
Sisa reruntuhan sebagian gedung SD Negeri Malangsari II, Kecamatan Pedes, Karawang, Jawa Barat, Rabu (16/10/2019).
Di bawah terpal, puluhan siswa kelas 2 dan 3 sibuk menyalin soal yang tertulis di papan tulis. Beberapa di antara mereka mengayunkan buku ke arah leher dan ketiak, berupaya menyejukkan diri.
Akan tetapi, keterbatasan itu tak mengurangi semangat siswa. Tak ada sekat pemisah ruang di antara kelas. Suara siswa bersahut-sahutan dan melebur jadi satu.
Masih semangat
Ika (26), salah seorang guru, dibuat kewalahan karena dipanggil sana-sini. Ia bahkan nyaris jatuh karena tersandung batu di samping meja. Padahal, jarak antarmeja siswa berdekatan, tapi semua heboh ingin mendapatkan atensi Ika.
Erna (29), guru lainnya, juga kesulitan menyelesaikan materi tematik dalam waktu dua jam. Jika waktu tak mencukupi, sisa materi akan menjadi PR. Belum lagi karena lokasinya berdekatan dengan sawah, sejumlah aktivitas pertanian dinilai memecah konsentrasi siswa. Siang itu, aroma menyengat pupuk urea tercium hidung.
Baca Juga: Pendidikan Bagi Generasi Masa Depan Suku Anak Dalam. Lihat Foto Kesehariannya!
Sambil menunggu kelas sebelumnya usai, ia mengobrol dengan teman-temannya. Kemudian, mereka pun berebut memilih kursi di kelas. ”Pilih di depan supaya bisa memperhatikan bu guru,” ucap Haikal.
Aura (10) juga tak kehilangan semangat. Dia selalu meminta ibunya, Winda (29), mengantarnya ke sekolah pukul 08.00 karena ingin bermain dengan teman-temannya. Sambil menunggu kelas sebelumnya usai, Aura dan sejumlah anak menari dengan koreografi dan lantunan musik sisa latihan Festival Goyang Karawang #2 lalu.
Winda prihatin dengan kondisi ruang kelas yang tak kunjung diperbaiki. Ia sendiri merasakan tak nyaman berteduh di bawah terpal saat cuaca terik saat menunggu anaknya belajar.
”Meski kondisinya seperti ini, anak-anak tetap semangat belajar dan datang ke sekolah,” ujarnya sambil tersenyum.