Follow Us

Tak Banyak yang Tahu, Begini Kisah Menakjubkan Para Perempuan Muda yang Menjadi Pencicip Makanan Adolf Hitler

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Selasa, 17 September 2019 | 15:03
Hitler dan istrinya, Eva Braun.
thelocal.de

Hitler dan istrinya, Eva Braun.

Fotokita.net - Bayangkan jika setiap piring makanan di hadapan Anda bisa jadi santapan terakhir Anda. Semua makanan Anda, dari sarapan hingga santapan malam kemungkinan besar beracun, tapi Anda tetap harus memakannya.

Bagi sekelompok perempuan di Third Reich, itu merupakan realitas keseharian mereka. Para perempuan itu harus mencicipi makanan Hitler selama 2,5 tahun terakhir periode Perang Dunia II.

Sebelum 2013, tak pernah terungkap peran 15 perempuan pencicip makanan Adolf Hitler yang bertugas untuk memastikan ada-tidaknya racun dalam santapan orang nomor satu Jerman era Nazi itu.

Agustus lalu, sebuah drama teater di Edinburgh Fringe Festival berupaya mengisahkan keberadaan mereka.

Baca Juga: Pesawat Kepresidenan Tembus Kabut Asap Tebal Bandara Pekanbaru, Presiden Jokowi Pimpin Rapat dan Tinjau Langsung Kondisi Lapangan. Lihat Foto-fotonya...

Goring dengan Hitler dan Mussolini pada tahun 1938.
All that's Interesting

Goring dengan Hitler dan Mussolini pada tahun 1938.

Hitler, yang juga kerap dipanggil Führer, ingin perempuan muda Jerman terpilih untuk mengambil sampel setiap makanannya. Ia khawatir, pihak Sekutu berupaya meracuninya.

Dan para perempuan itu memandang pekerjaan tersebut sebagai sebuah kebanggaan dan pengabdian.

Kisah menakjubkan tentang para perempuan muda itu menjadi terang benderang tahun 2013. Saat itu, Marget Wölk yang berusia 95 tahun mengungkap peran yang pernah dijalaninya itu kepada majalah berbahasa Jerman, Der Spiegel.

Baca Juga: Gelombang Mahasiswa Papua Pulang Kampung Terus Bertambah, Kini Jumlahnya Sudah Lebih dari 2.000 Orang. Yang Paling Banyak Berasal Dari Kabupaten Pedalaman Ini...

Hitler dipotret saat tengah piknik sekitar tahun 1933.
Hulton Archive/Getty Images via BBC Indonesia

Hitler dipotret saat tengah piknik sekitar tahun 1933.

Source : BBC Indonesia

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest