Follow Us

Cerita di Balik Kerusuhan Wamena, Apakah Para Perusuh Sadar Ada Kerugian Terbesar Setelah Aksi Anarkis Itu? Begini Sosok Malaikat Kesehatan Orang Papua yang Jadi Korban Meninggal dalam Kerusuhan

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Minggu, 29 September 2019 | 07:30
Kerusuhan di Wamena

Kerusuhan di Wamena

Fotokita.net - Dokter Soeko Marsetiyo meninggal di usia 53 tahun. Almarhum meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak.

Dokter yang telah puluhan tahun mengabdi di Papua ini menjadi salah seorang korban meninggal dalam peristiwa kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin 23/9/2019).

Baca Juga: Usia Sudah Lewat Setengah Abad, Dokter Ini Sukarela Layani Warga di Pelosok Papua. Sayang, Kisahnya Berakhir Tragis dalam Kerusuhan Wamena

Dokter Soeko Marsetiyo telah dimakamkan di pemakaman keluarga, Kejambon Lor, RT 003 RW 013 Desa Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman. Jumat (27/9/2019).

Kepergian dokter Soeko Marsetiyo yang telah mengabdikan dirinya untuk kesehatan di Tolikara, Papua, tak hanya menjadi duka dunia kesehatan Indonesia, tetapi juga keluarga.

Dokter Soeko jadi korban meninggal kerusuhan Wamena.
Facebook Balai Litbangkes Papua/Twitter @antilalat

Dokter Soeko jadi korban meninggal kerusuhan Wamena.

Berikut cerita di balik dokter Soeko Marsetiyo yang memilih mengabdi di Papua:

1. Memilih ditempatkan di Papua

Adik dokter Soeko Marsetiyo, Endah Arieswati menceritakan, begitu lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, kakaknya (Soeko Marsetiyo) memilih ditempatkan di Papua.

"Biasa kan ada masa bakti PTT (Pegawai Tidak Tetap), Dia (dokter Soeko Marsetiyo) memilih dapat di Papua," ujar Endah Arieswati saat ditemui usai pemakaman, Jumat.

Baca Juga: Korban Jiwa Masih Akan Bertambah, Inilah Penyebab Warga yang Tewas dalam Kerusuhan Wamena. Foto Rumah Rata dengan Tanah Ini Bikin Kita Miris!

Endah menyampaikan, seingatnya, kakaknya mendapat masa bakti di Papua selama dua tahun.

Pemakaman Dokter Soeko
KOMPAS.com/WIJAYA KUSUMA

Pemakaman Dokter Soeko

2. Sering bercerita suka duka di Papua

Awal-awal di Papua, sambung Endah, kakaknya sering bercerita tentang suka duka di Papua.

"Jarang pulang, ya tahu sendiri terkendala biaya kan PTT di sana gajinya enggak seberapa, apalagi di pedalaman. Awal-awal cerita mau makan mie saja harganya mahal minta ampun, ya cerita suka duka di sana," urainya.

Seiring berjalannya waktu, Soeko mulai bisa beradaptasi. Ia pun mulai tidak banyak bercerita kepada adiknya.

Wamena kembali rusuh
Twitter.com/@antilalat via Tribunnews.com

Wamena kembali rusuh

3. Memilih mengabdi di Papua

Justru setelah selesai masa baktinya, sambung Endah, kakaknya tidak lantas memilih tugas di kota, justru memilih untuk mengabdikan dirinya di Papua.

"Setelah selesai masa bakti, kalau teman-teman yang lain itu kan biasanya terus mencari ke kota. Tetapi, dia keukeuh meminta untuk tetap di Papua lokasinya," tegasnya.

Baca Juga: Masih Banyak Misteri yang Belum Terkuak, Tersimpan 90 Tahun di Museum Peneliti Amerika Ungkap Spesies Baru dari Tanah Papua

Diakui Endah, keluarga pernah menanyakan kepada Soeko mengenai pilihannya bertugas di Papua. Saat itu, Soeko menjawab jika tenaga dokter lebih dibutuhkan di Papua.

"Dia cuma (menjawab) di Semarang itu sudah banyak dokter, kalau aku di sini tidak ada gunanya, sudah banyak orang pintar. Kalau di sana (Papua) paling tidak aku bisa berbuat sesuatu, itu saja," ujarnya.

"Bagi keluarga juga aneh, hidup di sini (Semarang) enak, kok tidak mau. Tapi ya keinginannya memang begitu," tambahnya.

Puing-puing bangunan yang terbakar di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Selasa (24/9/2019).
ROY PURBA/Kompas.id

Puing-puing bangunan yang terbakar di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Selasa (24/9/2019).

4. Sempat dibujuk keluarga

Diakui Endah, kalau pihak keluarga pernah mencoba untuk membujuk Soeko. Namun, anak nomor lima dari delapan bersaudara ini tetap bertekad bulat di Papua.

"Ya pasti (pernah membujuk), cuma jawabanya itu tadi, ke sini-sininya kalau ditanya dan dipaksa itu ya cuma senyum-senyum saja," katanya.

Masih dikatakan Endah, kakaknya tidak secara gamblang menjelaskan kepada keluarga alasan untuk tetap di Papua. Secara pribadi, Soeko memang dikenal merupakan sosok yang lemah lembut.

Baca Juga: Sisakan Lubang Raksasa yang Terlihat Menganga dari Luar Angkasa, Foto NASA Juga Tunjukkan Gletser Es Tropis yang Nyaris Hilang di Area Tambang Terbesar Dunia di Tanah Papua Ini

"Enggak terlalu banyak bercerita tentang kenapa bertahan di sana, tetapi kalau melihat dari masyarakat Papua yang dekat dengan dia, nah itu nanti ketahuan. Teman-teman mengenal dia itu orang yang lemah lembut sebetulnya," jelasnya.

5. Sudah bertugas di Papua 15 tahun

Endah mengatakan, kakaknya sudah bertugas di Papua selama 15 tahun. Selama bertugas di Papua, lanjutnya, lokasi tugas kakaknya berpindah-pindah tempat dan yang terakhir bertugas di Tolikara.

"Pokoknya di Papua itu sudah 15 tahun. Kira-kira sejak 2003 atau 2004," tambahnya.

Kondisi saat sebuah bangunan terbakar menyusul aksi berujung ricuh di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019).  Demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, dan beberapa kios masyarakat pada aksi berujung ricuh yang diduga dipicu kabar hoaks tentang seorang guru yang menge
AFP

Kondisi saat sebuah bangunan terbakar menyusul aksi berujung ricuh di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019). Demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, dan beberapa kios masyarakat pada aksi berujung ricuh yang diduga dipicu kabar hoaks tentang seorang guru yang menge

6. Keluarga sulit berkomunikasi

Endah menungkapkan, karena pilihannya yang memilih untuk bertugas di Papua membuat keluarga harus rela tidak bisa setiap saat bertemu dengan dokter Soeko Marsetiyo.

Bahkan, untuk sekedar melepas kangen melalui telepon saja harus dua minggu sekali.

"Tinggal di Papua itu jadi keterbatasan waktu bertemu kita dan tahu sendiri daerah Tolikara itu susah sinyal. Jadi, kalau tidak salah, dia setiap dua minggu sekali turun untuk telepon," ungkapnya.

Baca Juga: Kerusuhan Pecah di Jayapura dan Wamena, Benarkah Mahasiswa Papua yang Pulang Kampung Jadi Dalangnya? Gubernur Papua Tegaskan Hal Ini Kepada Mereka

7. Sempat kirim sms

Sehari sebelum kejadian, lanjut Endah, kakaknya sempat mengirim SMS ke beberapa orang keluarganya.

"Sehari sebelumnya itu ternyata dia sempat mengirimkan SMS ke beberapa om (paman) dan tante. Isinya potongan ayat Kursi, kita tidak mengerti maksudnya apa, terus tiba-tiba dengar kabar seperti ini," ujarnya

Kondisi saat sebuah bangunan terbakar menyusul aksi berujung ricuh di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019).  Demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, dan beberapa kios masyarakat pada aksi berujung ricuh yang diduga dipicu kabar hoaks tentang seorang guru yang menge
AFP

Kondisi saat sebuah bangunan terbakar menyusul aksi berujung ricuh di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019). Demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, dan beberapa kios masyarakat pada aksi berujung ricuh yang diduga dipicu kabar hoaks tentang seorang guru yang menge

8. Dekat dengan masyarakat

Kepala Balai Penanggulangan dan Pengendalian AIDS, Tuberkolosis dan Malaria (ATM) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua dr Beeri Wopari mengatakan, dokter Soeko Marsetiyo bertugas di Tolikara sejak tahun 2013.

"Lebih banyak bertugas di Puskesmas, artinya di daerah terpencil, kurang lebih dua jam dari ibu kota kabupaten. Dua jam itu dengan medan yang berat dan beliau lebih banyak di sana, tetapi memang pilihan beliau tugas di pedalaman," ungkapnya.

Baca Juga: Bangunan dan Rumah Dibakar Massa, Rangkaian Foto Ini Bercerita Keadaan Gawat Saat Kerusuhan Pecah di Wamena dan Jayapura

Suasana di Kota Wamena, Papua, pada Senin (23/09).
Antara via BBC Indonesia

Suasana di Kota Wamena, Papua, pada Senin (23/09).

Disampaikannya, di tempat tugasnya, dokter Soeko Marsetiyo sangat dekat dengan masyarakat.

"Beliau ini sangat disayangi oleh masyatakat disana. Kita tenaga kesehatan masih sangat kurang, terutama di daerah-daerah pedalaman, jadi dengan beliau berpulang tentu untuk mengisi tenaga dokter kembali itu tidak mudah," ujarnya. (KOMPAS.com/Wijaya Kusuma)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest