Follow Us

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Begini Kisah Heroik 2 Warga Papua Bertaruh Nyawa Demi Selamatkan Pengungsi dari Amukan Perusuh di Wamena

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Kamis, 07 November 2019 | 10:09
Suasana ruangan Kantor Bupati Jayawijaya yang terbakar saat aksi unjuk rasa di Wamena, Jayawijaya, Papua, Kamis (26/9).
ANTARA/IWAN ADISAPUTRA via BBC Indonesia

Suasana ruangan Kantor Bupati Jayawijaya yang terbakar saat aksi unjuk rasa di Wamena, Jayawijaya, Papua, Kamis (26/9).

Kapolres Jayawijaya Ajun Komisaris Besar Tonny Ananda yang dapat dikontak pada pukul 14.00 WIT meminta saya untuk bersabar. Saat itu, ia bersama jajarannya masih berupaya mengevakuasi warga dari serangan pelaku kerusuhan.

Baca Juga: Presiden Jokowi Tolak Kerusuhan Wamena Sebagai Konflik Etnis, Tapi Ribuan Warga Pendatang Korban Kekacauan Itu Alami Trauma Berat. Bagaimana Kondisi Mereka?

Tonny akhirnya dapat dihubungi kembali sekitar pukul 17.00 WIT. Dia mengungkapkan, banyak warga yang menjadi korban dalam insiden ini dan puluhan ribu warga harus mengungsi ke sejumlah tempat, seperti Markas Polres Jayawijaya, gereja, dan Markas Kodim 1702 Jayawijaya.

Data terakhir pihak kepolisian menyebutkan, kerusuhan tersebut menyebabkan 33 warga meninggal dan 77 warga mengalami luka-luka, baik ringan maupun berat. Ribuan warga yang terlibat aksi perusakan membakar Kantor Bupati Jayawijaya, 465 ruko, 150 rumah, 165 motor, dan 224 mobil serta truk.

Dua hari pascainsiden di Wamena, warga mulai berani pulang ke kampung halamannya. Mereka yang punya dana lebih menggunakan pesawat komersial. Sementara warga lain menumpang pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara dari Detasemen Pangkalan Udara Wamena menuju Pangkalan Udara Silas Papare, Jayapura.

Suasana di Kota Wamena, Papua, pada Senin (23/09).
Antara via BBC Indonesia

Suasana di Kota Wamena, Papua, pada Senin (23/09).

Jumlah pengungsi yang meninggalkan Wamena hingga akhir September mencapai 16.000 orang. Selain dari Wamena, mereka juga berasal dari sejumlah kabupaten di pegunungan tengah Papua, seperti Lanny Jaya dan Tolikara.

Saya pun selama beberapa hari meliput kedatangan pengungsi di Pangkalan Udara Silas Papare, Jayapura, dan sejumlah lokasi pengungsian yang berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Jayapura.

Salah satu pengungsi yang membuat saya terus mengingat namanya adalah Iksan. Ayah dari lima anak ini tiba di Jayapura pada 27 September 2019. Sehari kemudian saya bertemu Iksan di lokasi pengungsian di Gedung Serbaguna Megantara Pangkalan Udara Silas Papare, Jayapura.

Baca Juga: Usia Sudah Lewat Setengah Abad, Dokter Ini Sukarela Layani Warga di Pelosok Papua. Sayang, Kisahnya Berakhir Tragis dalam Kerusuhan Wamena

Sebelum mengungsi ke Jayapura, Iksan sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek sepeda motor di Wamena sejak 2015. Di tengah percakapan dengan Iksan, saya pun mengajukan sebuah pertanyaan kepadanya, ”Apa yang Mas rasakan setelah tiba di Jayapura?”

Tidak saya duga, ternyata pernyataan sederhana itu begitu menyentuh Iksan. Ia kemudian menangis dan mengatakan sangat berterima kasih kepada Tuhan karena masih punya kesempatan untuk bertemu dengan keluarganya di Jawa Timur. Iksan saat itu berencana pulang ke Jawa Timur.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest