Follow Us

Punya Fitur Paling Canggih dan Resolusi Kamera Mumpuni, Ternyata Begini Alasan Kenapa Hape Baru Belum Tentu Laku di Pasar Kita

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Jumat, 20 September 2019 | 06:34
Acara launching Realme X di Tiongkok
Android Central

Acara launching Realme X di Tiongkok

Fotokita.net - Jika melihat hape yang Anda miliki saat ini, sudah berapakah usia pakainya?

Apakah saat ini Anda ingin menggantinya dengan hape yang lebih canggih?

Pertengahan Agustus 2019, lembaga penelitian Amerika Serikat, Ting Mobile,merilis temuan survei mengenai kebiasaan mengganti atau memperbarui hape.

Hasilnya, hampir setengah responden akan mengganti atau memperbarui ponsel mereka setelah tiga hingga lima tahun ponsel itu digunakan.

Baca Juga: Ingin Copy Paste Foto di Dalam Postingan Instagram Stories? Begini Cara Gampangnya Buat Pengguna Hape Android

Lainnya, mengganti hape ketika sudah lebih dari lima tahun pemakaian (10 persen), dua tahun pemakaian (30 persen), satu tahun pemakaian (10 persen), dan ada juga kurang dari setahun pemakaian (5 persen).

Para pengunjung yang ingin menukarankan hape lamanya dengan Samsung Galaxy Note 10.
Muhammad Andika Adistra

Para pengunjung yang ingin menukarankan hape lamanya dengan Samsung Galaxy Note 10.

Ketika responden ditanya alasan mengganti ponsel, paling banyak (32 persen) menjawab bahwa ponsel mereka sudah tidak berfungsi dengan baik seperti sebelumnya.

Alasan ini dapat dimengerti karena sistem pengoperasian ponsel, baik android maupun iOS, senantiasa mengalami pembaruan setiap tahun.

Dari enam alasan yang diberikan, tiga alasan cenderung implisit menginginkan pembaruan untuk ponsel mereka, yakni ponsel yang dimiliki saat ini sudah ketinggalan zaman, ingin ponsel baru, dan menginginkan peningkatan fitur.

Baca Juga: Tahun 2019 Belum Lagi Berakhir, Bocoran Hape 4 Kamera Rilisan 2020 Telah Beredar. Inilah Spesifikasinya...

Unsur kebaruan teknologi memang menjadi area persaingan para produsen ponsel untuk memperebutkan konsumen. Kebaruan ini juga meliputi unsur desain fisik ponsel, resolusi kamera, daya tahan baterai, dan deretan spesifikasi lainnya yang biasa terlihat dalam iklan produk tersebut.

Kamera kerap menjadi faktor penentu membeli hape
phonearena.com

Kamera kerap menjadi faktor penentu membeli hape

Bahkan, sebelum hape itu resmi dirilis, sudah ada berita atau informasi mengenai kebaruan teknologi yang ditawarkan.

Hasil penelusuran Google Trends per 27 Agustus 2019 menunjukkan bahwa ulasan atau review ponsel menjadi kata kunci yang cukup sering diketik warganet Indonesia.

Setidaknya selama setahun ke belakang, ulasan ponsel keluaran terbaru mendapat porsi sepertiga dari daftar pencarian terpopuler.

Dengan kata kunci ”review” di semua kategori, muncullah beberapa merek dan jenis ponsel terbaru yang setahun ini menarik perhatian warganet.

Baca Juga: Sebentar Lagi Rilis Produk Baru, Bos Xiaomi Pamerkan Video Produksi Komponen Kamera 64 MP di Hape Redmi

Kehadiran ponsel-ponsel mutakhir seakan terus-menerus menggempur media massa daring ataupun luring. Sebut saja deretan ponsel seperti Redmi K20, Xiaomi 9T, Vivo Z1 Pro, Huawei P30, atau Samsung Galaxy A50 sudah beredar ulasan dan harganya selama Agustus 2019.

Jumlah penjualan hape secara global alami penurunan
digitaltrends.com

Jumlah penjualan hape secara global alami penurunan

Beberapa dari ponsel ini kerap menyandang status flagship (produk terbaik dari produsen saat itu) hingga flagship killer (produk baru yang mampu bersaing dengan produk laris sebelumnya).

Terkait harga, setiap ponsel terbaru yang beredar di Indonesia memiliki pangsa pasar tersendiri. Salah satu strategi pemasaran yang dilakukan produsen untuk ponsel barunya ialah melalui flash sale (jual kilat) yang sering kali berujung pada istilah ”ponsel gaib” pada produk yang dijual.

Maksudnya, ponsel tersebut sulit didapatkan ketika dijual melalui metode flash sale. Dugaannya, ada pebisnis atau tengkulak yang turut memborong.

Metode flash sale terbilang menarik karena menawarkan harga yang cukup terjangkau dan sebanding dengan kebaruan produk yang ditawarkan. Masalahnya, jika ponsel tersebut sudah jatuh ke pihak ketiga, harga jualnya pun menjadi naik. Inilah salah satu penyebab harga ponsel baru yang semula murah, justru menjadi mahal.

Baca Juga: Dulu Dipandang Sebelah Mata, Kini Hasil Foto dari Hape Buatan Cina Ini Bikin Puas Tukang Foto Traveling!

Pembaruan sistem

Pengembangan sistem pegoperasian ponsel terus dilakukan secara berkala. Inilah yang dilakukan oleh dua produsen sistem terbesar, Android dan iOS. Berdasarkan catatan, hampir setiap tahun keduanya memperbarui sistem pengoperasian.

Memotret makanan dengan hape belakangan sedang jadi tren
GloriaFood

Memotret makanan dengan hape belakangan sedang jadi tren

Dimulai dari sistem pengoperasian yang paling banyak ditanamkan di ponsel pintar saat ini, yakni Android. Sistem operasi berbasis Linux ini dikembangkan oleh Android Incorporation dengan dukungan dana Google.

Dalam model penamaannya, Andorid selalu menggunakan nama camilan manis dari berbagai negara (mulai dari ”Cupcake” hingga terakhir ”Pie”), kecuali untuk versi terakhirnya yang menggunakan bilangan numerik.

Secara historis, pembaruan sistem Android sudah dimulai sejak 2009. Pada tahun itulah Android masih dalam tahap pengembangan dan persaingan dengan kompetitornya, seperti Apple dan Microsoft, kala itu. Baru di 2012, sistem pembaruan ini berjalan lebih stabil hingga versi terbaru (Android 10) yang akan dirilis tahun ini.

Baca Juga: Uji Kamera Hape Buatan Korea, Dipakai Buat Foto-foto dalam Waktu Lama, Baterainya Cukup Awet!

Sebagai pesaing, Apple Incorporation hadir secara konsisten dengan produk iPhone (khusus ponsel) yang berbasis iOS. Sistem pengoperasian yang dulu bernama iPhone Operating System (iPhone OS) menjadi sistem pengoperasian multiplatform, seperti ponsel, alat pemutar musik, televisi, laptop, ataupun tablet. Jika dibandingkan dengan Android, iOS memang terlihat memiliki rentang waktu yang lebih lama dari pembaruan sistem yang satu ke selanjutnya.

Launching Oppo A5s
oppo

Launching Oppo A5s

Baik Android maupun iOS menerapkan sistem yang mirip kepada para penggunaannya. Semakin tinggi versi sistem pengoperasiannya, semakin tinggi pula spesifikasi hape yang dibutuhkan.

Jika spesifikasi hape tidak mampu atau tidak mendapat versi terbaru sistem pengoperasian, ada sejumlah fitur yang tidak dapat dinikmati atau mengalami perlambatan performa saat mengakses aplikasi.

Sebagai contoh, ponsel berbasis Android yang keluar pada awal 2014, semula mendapat versi Android Kitkat. Pada 2019, sistem perngoperasiannya tidak dapat diperbarui ke Android Pie atau 9. Ponsel masih dapat digunakan, meskipun ada beberapa fitur dan aplikasi yang tidak dapat dipasangkan dalam perangkat (install). Logika yang sama juga turut berlaku bagi ponsel berbasis iOS.

Karena itu, dapat disimpulkan, mengganti atau memperbarui ponsel memang diperlukan tergantung dengan kebutuhan pengoperasian setiap pengguna. Jika ponsel yang sudah berusia dua tahun pemakaian, tetapi masih dapat berfungsi baik, untuk apa mengganti dengan yang baru?

Baca Juga: Hape dengan Kamera yang Bikin Heboh Saat Gerhana Matahari Ini Segera Rilis 8 Agustus!

Gaya hidup vs kebutuhan

Tidak dapat dimungkiri bahwa harga ponsel yang mahal turut menjadi bagian dari gaya hidup penggunanya. Alasan itulah yang kemudian menjawab pertanyaan atas larisnya ponsel pintar terbaru ataupun ponsel yang kini pun masih memiliki harga tinggi. Akan tetapi, jika melihat lebih rinci, masyarakat Indonesia pada umumnya cukup memperhitungkan harga yang terjangkau dari sebuah ponsel.

Launching Zenfone max Plus M2 dan Max Shot di Brazil
noticias

Launching Zenfone max Plus M2 dan Max Shot di Brazil

Tentang harga, laporan International Data Corporation (IDC) 2018 menunjukkan lima kelas dan tingkat harga penjualan ponsel di Indonesia. Mulai dari yang terendah, yakni di bawah Rp 1,4 juta hingga termahal di atas Rp 8,5 juta. Dari keempat kategori harga itu, ponsel yang paling banyak terjual berada di kisaran Rp 1,4 juta hingga Rp 2,8 juta. Artinya, secara harga beli, masyarakat masih mencari ponsel yang sesuai dengan kebutuhan dan budget yang dialokasikan.

Berdasarkan laporan Susenas Maret 2018, alokasi rata-rata konsumsi dan pengeluaran sebulan per kapita untuk telepon seluler sebesar Rp 34.523 (aksesoris-perbaikan, pulsa, dan kuota internet).

Baca Juga: Adu Cepat Fitur Kamera, Akankah Produsen Hape Cina Ini Kalahkan Samsung dengan Rilis Ponsel Berkamera 64 MP?

Beberapa model hape
gearopen

Beberapa model hape

Dari sisi alokasi biaya aksesoris dan perbaikan saja, pengeluarannya berada di bawah biaya kendaraan untuk kategori komoditas bukan makanan dan barang tahan lama. Demikian pula jika disandingkan dengan komoditas lainnya, seperti pakaian atau alas kaki, konsumsi untuk ponsel masih terbilang kecil.

Secara logis, kebutuhan akan ponsel canggih dan mutakhir bukanlah prioritas bagi masyarakat Indonesia karena masih ada kebutuhan hidup lain yang lebih penting untuk didahulukan. Namun, bagaimana jika anggaran terbatas, tetapi ingin ponsel yang canggih? Itulah sebabnya muncul nama yang tak asing kemudian: ”Ponsel Batam”, ”Ponsel Black Market”, ”Ponsel Tanpa Cukai”, dan deretan istilah lainnya. (LITBANG KOMPAS/Yohanes Mega Hendarto)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest