Follow Us

youtube_channeltwitter

Ikuti Jejak Jokowi, Ini Alasan Presiden Turki Mau Disuntik Vaksin Sinovac Hingga Borong Jutaan Dosis Buat Rakyatnya

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Jumat, 15 Januari 2021 | 11:57
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan di vaksin Sinovac.
Sumber: Turkish Presidency via AP, Pool

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan di vaksin Sinovac.

Sama dengan WHO, badan pengawas kesehatan Argentina, Anvisa, menetapkan ambang batas efikasi setidaknya 50% untuk vaksin selama pandemi.

Pejabat kesehatan mengatakan hasil uji klinis di Brasil itu menjadi "momen untuk dirayakan".

"Tujuan kami adalah mencapai lebih dari 50%. Jika jumlahnya 51%, itu akan menjadi penting bagi kami, terutama karena kami hidup di saat krisis kesehatan," kata pejabat kesehatan Sao Paulo, Jean Gorinchteyn, seperti dikutip dari kantor berita Reuters.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) resmi memberikan izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) untuk vaksin Covid-19 CoronaVac yang diproduksi Sinovac.

EUA diberikan setelah melakukan penelitian terhadap data yang diterima oleh BPOM terkait dengan uji klinis tahap ketiga. BPOM mendapatkan data dari uji klinis tahap ketiga yang dilakukan di Bandung, Turki, dan Brasil.

Lewat hasil uji klinik tahap tiga di Bandung, menunjukkan tingkat efikasi vaksinasi sebesar 65,3%. Adapun tingkat efikasi di Turki hingga 91,2% dan Brasil 78%.

Tim Komnas Peneliti Obat, Jarir At Thobari mengatakan, banyak faktor yang bisa mempengaruhi tingkat efikasi, terutama dari perilaku masyarakat dan seberapa besar proses transmisi virus dari satu orang ke orang lain. Selain itu juga, dari karakteristik populasi dan subjek yang diikutsertakan dalam penelitian.

"Kalau di Turki 20% dari tenaga kesehatan dan 80% adalah orang yang punya risiko tinggi. Dengan angka penularan yang tinggi dari risiko tinggi bisa membuat angka efikasi lebih tinggi," jelasnya dalam konferensi pers, Senin (11/1/2021).

Kemudian kalau di Brasil, semua subjek penelitian adalah dari tenaga kesehatan. Sedangkan, di Bandung adalah populasi umum.

Jarir mengatakan, hasil efikasi dari populasi umum ini membawa informasi yang cukup baik bagi Indonesia karena dari populasi umum perlindungannya ini sangat tinggi hingga 65,3%.

"Kita tidak punya banyak subjek untuk high risk seperti nakes sehingga tidak bisa dilihat. Namun, jika ingin melihat efikasi untuk Nakes bisa mengambil data dan mengaca dari Brasil dan Turki," ungkapnya.

Editor : Fotokita

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

slide 4 to 6 of 15

Latest

Popular

x