Pemerintah Turki juga mengatakan dalam beberapa hari ke depan akan menandatangani kesepakatan dengan Pfizer/BioNTech untuk 4,5 juta dosis, dengan opsi membeli 30 juta lagi dari perusahaan Amerika Serikat dan mitranya dari Jerman itu, kata Koca.
Hasil awal melalui penelitian 7,371 sukarelawan di Turki itu jauh lebih baik ketimbang yang dilaporkan dalam uji coba vaksin yang sama yang dilakukan secara terpisah di Brasil.
Peneliti di Brasil mengklaim vaksin itu "mencapai ambang batas efikasi" yang ditetapkan WHO, atau lebih dari 50%, berdasarkan data uji coba yang dirilis Rabu (23/12).
Namun sekali lagi, para peneliti Institut Butantan di Brasil menangguhkan pengumuman hasil pasti tingkat efikasi vaksin atas permintaan perusahaan, yang menimbulkan pertanyaan tentang transparansi pengembangan vaksin tersebut.
Sehari sesudahnya, peneliti di Turki mengatakan tidak ada efek samping yang parah selama uji coba yang mereka lakukan, kecuali seorang relawan yang mengalami reaksi alergi.
Efek samping yang umum disebabkan oleh vaksin tersebut adalah demam, nyeri ringan dan sedikit kelelahan, kata mereka.
Sebanyak 26 dari 29 orang yang dinyatakan positif virus corona diberi vaksin suntikan hampa (placebo).
Menteri Kesehatan Fahrettin Koca, mengatakan pemerintah akan menggunakan data itu untuk memberi lisensi pada vaksin tersebut.
"Kami sekarang yakin bahwa vaksin itu efektif dan aman [untuk digunakan] bagi warga Turki," kata Koca, seperti dikuti dari kantor berita Reuters.
Ia juga mengatakan bahwa para peneliti awalnya berencana untuk mengumumkan hasil setelah 40 orang terinfeksi, tetapi temuan tersebut menunjukkan bahwa para relawan memiliki efek samping yang minimal setelah suntikan vaksin dan karena itu dianggap aman.