Begitu pula dengan tumpukan sketsa karya tangan Henk, mangkrak dalam lemari. Salah satunya sketsa Tugu Selamat Datang. Satu-satunya ruangan yang aman ialah dapur. Saban hari, Evelyn tidur di sini.
“Hanya tinggal ruangan ini yang aman untuk tidur. Yang lainnya sudah bocor atapnya,” ujarnya.

Henk Ngantung, Gubernur DKI Jakarta asal etnis Tionghoa yang gemar melukis.
Lima belas tahun sejak dicopot dari jabatannya, Henk kemudian diberikan uang pensiun oleh pemerintah. Jumlahnya “hanya” Rp 850.000 per bulan. Uang itu tak cukup buat sekadar menambal aneka kerusakan di rumah tersebut.
Setelah Henk meninggal, hanya uang pensiun inilah yang diandalkan Evelyn buat melanjutkan hidup.
Baru pada 24 April 2013 Pemprov DKI Jakarta berjanji akan memugar atap rumah Henk yang rusak parah.
Baca Juga: Sering Disebut Gubernur Rasa Presiden, Reaksi Anies Baswedan Cuma Bilang Begini
Harian Kompasterbitan 24 April 2013 melaporkan, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang saat itu menjabat sebagai wakil gubernur DKI memerintahkan Dinas Perumahan untuk segera merenovasi atap rumah Henk yang sudah bocor dan nyaris roboh.
“Saya minta Dinas Perumahan agar mengganti atap dengan atap baja ringan,” ujar Ahok seusai menerima Evelyn Ngantung Mamesah di Balai Kota DKI Jakarta pada 23 April 2013.
Tak sampai setahun Evelyn menikmati rumah hasil pemugaran itu. Pada 3 September 2014, Evelyn tutup usia. Maut menyatukan dia dengan Henk setelah maut itu pula yang sempat memisahkan mereka.
Evelyn dikebumikan dalam satu liang lahat dengan Henk di TPU Menteng Pulo.