Meski begitu, media yang berdiri sejak 1846 tersebut juga menerangkan bahwa belakangan ini kondisi mulai membaik di dunia aviasi Indonesia.
"Kemajuan industri ini meningkat signifikan dan pengawasan menjadi lebih ketat," kata pakar penerbangan dan pemimpin redaksi AirlineRatings.com, Geoffrey Thomas, kepada AP.
Kemajuan itu antara lain inspeksi yang semakin intens, regulasi yang lebih kuat, fasilitas dan perawatan yang lebih baik, dan pilot yang semakin terlatih.
"Badan Penerbangan Federal AS memberi Indonesia peringkat Kategori 1 pada 2016, yang berarti menetapkan negara tersebut mematuhi standar keselamatan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional," imbuh AP menguraikan.
AS sebelumnya pernah menurunkan peringkat keamanan penerbangan Indonesia ke Kategori 2 pada 2007-2016.
Efek pandemi?
Jika Bloomberg dan AP menyoroti penyebab kecelakaan pesawat di Indonesia secara keseluruhan, Channel News Asia (CNA) dan New York Times mempertanyakan kondisi pesawat dan kru yang baru kembali setelah "libur panjang" selama pandemi virus corona.
"Maskapai ini (Sriwijaya Air) pada akhir 2019 mengakhiri kemitraan selama setahun dengan maskapai nasional Garuda Indonesia, dan beroperasi secara independen," tulis CNA pada Minggu (10/1/2021).
Dalam artikel berjudul "Sriwijaya Air crash places Indonesia's aviation safety under fresh spotlight", CNA juga menyebutkan separuh lebih armada Sriwijaya Air sempat dikandangkan Kementerian Perhubungan karena faktor kelaikan terbang.
Namun pimpinan maskapai Sriwijaya Air pada Sabtu (9/1/2021) menyebut pesawat SJ 182 beroperasi dalam kondisi baik.