Baca Juga: Selain Sriwijaya Air SJ 182, 3 Pesawat Nahas Ini Juga Tak Pancarkan Sinyal ELT, Apa Penyebabnya?
Dikandangkannya pesawat-pesawat selama awal pandemi virus corona lalu disorot New York Times.
Dikatakan bahwa para pilot merasa mulai dari awal lagi setelah jeda sebulan, ujar Captain Rama Noya, Ketua Asosiasi Pilot Indonesia yang juga penerbang Sriwijaya Air.
Kesulitan untuk mendapatkan sentuhan terbaik masih dialami, meski Sriwijaya Air memiliki dua simulator penerbangan untuk model 737 yang lebih tua, tulis NYT.
"Mental kru terpukul karena pemotongan gaji akibat pandemi, dan dengan jam terbang bulanan rendah, kinerja kru harus diperhatikan," ucap pakar aviasi independen Indonesia, Gerry Soejatman, yang dikutip New York Times.
"Sebelum pandemi, para pilot Indonesia, terutama di maskapai LCC seperti Lion Air, mengatakan mereka dipaksa menerbangkan pesawat yang mereka rasa tidak aman," ungkap media pemenang 130 Pulitzer Prize itu dalam artikel berjudul "Indonesia Crash Thwarts Push to Rehabilitate Country’s Airlines".
Pengalaman terbang jurnalis CNN
CNN dalam artikel "Flying in Indonesia is a necessity to travel ... but it can also be a terrifying experience", menuliskan pengalaman jurnalisnya, Ivan Watson, saat terbang dengan maskapai Indonesia.
"Meski terlalu dini untuk berspekulasi tentang apa yang menyebabkan bencana Sriwijaya Air, dan perlu dicatat bahwa maskapai ini memiliki catatan keamanan yang baik dengan tidak ada korban di dalam pesawat dalam 4 insiden yang tercatat di database Aviation Safety Network, bagiku ini membawa kembali kenangan yang tidak nyaman, yang membicarakan masalah keselamatan penerbangan secara luas di Indonesia," tulisnya.