Follow Us

Bungkam Selama 25 Tahun Soal Misi Rahasia di Timor Timur, Sniper Terbaik TNI Akui Sengaja Simpan 1 Peluru Terakhir dalam Aksi Pertamanya Demi Alasan Ini

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Rabu, 03 Juni 2020 | 19:10
Tatang saat menemukan jebakan Booby Trap gerilyawan Fretilin
Commando/Dok.Pribadi

Tatang saat menemukan jebakan Booby Trap gerilyawan Fretilin

Fotokita.net - Timor Timur pernah menjadi bagian dari Negara Kedaulatan Republik Indonesia (NKRI). Menjadi provinsi paling buncit di wilayah kepulauan Nusantara, Timor Timur sempat mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah Orde Baru.

Pembangunan masif segera dilakukan di wilayah Dili, ibu kota provinsi Timor Timur ketika itu. Presiden RI ke-2 Soeharto membuat prioritas pembangunan agar provinsi ini tetap berada di wilayah NKRI.

Timor Timur memang punya sejarah panjang dengan Indonesia. Maklum, sebelum bergabung menjadi provinsi paling muda di wilayah Nusantara, militer Indonesia melakukan invasi ke daerah yang kini bernama Timor Leste itu.

Sejarah TNI telah mencatat Operasi Seroja di Timor Timur telah menjadi operasi miiliter terpanjang. Pada akhir 1975, TNI mulai menggelar Operasi Seroja.

Dalam Operasi Seroja, tiga matra TNI, baik AD, AL, dan AU dilibatkan.

Tak terkecuali para Sniper TNI yang langsung diterjunkan ke medan laga.

Mengutip majalah Commando Edisi No.4 tahun 2014, salah satu sniper yang diterjunkan ialah Tatang Koswara.

Baca Juga: Kapolda Jatim Cuma Usir Anak Buahnya yang Tertidur di Tengah Rapat, Kim Jong Un Tembak Menhan Korea Utara dengan Senjata Anti Serangan Udara Gara-gara Terlelap dalam Acara Resmi

Tatang yang baru saja mendapat pelatihan sniper dari Green Beret US Army langsung dilibatkan dalam Komando Satgas Pamungkas untuk mendukung serbuan Indonesia ke Timor Timur.

Tatang bahkan diikutsertakan kedalam satuan Kopassandha (Kopassus) lantaran saat itu Korps Baret Merah kekurangan sniper.

"Jadi karena TNI AD, lewat Pak Edi Sudrajat, tahu kemampuan saya sebagai sniper lalu saya disuruh bergabung dengan para sniper Kopassandha," kata Tatang.

Baca Juga: Dikenal Tangguh Berkat Pendidikan Berat, Pasukan Elit Israel Akhirnya Harus Terima Pil Pahit dari Pejuang Hizbullah Gara-gara Satu Sergapan Mematikan Ini

"Namun di belakang hari gara-gara bertempur sebagai sniper dan bergabung dengan Kopassandha saya dikira juga anggota Kopassus. Padahal satuan saya tetap di Pussenif," lanjutnya.

Tahun 1977, Tatang lantas mendapat penugasan cukup berat di Timtim.

Gerilyawan Fretilin yang merupakan lawan TNI ternyata jago berperang dan memiliki persenjataan lumayan baik.

Bahkan pada 15 Mei 1977 dalam pertempuran yang berlangsung di Lalua dan Lobugob, TNI kehilangan lebih dari 100 prajurit yang gugur di medan pertempuran.

Baca Juga: Stop Lakukan Kebiasaan Ini Kalau Masih Sayang Nyawa Keluarga, Ternyata Pelihara Ayam di Rumah Bisa Sebarkan Virus Mematikan Seperti Corona: Begini Penjelasan Ahli

"Pada saat pasukan ABRI mengalami kerugian besar karena yang gugur mencapai ratusan dalam satu hari, sebenarnya sudah ada sniper tapi peran mereka bertugas sebatas melindungi pasukan," kata Tatang.

"Padahal cara bertempur sniper yang pernah saya pelajari, ia harus masuk jauh ke wilayah musuh untuk menciptakan kekacauan dan sekaligus melemahkan semangat bertempur musuh," papar Tatang.

Pada akhir 1977, Tatang ditugaskan di kawasan Bobonaro, Becila, Aileu, Dili, Remexio dan lainnya.

Di semua daerah itu Tatang bertempur mati-matian melawan Fretilin.

Baca Juga: Dikira Sudah Bisa Beraktivitas Normal Lagi, Ahli Malah Temukan Virus Corona dengan Bentuk Berbeda dalam Kasus Baru di China: Lebih Sulit Buat Diobati?

Pernah dalam suatu misi Tatang ditemani oleh seorang prajurit muda lulusan Akmil bernama Ginting.

Ginting masih amat hijau di medan perang, ia bersenjatakan senapan M16, berseragam loreng lengkap layaknya tentara.

Tatang saat bertugas di Timor Timur
Commando/Dok.Pribadi via Sosok.ID

Tatang saat bertugas di Timor Timur

Sedangkan Tatang mengenakan gears sniper dengan ghillie suit sehingga akan nge-blend dengan vegetasi sekitar.

Keduanya lantas mengendap-endap masuk ke wilayah musuh. Pada malam tiba masih saja terus bergerak dengan bantuan teleskop malam.

Baca Juga: Baru Saja WHO Kelar Sebut Virus Corona Tak Akan Hilang dari Muka Bumi, Para Ahli NASA Ingatkan Warga Dunia Bersiap Hadapi Marabahaya Susulan yang Disebabkan Peristiwa Ini: Ada Apa Lagi?

Tatang dengan ghillie suitnya
Commando/Dok.Pribadi via Sosok.ID

Tatang dengan ghillie suitnya

"Karena pengawal saya seorang perwira jadi saya juga harus hargai dia. Lalu saya tanya sebaiknya di mana kita akan mengendap sehingga lokasi dan posisinya sulit diketahui musuh," jelas Tatang.

"Secara teori Ginting menyarankan saya untuk mengendap di ketinggian sehingga bisa mengincar dan melumpuhkan musuh. Tapi saran itu langsung saya tolak karena terlalu berbahaya," sahut Tatang.

Tatang kemudian mengajak Ginting memilih persembunyian di pinggir tebing curam yang sangat tersembunyi sehingga tak akan diketahui musuh.

Benar saja, esok harinya posisi ketinggian yang sebelumnya disarankan Ginting disisir oleh patroli musuh yang jumlahnya puluhan, terkejut Tatang mendapati lawan yang begitu banyak.

Baca Juga: Di Tengah Bencana Wabah Corona yang Tak Berkesudahan, Perempuan Berwajah Manis Ini Berhasil Torehkan Sejarah dalam Dunia Penerbangan Militer Indonesia

Meski Sudah Dikepung Puluhan Musuh, Sniper TNI ini Malah Makin Bringas, Setiap Peluru yang Ditembakkannya Pasti Merengut Nyawa Lawannya!
Tribun Timur

Meski Sudah Dikepung Puluhan Musuh, Sniper TNI ini Malah Makin Bringas, Setiap Peluru yang Ditembakkannya Pasti Merengut Nyawa Lawannya!

Tak selang berapa lama gerilyawan Fretilin itu berkumpul untuk melancarkan penyerbuan ke posisi pasukan TNI.

Padahal jarak Tatang dan Ginting hanya sekitar 50 meter dari pasukan musuh itu.

Namun tetap Tatang akan melakukan tindakan menghambat atau bahkan memukul mundur gerilyawan Fretilin berapapun jumlahnya.

Baca Juga: Saat Orang Berbahagia Rayakan Lebaran, Para Telematika Ini Malah Sibuk Soroti Panci dalam Video Idul Fitri Jokowi Hingga Dapat Balasan Menohok dari Tokoh NU di Australia

Tatang lantas mengontak Edi Sudrajat agar pasukan TNI yang berpatroli disekitar situ agar melakukan serangan dadakan kepada Fretilin sehingga akan memecah konsentrasi lawan.

Tak berapa lama tembakan gencar menyalak menghujani gerilyawan Fretilin yang berasal dari patroli TNI.

Baca Juga: Didi Kempot Akui Istri Pertamanya Rela Biayai Hidup Waktu Zaman Susah, Ternyata Pelawak Srimulat Ini Pernah Mata-matai Sang Maestro Campursari Saat Ngamen di Slipi

Tatang lantas memasang peredam suara pada moncong senapan Winchester Model 70-nya.

Seperti malaikat pencabut nyawa, dengan tenang Tatang membidik sasaran dan menekan pelatuk dengan cekatan.

Head shot, head shot dan head shot!, gila!, tembakan Tatang semuanya menghantam kepala musuh, satu persatu gerilyawan Fretilin yang berada di jarak 300-600 meter dari posisi Tatang menembak tumbang.

Hal ini membuat musuh panik bukan kepalang lantaran mereka bingung ada tembakan jitu namun tak tahu dari mana asalnya.

Sontak Fretilin melepaskan tembakan ngawur kesana-kemari tanpa sekalipun menyasar tempat Tatang dan Ginting bersembunyi.

Takut mati, Fretilin langsung kabur meninggalkan medan pertempuran, misi itu sukses dilaksanakan Tatang.

Baca Juga: Tak Gentar dengan Ancaman dari Penguasa Orde Baru yang Murah Senyum, Amien Rais Justru Paling Takut Pada Satu Hal Ini: Waktu Itu Saya Agak Grogi

Dari 50 butir peluru yang Tatang bawa, hanya tersisa satu saja, 49 lainnya sudah ditembakkan ke musuh.

Ginting yang menyaksikan Tatang 'mencabuti' nyawa Fretilin sampai terperangah, ia secara sembunyi-sembunyi mencatat jumlah kill yang dibukukan sniper legendaris Indonesia itu.

Selama 25 tahun Tatang Koswara menyembunyikan misi rahasianya dan memilih bungkam.

Meski rahasia tentang misinya di Timor Leste disimpan rapat-rapat, akhirnya dibeberkannya sebelum meninggal dunia.

Mengutip Tribun Timur saat diawancarai 2018 silam, istrinya Tati Hayati mengatakan, "Bapak meninggal dalam keadaan bahagia lantaran rahasianya yang disimpan 25 tahun sudah terungkap.

Baca Juga: Makna 5 Lambang dalam Pancasila, Inilah Arti Bintang dalam Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

"Bapak tidak menceritakan misi rahasia yang ia jalankan di Timor Timur tapi entah mengapa ramai tentang cerita bapak," ujar Tati di kediamannya daerah Kompleks TNI AL Cibaduyut Bandung.

Namun, Tatang disebut tampak bahagia sebelum meninggal karena misi rahasianya ramai diperbincangkan orang.

Ia lantas menceritakan kiprahnya bersama pasukan pimpinan Kolonel Edi Sudrajat di Timor Timur, termasuk pada wartawan.

Bahkan, beberapa pekan terakhir, Tatang kerap menelpon saudaranya maupun kerabatnya.

Sesekali dia menceritakan kesibukannya dan kecintaannya terhadap Indonesia.

Sebelum meninggal Tatang menceritakan, selama 25 tahun ia bungkam soal misi rahasianya di Timor Leste.

Karena sesuai amanat komandannya saat itu, Edi Sudrajat yang melarang Tatang menceritakan misi rahasia itu, kecuali seizin atasannya.

Awalnya dia berpikir akan mengungkapnya setelah wafatnya Edi Sudrajat, tapi namanya tiba-tiba muncul kembali sebagai salah satu sniper terbaik dunia.

Baca Juga: Makna 5 Lambang Pancasila, Inilah Arti Rantai dalam Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Tatang Koswara
Kompas.com/Reni Susanti

Tatang Koswara

"Saya tidak pernah membuka identitas saya, Bahkan saat berjualan di Kodiklat TNI AD, tidak ada yang tahu saya ini sniper."

Tatang mengaku menyimpan rahasia itu bukan tanpa beban, karena kehidupannya seolah-olah misterius.

Ia berulang kali pindah rumah sampai menempati kediamannya yang sekarang, sejak 6 tahun lalu.

Nama Tatang sendiri melejut dalam buku Sniper Training, Techniques and Weapons (2000) yang ditulis Peter Brookrsmith.

Buku itu secara eksplisit menyebut Indonesia menyimpan sniper jempolan bernama Tatang. Tatang mencetak rekor 41.

Di bawah Philip G Morgan (5th SFG (A) MACV-SOG) dengan rekor 53 dan di atas Tom Ferran (USMC) dengan rekor 41.

Baca Juga: Bak Hilang Ditelan Bumi Buronan Kakap Ini Berhasil Ditangkap, Refly Harun Malah Bongkar Kejanggalan Kasus Korupsi Eks Caleg PDIP yang Lenyap Tak Berbekas

Nama Tatang tercatat dalam urutan Sniper’s Roll of Honour di dunia.

Soal sepak terjangnya di medan tempur, Tatang bercerita, pelurunya telah membunuh 80 orang.

Bahkan, dalam aksi pertamanya, dari 50 peluru, 49 peluru berhasil menghujam musuh. Satu peluru sengaja disisakannya.

Ini untuk memenuhi prinsip seorang sniper yang pantang menyerah: sebagai seorang sniper, dalam keadaan terdesak, dia akan membunuh dirinya sendiri dengan satu peluru tersebut.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest