib Rizieq Shihab

Empat hari disandera si nahkoda dan KKM akhirnya dibebaskan.

Begitu dilepas, Jepang baru curiga kenapa kemenakannya tidak kunjung tiba.

Jarak Lhokseumawe ke Perlak agak jauh memang, sekitar 2,5 hingga 3 jam perjalanan darat.

Itu pun kalau jalannya mulus. Tapi tentu tak sampai seharian, maka tak heran jika Jepang mulai curiga.

Baca Juga: Gagal Bersanding dengan Nia Ramadhani, Penampilan Vokalis Kondang Ini Bikin Syok Raffi Ahmad: Pertama Jadi Artis Badannya Gembil

Jepang kemudian membuat laporan orang hilang ke kantor polisi.

“Dia bilangnya ada bantuan dari Jakarta untuk membangun jalan. Tapi yang bertugas mengambil uang hilang,” ujar Koptu Totok.

Kebetulan beberapa anggota Tim Kejar di saat yang sama sedang istirahat di sebuah kedai kopi dekat Polsek Perlak.

Mereka melihat dengan jelas, lewat mata sendiri kalau si Jepang keluar dari Polsek. Bukannya langsung disergap, tim malah tidak mau gegabah.

Tim Kejar berpikir sangat riskan jika melakukan penangkapan di daerah Perlak karena daerah tersebut sudah dikuasai GAM.

Baca Juga: Bungkam Soal Isu Pindah Agama, Suami Nella Kharisma Mendadak Unggah Kabar Duka, Foto Sepiring Nasi dan Kopi di Atas Makam Jadi Sorotan

Apa jadinya jika begitu disergap mereka malah gantian dipentungi oleh masyarakat di sekitar situ yang ternyata anggota GAM.

Tim Kopaska memilih untuk membuntuti incarannya yang pergi ke rumah orang tua Sofyan di Lhoksumawe.

Sampai di rumah kakaknya Jepang belum juga disergap.

Tim penyergap dengan sabar membuntuti sasarannya ini ke tujuan berikutnya, bank tempat Sofyan menarik uang.

Baca Juga: Tugas Polantas Disebut Tak Perlu Menilang Lagi, Wanita Ini Galau Usai Terima Surat Tilang Elektronik Salah Alamat

Pihak bank memperlihatkan bukti pengambilan uang kepada Jepang dan kakaknya yang ikut serta.

Merasa uangnya memang sudah dicairkan Jepang akhirnya kembali ke Perlak.

Tiba di salah satu perempatan jalan di ujung kota Lhokseumawe Jepang dipaksa berhenti oleh lampu merah.

Serombongan orang di sebuah mobil ikut berhenti di sebelahnya.

Saling pandang, sama-sama memberi senyum.

Baca Juga: Beredar Tanda SOS Dekat Lokasi Jatuhnya Sriwijaya Air, Roy Suryo Ungkap Fakta Mengejutkan: 6 Hari Lalu Ditulis Ini

Seluruh penumpang mobil turun dengan cepat, langsung menghampiri pengendara motor di sebelahnya.

Tak disangka, seisi mobil tersebut adalah anggota Tim Kejar.

Tertangkaplah Jepang tanpa perlawanan berarti.

Operasi ini dianggap cukup sulit dilakukan karena alat penyadap yang menjadi kunci keberhasilan operasi ini ada di Jakarta.

Baca Juga: Beredar Foto Jadul KSAD Andika Perkasa, Sosok Mertua Sang Jenderal Jadi Sorotan, Ternyata Bukan Orang Sembarangan

Tim Kejar harus terus berkoordinasi dengan pihak operator dan tim Kopaska di Jakarta untuk memastikan keberadaan pembajak yang diincar.

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest