Popi paham, laporannya pasti akan diteruskan ke jajaran hingga anggota polisi di lapangan. Namun, bukan berarti laporan itu jadi menyebar di kalangan warga.
Kepala Bagian Humas Polres Metro Depok, AKP Firdaus sempat ditanya mengenai hal ini. Namun dia mengaku tak tahu soal laporan yang bocor itu.
“Ini yang belum tahu kami, menyebarkan identitas seperti apa?” ujar AKP Firdaus kepada Kompas.com saat diminta tanggapannya mengenai pengakuan Popi.
Bertolak dari insiden ini, Popi berharap, aparat berwenang bisa lebih tegas menindak warga yang merasa kebal dan bebal menggelar acara yang mengundang kerumunan – sesuatu yang kontraproduktif dengan segala jerih-payah melawan Covid-19.
Hal itu ia minta dengan satu catatan: tidak membocorkan laporan warga yang membuat pelapor merasa tidak terlindungi dan justru rentan jadi bulan-bulanan.
Karena, Depok di ambang bom waktu mengalami outbreak Covid-19. Data terbaru per Kamis (16/4/2020), jumlah kasus positif sudah mencapai 147 orang.
Angka kematian di atas jumlah pasien sembuh, yakni 15 berbanding 11. Itu pun belum menghitung 39 jenazah suspect Covid-19 di Depok yang sampai hari ini tak diketahui positif atau negatif Covid-19 ketika tutup usia.
“Kalau begini semua kinerja polisi, kerumunan akan terjadi, kita capek. Percuma, kita bakal lockdown 1 tahun kalau begini caranya,” ujar dia. “
Sekarang ini, lagi latihan kasidahan untuk hari Sabtu. Ada videonya, aku dapat dari warga. Banyak orang tidak pakai masker, melibatkan anak-anak,” kata Popi. (Vitorio Mantalean/Kompas.com)